webnovel

PORTA LOKA : Land of 12 Gates

Volume 1: Major Hiroki Kazo, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun, berambut biru perak dan memiliki mata merah seperti batu Ruby. Ia hidup bersama kakaknya Arga dan juga ayahnya di pemukiman kumuh bernama Aras. Kehidupannya biasa saja dan tampak normal sperti anak-anak pada umumnya, walaupun mereka serba kekurangan. Hingga suatu hari kakaknya memberi sebuah buku yang mengisahkan tentang sebuah Negeri dari dimensi lain bernama Porta Loka. Kazo hanya menganggap itu sebagai dongeng biasa. Sampai suatu ketika, seorang gadis berpakaian nyentrik mendatanginya dan mengatakan bahwa Porta Loka itu nyata. Dia adalah seorang Penjelajah Arya. Kazo tidak ingin percaya, sampai sebuah peristiwa besar membuatnya harus percaya bahwa Porta Loka itu nyata. Dan semenjak hari itu, kehidupan Kazo yang normal berubah total. Dirinya harus menghindari kejaran Penjelajah Arya yang terus memburunya atas perintah dari Raja negeri tersebut. Kazo lalu pergi bersama Arga dan ayahnya menuju Porta Loka, mereka dibantu oleh Edward Kyuron, Penjelajah Rania yang selama ini sudah menetap lama di Bumi. Mereka melalui banyak rintangan dan halangan oleh Penjelajah Arya yang terus memburu mereka saat melewati Verittam. Volume 2

Harny_Deidara · Fantasia
Classificações insuficientes
219 Chs

Chapter 27: Penjemputan

BAAM!

Arga tidak sempat bertanya lebih lanjut tentang maksud ucapan Kazo. Karena tiba-tiba suara berdebam keras terdengar menggema yang berasal dari gerbang pintu Hutan Peri. Para penghuni yang tengah berada dalam aktivitasnya masing-masing langsung menatap waspada. Begitu pula dengan Kazo dan Arga. Kedua anak itu langsung bangkit sambil menatap lorong jalan yang menuju gerbang.

"Gerbangnya terbuka? Siapa yang datang?" Tanya Kazo.

Saat itu rombongan para Kentaurus yang dipimpin oleh Aragon langsung berderap cepat menuju pintu gerbang. Kazo bisa melihat para peri yang saat itu sedang beristirahat di rumah pohonnya melongok keluar dengan wajah khawatir dan takut. Begitu juga dengan para makhluk penghuni lainnya yang terlihat mematung waspada.

Kazo berjalan perlahan menuju lorong jalan sambil terus menunggu para Kentaurus itu kembali membawa informasi. Arga segera menyusul setelah kembali mengenakan pakaiannya.

Tidak lama kemudian suara kaki kuda kembali terdengar mendekat di ujung lorong. Kazo melihat Aragon dan Kentaurus lainnya kembali sambil membawa dua orang di balik punggungnya. Dua orang itu langsung meloncat turun saat para Kentaurus itu tiba di tempat Kazo.

"Jupiter?" teriak Kazo saat melihat penjelajah Rania berambut merah itu meloncat turun dari balik punggung Aragon. Kazo tertegun saat melihat penampilannya yang kacau dengan baju kemejanya yang sudah hampir habis terbakar. Tapi selain itu bisa dikatakan tidak ada luka apapun di tubuhnya. Dua senjata pistolnya pun masih utuh menggantung di kedua sisi pinggangnya.

Di belakangnya disusul oleh seseorang yang wajahnya terlihat tidak asing namun jujur Kazo tidak mengenalnya. Dimana dia pernah melihat lelaki itu? Lelaki itu terlihat berusia tiga puluh tahuanan dengan rambut hitam yang dibiarkan memanjang. Ia memakai pakaian Bangsa Rania yang sudah di modifikasi dengan berbagai macam gaya dan juga aksesoris yang terlihat sangat mencolok. Ditangannya membawa sebuah kipas kain yang cukup besar.

"Jupiter kenapa.."

"Berhenti memanggilku Jupiter! Panggil aku Bam!" ucap Bam dengan gusar.

"Baiklah Bam. Kenapa kau hanya datang sendiri? Dimana Ayah dan kakek Kyu? Apa mereka semua baik-baik saja? " sergah Arga tidak sabar.

"Tenangkan dirimu, tidak usah panik. Mereka masih baik-baik saja. Ayah kalian juga sudah sadar tapi lukanya belum benar-benar pulih." jelas Bam yang membuat Arga dan Kazo langsung bernafas lega.

"Tapi kenapa mereka tidak datang kemari?" Tanya Kazo.

"Tidak. Karena mereka langsung berangkat menuju ujung Verittam sebelum Bangsa Arya akan kembali mengejar. Kita hanya punya waktu kurang dari satu jam sebelum ruang dimensi yang diciptakan Tuan Naoki kembali terbuka." tukas Bam.

"Tuan Naoki?" gumam Kazo perlahan karena nama itu sepertinya tidak asing baginya.

Tiba-tiba laki-laki yang satunya maju mendekat dengan kipas tangan yang tidak berhenti bergerak padahal udara di tempat itu terbilang cukup sejuk.

"Kazo. Jadi ini wujud tubuh aslimu, kau terlihat semakin mirip dengan lelaki berambut biru itu ya." ucapnya.

Kazo terlihat menautkan alisnya dengan heran. "Kau mengenalku? Apa kita sudah pernah bertemu?"

Lelaki itu tampak memutar bola matanya dengan malas. "Kita pernah bertemu di Alpha, kau tidak ingat? Memangnya siapa yang menyelamatkanmu dari lelaki berambut biru itu?"

Kazo tersentak. "A-apa? Jadi kau laki-laki yang datang ke mimpiku itu?"

"Itu bukan mimpi bodoh, tapi Alpha."

"Ta-tapi penampilanmu..." ucapan Kazo sejenak langsung terhenti. Pandangannya menatap seksama pada laki-laki bernama Ain Naoki itu. Memang wajahnya tidak asing bagi Kazo, tapi penampilan pria itu benar-benar berbeda dari yang ia temui beberapa waktu lalu.

Ain Naoki tampak mendesah. "Tentu saja penampilanku berbeda, karena yang kau lihat waktu itu tubuh ayahku. Kekuatan Vimal ayahku bisa menggabungkan dengan tubuh orang yang beliau kehendaki, dan saat itu aku sedang berada di tubuh ayahku. Tapi inilah penampilan dan tubuh asliku." Jelasnya.

Kazo masih tertegun berberapa saat. Baginya orang ini tetap saja aneh, bahkan sekarang jauh lebih aneh saat melihat pakaian dan penampilannya yang terlalu mencolok.

"Sebenarnya dia ini siapa?" gumam Kazo perlahan.

"Tuan Ain Naoki adalah putra Tuan Ain Maori. Dia itu pemimpin para penjelajah Rania." Sahut Aragon menjelaskan saat melihat Kazo yang kebingungan.

"Hahh... Jadi dia ini seorang pemimpin?" serunya dengan nada suara tidak percaya.

"Aku dan Bamberda datang kemari untuk menjemput kalian berdua menuju ujung Verittam. Jadi sebaiknya kita berangkat sekarang, karena ruang dimensi yang kuciptakan hanya bisa bertahan satu jam. Dan penjelajah Arya yang terkurung di sana tidak mungkin akan duduk diam sambil menunggu." jelas Ain Naoki dengan wajah serius.

"Kami akan mengawal anda dari belakang Tuan. Kami akan memastikan bahwa mereka tidak akan bisa mengejar kalian hingga kalian memasuki gerbang Porta Loka." Tukas Aragon sambil menunduk dengan hormat. Ain Naoki terlihat mengangguk.

"Kami semua mengandalkanmu Aragon. Terima kasih." ucap Ain Naoki sambil berjalan menuju tanah lapang di samping patung Monumen Tuan Jakarri.

"Kazo!"

Kazo menoleh saat suara Aragon yang tegas terdengar tepat di belakangnya. Kentaurus itu menatapnya dengan wajah serius. Tangan besarnya tampak menepuk pelan bahu Kazo.

"Kuharap kau ingat semua ucapan yang kukatakan padamu. Aku tidak mau kau merasa terbebani dengan janji yang dibuat Tuan Jakarri pada kami. Tapi kami percaya padamu Kazo, dan kau juga harus percaya pada dirimu sendiri." Kazo bisa merasakan ucapan dan senyuman tulus itu tergambar jelas di hadapannya.

Kazo tidak ingin membuat janji dan harapan yang belum tentu bisa ia wujudkan, tapi dia akan berusaha untuk tidak mengecewakan mereka semua. Kazo tidak akan membuat janji dan harapan itu pada mereka, tapi dia akan membuat janji itu pada dirinya sendiri. Kazo lalu mengulurkan tangan kecilnya yang langsung disambut tangan besar milik Aragon.

"Terima kasih karena kau terus mempercayai kami, Bangsawan Hiroki. Aku tidak bisa membuat janji apapun pada kalian, tapi aku pastikan kita akan bertemu lagi. Jadi tolong tunggu sampai waktu itu datang." ucap Kazo dengan nada tegas dan sinar mata yakin. Aragon tampak menggengam erat tangan Kazo sambil tersenyum.

"Itu pasti!"

"Kazooo... Cepat!"

Kazo segera berbalik menuju tempat Arga yang kini sudah berdiri di atas kipas milik Ain Naoki yang ukurannya menjadi lima kali lipat lebih besar. Bam tampak sudah berdiri di sana dengan kaos hitam yang entah ditemukan dimana. Dengan sekali sentak kipas besar itu tampak melayang dan terangkat ke udara. Kazo segera meloncat ke atas dan berpegang pada ujungnya. Kipas besar itu terangkat semakin tinggi dengan gerakan perlahan. Empat orang yang ada di atasnya melambai pelan pada penghuni Hutan Peri itu sebelum akhirnya kipas itu melaju dengan kecepatan tinggi.