webnovel

2. Kucing Ajaib

Pangeran Brama mencoba untuk berlari menuju telaga yang saat ini airnya jernih. Ia ingin mencari istrinya yang tenggelam di dalamnya, namun ia gagal. Dasar telaga memang terlihat namun di sana tidak ada jasad istrinya sama sekali. Pangeran Brama menyugar rambutnya. Ia berlari kesana kemari dan berteriak meminta anak buahnya mencari pelampung dan akan ia gunakan untuk mencari Putri Anjani di dasar telaga di sisi yang lain.

"Mengapa kalian diam saja? Cepat berkeliling Telaga ini dan cari istriku sampai dapat. Aku tidak akan pernah membuat kalian hidup nyaman kalau kalian gagal." Pangeran Brama berteriak meminta prajurit untuk menyebar di lokasi Telaga untuk menyisir keberadaan Putri Anjani. Beberapa kali Pangeran Brama merasa sangat sedih karena kehilangan istri yang sangat dicintainya. Ia tidak pernah menyangka kalau kepercayaannya kepada adik kandungnya sudah membuat dirinya harus menanggung kesedihan berkepanjangan. Pangeran Brama yang melihat putri Andira masih berada di sebelahnya karena mengikuti kemanapun arah dia melangkah, segera memandang Andira dengan sorot mata tajam.

"Aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau memiliki adik sejahat kamu. Aku selalu memanjakanmu dan memberikan apapun yang kamu mau namun balasan untukku apa? Jangankan membiarkan aku bahagia, kamu justru lebih suka melihat aku menangis sedih sekarang kan? Pergi dari hadapanku dan jangan pernah muncul lagi karena aku akan membunuhmu jika itu terjadi."

"Kangmas, Apa yang membuat kamu seperti sekarang ini? Mengapa kamu menyesal karena sudah menghilangkan hama dari istana kita? Seharusnya kamu bangga karena menjadi orang pertama yang berhasil menyingkirkan musuh. Bukan . . . ."

"Diam kamu! Aku tidak butuh omongan apapun darimu. mulutmu yang berbisa itu sungguh tidak bisa membuat aku percaya begitu saja."

Pangeran Brama meninggalkan Putri Andira sendiri. Dia tidak pernah melihat adik perempuannya yang selama ini ia pandang sebagai putri yang sangat manis karena selalu mengiyakan keinginannya kini berubah menjadi sosok perempuan yang jahat.

Setelah mendapat pengusiran dari Brama Putri Andira akhirnya meninggalkan Telaga menuju ke kamarnya sambil menangis. Ia tidak pernah menyangka kalau apa yang ia lakukan akan membuat kakaknya membenci dirinya. Awalnya ia mendapatkan informasi dari ibu tirinya yang mengatakan bahwa Putri Anjani memiliki niat untuk membalas dendam atas kematian ayahnya dan dia mendapatkan tugas untuk membuat Putri Anjani pergi dari istana Daha. Andira sama sekali tidak pernah menyangka kalau apa yang diucapkan ibu tirinya hanya untuk menjebaknya biar dia dan Brama bertengkar. Selama ini Istri Sheryl selir selalu merasa Cemburu pada kebersamaan mereka berdua. Sheryl ingin mendapatkan tempat khusus dihati Brama, anak tirinya yang sangat tampan. Bahkan ia mau menikah dengan raja Daha Putra Dewa juga karena dia ingin dekat dengan Brama.

Andira segera masuk ke dalam kamarnya dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia merasa kehilangan kakak yang sangat dia sayangi. Dia menyesali kebodohannya karena sudah mempercayai tipu muslihat istri selir.

Ratu Kencana yang melihat putrinya bersedih hanya bisa menatapnya dari jauh. Ia tahu tidak akan ada gunanya apabila ia mendekat pada Putri Andira kalau dia sedang bersedih..Dia paham dengan tabiat anak kandungnya. Ratu Kencana selalu mendatangi Putri Andira saat ia menangis dan ia harus kecewa karena putrinya marah-marah kepadanya tanpa sebab. Hari ini ketika Ratu Kencana melihat hal yang sama dengan kebiasaan Putri Andira, Ia hanya bisa menatap anaknya dari taman saat ia bersama dengan suaminya.

***

Di pinggir Telaga Pangeran Brama masih tetap duduk. Ia terus menatap dasar Telaga yang jernih dan beraroma wangi menunggu keajaiban barangkali Tuhan akan memberikan mukjizat dengan menghidupkan kembali istrinya yang sudah tercebur ke Telaga.. Para prajurit yang menyaksikan Pangeran Brama hanya bisa berdiri sambil menunggu tuannya melakukan kegiatan lainnya, namun ternyata harapan tinggallah harapan hingga hari berganti menjadi petang, belum ada tanda-tanda pangeran Brama akan meninggalkan Telaga. Para prajurit kemudian membagi jadwal jaga untuk pangeran Brama yang entah sampai kapan berada di sana.

"Dinda, kembalilah! Aku menyesal dengan apa yang sudah kulakukan. Aku ingin sekali mendengar apa yang kau katakan kepadaku dan menyesali semua tindakanku. Kembalilah dan kau akan ku ijinkan untuk meminta apapun dariku, Sayang. Aku mencintaimu dan ingin selamanya denganmu."

Pangeran Brama menyeka air matanya. Penyesalannya masih sangat terasa dan membuat dia tidak memiliki tenaga untuk bisa menyangga tubuhnya sehingga ia tetap pada posisinya, bersimpuh di tepi telaga sambil terus memandang dasarnya.

"Maafkan hamba Pangeran, hari sudah petang. Tidak baik Pangeran tetap berada disini karena hari akan segera gelap. Hamba takut akan terjadi sesuatu pada pangeran."

Tidak ada respon dari pangeran drama. dia masih tetap pada posisi semula dan membuat para prajurit menggelengkan kepala. mereka tahu apa yang dirasakan oleh pangeran Brama namun mereka tidak bisa berbuat banyak. mereka tetap setia menunggu Pangeran drama menyelesaikan kegiatan nya di sana.

"Miauw"

Saat mereka sedang sibuk membujuk Pangeran Brama, tiba-tiba seekor kucing datang mendekati pangeran Brama dan menggesek-gesekkan kepalanya di kaki sang pangeran. Pangeran Brama yang melihat kucing cantik yang berada di kakinya segera mengulurkan tangannya. Dia ambil kucing itu dan memangkunya lalu mengelusnya lembut.

"Apakah kamu tahu betapa sedihnya aku hari ini? Apakah kamu sengaja datang untuk menghibur aku? Kalau itu terjadi aku mengucapkan terima kasih kepadamu. Aku baru saja kehilangan istriku. Karena kecerobohanku aku percaya begitu saja pada cerita Andira yang mengatakan bahwa Anjani akan menuntut balas atas semua perbuatanku yang sudah membunuh ayahnya."

"Miauw."

Kucing itu menggesekkan kepalanya ke badan Brama seolah dia tahu keluh kesah laki-laki yang memangkunya.

"Miauw"

Brama memandang kucing di pangkuannya mencoba mencari tahu apa yang akan diucapkan kepada Brama. Kucing yang berwarna hitam dan putih di pangkuan drama sekolah tahu apa arti tatapan mata laki-laki tampan yang memeluknya. sekali lagi ia mengeong, seolah memberitahu bahwa ada sesuatu yang ia temukan. Kucing itu turun dari pangkuan Brama dan melangkah menjauh, membuat Brama yang penasaran pada apa yang dimaksud oleh kucing segera mengikutinya.

"Kemana kamu akan membawaku pergi? Ini sudah terlalu jauh dari istana, Kucing. Aku tidak ingin meninggalkan tempat istriku pergi."

"Miauw"

Kucing itu menggeleng lalu melangkah menjauh, membuat Brama yang penasaran dengan apa yang akan terjadi padanya terus mengikuti kucing tanpa kata. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di gerbang istana Daha. Pangeran Brama memandang sekeliling, namun ia tidak menemukan prajurit yang berjaga di sana. Di sebuah gardu pangamanan, ia melihat sesosok wanita sedang berdiri sambil memandang sekeliling, membuat Pangeran Brama memandang kucing, seolah meminta informasi tentang wanita itu.