"Laila," panggil Fauzi. Lelaki itu masih belum percaya atas kabar yang baru diterimanya tadi pagi. Orang tuanya telah mengatakan padanya, Laila telah sah menjadi istri dari anak juragan kaya pemilik perkebunan. "Apa kabarmu?" tanyanya dengan lembut.
"Hmm ... aku baik," balas Laila dengan lirih. "Kamu ... apa kabar?" tanya balik Laila. Sudah setahun sejak kepergian Fauzi untuk menempa ilmu di sebuah pondok pesantren.
"Aku baik juga," balas Fauzi. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi setelahnya. Ia berdiri sambil menengok ke kiri-kanan.
Keduanya diam dalam pemikiran masing-masing. Mau berbicara apa, tidak ada yang bisa mereka katakan. Untuk Laila, ia merasa bersalah kepada Fauzi karena telah menerima lamaran Hilman. Ia tidak menyangka, Fauzi akan kembali ke desa ini lagi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com