webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urbano
Classificações insuficientes
102 Chs

Pencuri Cantik

Asisten Andi membukakan pintu untuk Ryan keluar dari Heli. Lalu membawa semua perlengkapan kerja Ryan.

"Selamat Siang, Pak Ryan.. Kenapa dadakan, datangnya.. Padahal, kalau tahu hari sebelumnya, kami bisa buat persiapan." Pak Fuad, menyalami Ryan, lalu berdiri mendekat ke Ryan, "Ehmm.. Banyak wanita di Bandung ini, cantik-cantik dan masih gress!" Pak Fuad, CEO yang membawahi mall ini berbisik ke Ryan dengan menambahkan kedipan mata dan senyum menyeringai penuh arti, di sela pembicaraan formalnya tadi.

"Kau pikir aku pria hidung belang?" Ryan melirik sinis, seakan jijik dengan orang disebelahnya. "Aku pria beristri dan setia dengan istriku!" tambah Ryan, dengan suara cukup kencang untuk di dengar orang disekitarnya.

"Hueeeeek..apa dia bilang? Setia? Hahahah!" Asisten Andi yang berada di belakang Ryan, ingin sekali tertawa, tapi mengingat luka lebam diwajahnya tentu dia rela menahan tawanya.

"Ehmmm.. Bu.. Bukan begitu maksud saya, itu..." Fuad kebingungan dan ketakutan dengan ekspresi Ryan.

Ryan tak memperdulikannya lagi. Ryan berjalan lurus menuju lift. Ryan juga enggan untuk menengok ke para staff lainnya. Sikapnya memang seperti itu, cool menurutnya.

"Haduuuh.. Apa aku salah bicara ya? Tapi kata managerku, dia kan suka wanita.. Ah.. Sudahlah.. Aku akan buat perhitungan nanti dengan pemberi informasi yang salah ini!" hati Fuad merasa geram.

TING

Lift terbuka

Mereka mamasuki lift, dengan posisi Ryan di depan, langsung menatap pintu lift. semua mata di samping Ryan menunduk, enggan melihat ke pintu lift, yang memantulkan wajah diri mereka dan pasti akan mempertemukan mata mereka dengan mata Ryan jika melihat pintu lift.

"Kau pencet lantai berapa itu?" Ryan kembali protes pada Fuad, saat melihat nomor lantai yang dipencetnya

"Pak Ryan, kami sudah menyiapkan jamuan makan di salah satu restoran terkenal di Mall ini." kembali, Fuad mencoba untuk menjelaskan agenda yang sudah dibuatnya

Ryan menengok pada Fuad dengan tatapan benar-benar tak suka. "Kau pikir aku ke sini untuk mengikuti agendamu? Kau pikir aku tak cukup sibuk hingga punya waktu mengikuti agenda yang kau buat?" tangan Ryan sudah memegang kedua kerah jas Fuad.

"Maaf.. Pak Ryan.. Sudah menyinggung Anda.. Boleh saya tahu kemana tujuan Anda?" Fuad bicara terbata-bata.

"Huuuuh.. Dia ternyata lebih mengerikan dari apa yang sudah sering aku dengar.. Haaah.. Tau gini aku berpura-pura sakit saja tadi pagi, ga usah ngantor!" Fuad ingin menarik simpati Ryan, tapi tak ada satupun yang dilakukannya. Bahkan Ryan menariknya sangat rendahan. Seluruh staff dewan direksinya melihat bagaimana dia tak bisa berkutik dihadapan Ryan.

"Aku bukan orang kelaparan yang mengharapkan jamuan makan darimu. Aku ke sini untuk urusan penting. Langsung ke lantai dasar, siapkan mobil. Ada yang harus aku cari!" Ryan melepaskan kerah jas Fuad dna kembali menatap ke pintu lift.

"Baik, Pak Ryan.." Fuad segera memencet lantai dasar, meminta seseorang menyiapkan mobil sesegera mungkin di lobby.

TING

"Ada apa ini? Gempa atau kebakaran?" Ryan sempat bingung melihat banyaknya orang berlari saat pintu lift sudah terbuka di lantai dasar. Sesuatu yang tidak biasa terjadi di lantai dasar. Setiap orang berlari ke arah yang sama, mereka seperti ingin tahu sesuatu yang luar biasa.

"Ayo cepet.. Ada pencuri di mall ini?" seseorang berteriak pada temannya, tepat di depan Ryan saat orang itu berlari ke arah setiap orang berlari

Ryan menatap Fuad lagi. "Bagaimana bisa ada pencuri berkeliaran di sini? Apa kau tak becus mengurus keamanan di sini?" Ryan yang berniat untuk memebereskan tikus-tikus di Mall ini, menjadi semakin kesal dengan kenyataan yang ada di depannya. Pusat perbelanjaannya kini bisa rusak nama baiknya karena mereka tak becus juga menjaga keamanan di Mall-nya sehingga ada pencuri berkeliaran

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, Pak Ryan.." wajah CEO sangat pucat, panik dan ketakutan.

"Aku tak peduli, urus dan selesaikan!" Ryan memicingkan matanya pada Fuad. .

"Baik, Pak Ryan." seru Fuad, menunduk patuh.

"Andi, kemana arah jalan keluar?"

"Ke kanan, Tuan Muda." Andi menunjukkan arah yang dimaksudnya.

"Huuuh...menyebalkan sekali.. Aku sedang buru-buru harus melewati kerumunan!" Ryan bersungut kesal saat menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Asisten Andi. Sejenak dia hanya memandang orang-orang berlari ke sana.

Tapi, karena tak ada pilihan lain, dengan kesal, Ryan melangkahkan kakinya ke arah kerumuman.

"Andi, kacamata!"

"Ini Tuan Muda!" Asisten Andi memberikan kaca mata hitam Ryan.

Ryan berjalan dengan langkah cepat dan tetap cool seakan tak peduli apapun disekitarnya. Tapi langkahmya tersendat, karena banyaknya orang, sehingga sulit untuknya lewat.

"Andi!"

"Iya, Tuan Muda." Andi mendekat.

"Buat pagar betis. Aku tak ingin bersentuhan dengan mereka semua!" Ryan belum memasuki kerumunan, enggan berdesakan dengan manusia sebanyak itu

"Baik tuan muda!"

Sepuluh staff direksi dan Fuad harus rela menjadi oagar betus ubtuk Ryan dalam melewati kerumunan. Ryan berada di tengah, dengan Andi ada dibelakang lingkaran yang mengelilingi Ryan. Lingkaran penghalang bersentuhan dengan orang-orang. Jalan Ryan tak bisa cepat, karena sulit membuat orang menyingkir. Mau tak mau, Ryan hatus berjalan lambat, dan mendengar omongan orang yang sedang menonton apa yang terjadi di pusat kerumunan.

"cantik-cantik pencuri!"

"Bukan cuma pencuri, tapi penggoda, pelakor!"

"Menjijikkan!

"Iya, bisa nyuri black card.. Wiiih.. Apa dia simpanan om om ya?"

"Uang cash di tasnya juga banyak.. Untung ketahuan.. "

"Makanya hati-hati sama pelayan, jaga benar-benar barangmu kalau makan di luar!"

"Lihat, dia memang cantik, tapi lihat di robekan baju di punggungnya, itu di dekat tahi lalat di punggungnya, ada luka bekas pukulan!"

DEG

Ryan berhenti melangkah, setelah mendengar kata-kata terakhir yang didengarnya.

"tahi lalat di punggung.. Luka pukulan.. Ah, bukan.. Itu pasti bekas cambukkan.. Apa itu.. ShaKira Chairunisa.. Kaukah itu?" detak jantung Ryan semakin kencang,

"Lepaskan!" Ryan membuka pagar betis yang di buat staff direksi, dan melangkah melewati sesaknya kerumunan.

"Tuan Muda..."

Panggilan Asisten Andi juga tak dipefulikan oleh Ryan. Dia tetap melangkah menuju ke pusat kerumunan, untuk melihat siapa yang ada di sana.

"ShaKira Chairunisa.. kaukah itu.." hati Ryan semakin gundah. Antara rasa senang dan takut. Senang karena Ryan akan menemukan Kira, takut kalau wanita yang di sebut orang-orang bukan Kira.

Matanya tertuju ke arah setiap orang menatap, Ryan berjalan mendekat, terus mendekat.. Tak peduli lagi dengan prestisenya. Ryan berdesakkan dengan setiap orang.

Semakin jelas, tapi wanita yang ingin dilihat Ryan berdiri memunggungi Ryan dan Ryan masih berusaha keluar dari kerumunan ke arah wanita yang ingin dilihat wajahnya oleh Ryan. Jarak Ryan masih seouluh meter di dalam kerumunan. Tapi Ryan sudah bisa mendengar jelas suara di depan sana, di pusat kerumunan.

"Wanita sepertimu, hanya wanita murahan, yang bisanya cuma tidur sama lelaki hidung belang, memanfaatkan kecantikanmu buat mendapatkan rupiah.. Kau sudah salah ingin menggoda kekasihku Leo, kau pikir Leo akan suka dengan wanita penggoda sepertimu?"

Plaaak!" tamparan mendarat sempurna, meninggalkan noda darah dari luka di dekat bibir. Membuat pipi penerima menjadi panas dan bekas telapak tangan berwarna merah di pipi putih pun terlihat jelas menantang.

"Hey.. Apa yang dia lakukaaaaan! Beraninya dia!" Ryan semakin heram berusaha menyingkirkan orang-orang didepannya. Jarak Ryan pun semakin dekat.

"Anita.. Sudah... Sudah.. Serahkan saja dia ke putgas keamanan!" Leo mencoba melerai

"Ga bisa, dia udah coba ganggu kamu, yang.. Wanita murahan, penggoda, pencuriiiii!

Anita mengeluarkan seluruh isinya, sehingga uang rupiah berhamburan dari dalam tas.

"Wuuuuuiiiih.. Uangnya banyak bangeeeet!"

"Eh bener dia nyuri apa ngepet?"

"Jangan-jangan piara tuyul!"

"Enak ya, kerja jadi pelayan punya uang sebanyak ituh! Woooow.. Gue juga pengen doooong jadi pelayan!"

Suara sumbang makin riuh, membuat ramai suara di kerumunan. Anita juga menginjak-injak tas Kira.

"Anita... Sudaaaah! Kita laporkan saja.. Dia ini mencuri uang dari ruang kerjaku!" Leo mencari kesempatan.

"Hahaha.. Ga dapet tubuhnya gapapalah, uangnya banyak banget! Gila... Pagi ini gue beruntung banget nyuruh dia datang! Hahaha" hati Leo loncat-loncat kegiramgan melihat uang.

"Aku bukan pencuri!"

"Suaranya.." darah Ryan semakin mendidih. Suara yang sangat di kenal oleh Ryan yang sudah tiga bulan tinggal bersamanya dan segera mungkin Ryan berusaha lepas dari kerumunan.

"Buktikan kalau ini milikmu.. Kau tak bisa kan, membuktikan kalau barang-barang ini semua milikmu? dan uang-uang ini? Hahhaa.. Kau.. sudah mencuri dari tunanganku, berusaha merebut tunanganku, apa namanya itu hah? Dasar wanita penggoda murahan!"

"Aaaaaakhh..." Anita menjambak rambut Kira "Plaaaaak!" kembali menampar pipi Kira

"Hey!" Ryan menjambak rambut Anita

BUG BUG BUG

Tiga kali bogemnya mendarat di wajah Anita menyebabkan lebam dan darah mengalir dari wajahnya.

"Aaaaakh!" lalu Ryan melempar Anita hingga jatuh tersungkur menabrak meja.

Ryan berjalan mendekati meja, dan menendang Anita

"Hey, siapa Anda!" Leo sudah ingin memukul Ryan. Tapi tentu bukan tandingan Ryan. Bela diri Ryan cukup baik, dia sengan mudah menyelesaikan Leo

BUG BUG BUG

Ryan membuat keduanya tersungkur di tempat yang sama, lalu jongkok di hadapan keduanya.

"Berani kau pukul dia dengan tanganmu lagi, aku bersumpah akan menguliti dan memutilasi tubuhmu menjadi seratus bagian! Dan bukan cuma dirimu.. Tentu juga seluruh keluargamu!" Ryan memegang tangan wanita yang ingin memukul Kira sanagat kencang, "Tangan ini yang akan aku mutilasi lebih dulu!"

Ryan berdiri dan berbalik ke arah Kira, tapi kemudian menghentikan langkahnya lagi, berbalik menatap dua orang yang tersungkur.

"Kau akan mendapat masalah yang cukup berat dengan mengakui uangku sebagai uangmu!" Ryan menyeringai.. Senyuman penuh makna