webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Istri

"Ah, gila sadis mukulinnya!"

"Ganteng banget, tapi gila.. Serem euy.."

"Wow, itu duitnya!"

"Banyak banget duitnya.."

"Jangan-jangan tuh pelayan simpenannya sugar daddy! Cantik gitu... Pastilah itu! Hahah"

Banyak suara riuh sudah ramai dibelakang yang menyaksikan aksi Ryan tadi. Tapi tak ada satupun yang dipedulikan oleh Ryan. Tujuannya cuma satu, melangkah ke arah Kira. Ryan berjalan sambil membuka kancing jasnya.

"Suamiku? Bagaimana dia bisa disini? Ryan.. Dia melindungiku.. Dia datang melindungiku.." Kira tak berani menoleh ataupun menatap Ryan. Matanya sudah basah dengan air mata. Tadi, saat Anita memukulinya, tak ada air mata di sana. Kira sangat tegar menerima semua pukulan itu, tapi melihat Ryan, air matanya justru meleleh, membuatnya menangis sesegukan.

"Hey, jangan menangis lagi!" Ryan yang sudah membuka jasnya, memakaikannya kepala Kira, hingga menutup kepala hingga pinggan belakang Kira. Lalu memeluk Kira. "Aku di sini, tenanglah. Jangan menangis."

"Siapa kau? Beraninya kau mengacak-acak restoran tunannganku, beraninya kau memukuliku . Aaargh!!" Anita bangun dan coba melawam Ryan lagi.

"Andiiiiiii!" Ryam sudah sangat kesal, tak ingin meladeni wanita yang mengajaknya bicara tadi.

"Iya tuan muda.."

"Bawa wanita dan kekasihnya itu.. Dia telah menghina dan melecehkan istriku di muka umum, aku ingin hukuman seberat-beratnya! Dan ambil kartuku ditangannya Andi, lalu kau bakar, berikan istriku kartu yang sama dan baru! Aku ga sudi istriku memegang kartu bekas tangannya yang kotor!"

"A.. Apa kau bilang? istri? Dia mencoba menggoda tunanganku! Bahkan mencuri uang tunanganku!"

"Mencuri? Hahaahah..." Ryan tergelak tawa, tanpa menengok ke arah orang yang menjadi lawan bicaranya

"Andi! Periksa CCTV! Kalau wanita ini dan tunangannya berbohong dan memfitnah istriku.. Aku sendiri yang akan melipatgandakan hukumannya, dan tunanganhya, yang telah menggoda istriku. Jangan pernah kau lepaskan! Bawa mereka, amankan mereka, sampai aku tahu apa yang harus aku lakukan pada mereka."

"Baik Tuan Muda!"

Satu kedipan mata Asisten Andi.. Seluruh direksi Mall di sana sudah paham apa yang harus dilakukan. Mereka belum berhasil mencari muka di depan Ryan. Dengan kasus ini, mereka berharap bisa menunjukkan kerja yang bisa membuat Ryan percaya kepada mereka.

"Lepaskan tanganku.. Kalian mau bawa aku kemana.. Lepaskaaaaaan!" Anita memberontak, tapi tetap tak berhasil melepaskan diri. Begitu juga Leo. Hatinya ketar ketir.

"Lelaki di hadapanku.. Bukan orang sembarangan.. Bahkan bisa menyuruh CEO mall ini yang terkenal sombong untuk menarikku seperti ini.. Siapa dia? Apa hubungan mereka benar sesuai yang dikatakannya. Pelayan itu istrinya?

"Sudah jangan menangis lagi!" Ryan mengelus punggung Kira. Lalu Ryan memeluk Kira. "Tenanglah, aku ada di sini, tak ada lagi yang bisa mengganggumu!"

"Ryan.. Bagaimana bisa kau menemukanku? Kau tak bersama wanita itu? Kau tadi menyebut aku istrimu, kan?" air mata Kira masih tak berhenti tumpah, dia tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa di hatinya. Tadi Kira sudah ketakutan sangat. Untungnya, Ryan memang datang di waktu yamg tepat. Kemungkinan terbesar yang dibayanginya adalah penjara.

"Kau bisa jalan?" Ryan melirik Kira.

Kira mengangguk.

"Tapi aku tak akan membuarkamu jalan!" Ryan mendaratkan ciuman hangat di kening Kira, lalu menggendongnya.

"Anfi, dimana ruang CEO?"

"Ehmm tunggu.. Tolong turunkan aku, tasku!" pinta Kira sambil menunjuk tas di lantai yang sudah bekas injekan kaki dengan uang berserakkan di lantai..

Ekor mata Ryan mengikuti arah tangan Kira. "Itu sudah kotor.. Mau buat apalagi di simpan?" Suara Ryan sudah meninggi, dan bisa di dengar oleh semua orang di barisan depan yang masih menonton. Ryan juga melihat dengan tatapan tak suka ke arah tas yang ditunjuk Kira..

"Itu penting bagiku.. Didalamnya ada surat-surat penting.. Dan tas itu.. "

"Kenapa dengan tas itu?" tanya Ryan tak sabaran

"Itu barang pertama yang kau berikan untukku.." Kira mununduk dalam gendongan Ryan.

"Fuuuuh.. Wanita ini.. Dia... Aaaah.. Aku bisa beliksn yang baru.. Tapi, apa kenangan itu penting untuknya? Aku penting dihatinya?" Ryan tersenyum mendengarkan isi hatinya. Moodnya sedikit membaik karena permintaan sederhana Kira.

"Andi, ambil tas itu, cuci bersih, bsru berikan lagi ke istriku! Ambil juga surat-surat berharga dalam tas itu. Tinggalkan uanng yang berserakan di lantai!" Ryan memberi perintah dengan matanya tak lepas dari menatap Kira, lalu Ryan berjalan meninggalkan tempatnya berdiri.

"Baik, Tuan Muda!" Andi mengambil tas Kira dan domoet kosong Kira, lalu segera kembali ke Ryan, meninggalkam uang tak memiliki tuan, membuat orang-orang berteriak histeris.

"Tuan Muda, mari ke ruang CEO."

Ryan rak menjawab lagi, langsung keluar melewati kerumunan yang masih ada di sana, menuju ke ruang CEO.

"Uangnya saya ambil yaaaa.."

"Aduuuh.. Sakit.. Pelan-pelan jangan dorong-dorongan!"

"bagi-bagi uangnya.. Jangan robek.."

Orang-orang berlarian mencoba berebut uang, dan tak diperdulikan oleh Ryan. Ada juga suara-suara lain yang terdengar oleh Ryan.

"Wah, beruntung sekali, punya suami setampan itu"

"Pasangan serasi, istrinya cantik. Suaminya tampan."

"Beruntung banget sih, punya suami kaya"

"Kenapa suami kaya membiarkan istrinya menjadi pelayan?"

"Apa luka di punggung wanita itu karena perbuatan suaminya?"

Ada banyak suara di kerumunan yang berbisik. Mau ga mau, ada beberapa yang juga terdengar di telinga Ryan.. Suara sumbang yang mengganggu pikirannya. Walaupun Ryan sudah berusaha menepisnya.

TING

Pintu lift terbuka. Ryan segera memasuki lift. Tak ada pembicaraan di dalam lift. Ryan diam, hanya menatap lurus ke arah pintu lift. Kira hanya menunduk di atas tangan Ryan yang masih menggendongnya. Tatapan matanya jelas ke bawah, tak menatap Ryan.. sedangkan Asisten Andi, dari tadi tetap menundukkan pandangan ke bawah.

Entah apa yang dipikirkan Ryan, kali ini, dia lebih memilih untuk diam. Tak ada ekspresi yang ditunjukkannya. Membuat dua orang yang saat ini berada di lift bersamanya berpikir kemana-mana.

"Kenapa dia diam saja? Apa dia akan menghukumku dengan berat? Hufffh.. Tapi bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? Aku sudah membuat perjalananku kemari sulit untuk ditemukan, kan?" Kira mencoba menebak, tapi tak menemukan apapun.

"Kira, kau merepotkanku saja.. Aku harus tetap menunduk seperti ini karena dirimu. Sekali aku mengangkat kepala dan terlihat menatapmu, habislah aku.. Tuan Muda sepertinya sudah sangat marah sampai tak berekspresi seperti itu.." Andi bergumam.

TING

Pintu lift terbuka

Andi keluar lebih dulu, menunjukkan ruangan CEO

Klek

"Silahkan, Tuan Muda!"

"Andi, CCTV, sambungkan ke laptop, aku mau lihat dari awal kejadian"

"Baik, Tuan Muda!" Asisten Andi menutup pintu kembali dan menuju ruang CCTV unutuk mengecek semua detail kejadian.

"Mereka tadi menyakitimu, biar aku liat luka-luka diwajahmu" tanya Ryan, setelah duduk di kursi CEO, dengan Kira masih duduk dipangkuannya. Ryan menyandarkan kepala Kira didadanya, dengan bantuan jari tangannya, Ryan mengangkat perlahan kepala Kira yang menunduk supaya bisa terlihat olehnya, wajah Kira yang terluka.

"Ryan.. Hiks!" air mata Kira meleleh, sudah tak terbendung lagi.

"Aku pikur kau akan marah padaku, Ryan.. Tapi kenapa? Kenapa kau baik sekali? Kenapa kau bicara sangat lembut padaku?" hati Kira masih bingung harus bagaimana menanggapi Ryan. Orang yang kemarin ditinggalkannya, saat ini datang dan menyelamatkannya dari sesuatu yang buruk.

"Apa? Kenapa hanya memanggil namaku? Kenapa tak menjawabku?" Ryan mendekati wajah Kira, menjulurkan lidahnya menjilat darah yang ada di sisi bibir Kira.

"Maafkan aku... Kema.."

"Sudah.. Jangan bahas kemarin! Aku sudah cukup senang hari ini bisa menemukanmu lagi. Kau sudah makan siang?" Ryan melepaskan jarinya dari dagu Kira

Kira kembali menunduk, tapi Kira tetap menggeleng, menjawab pertanyaan Ryan.

"Kenapa menunduk? Tatap aku!" Ryan menggunakan lagi dua jari tangannya untuk mengangkat wajah Kira. Ryan memperlakukan Kira dengan sangat baik.

"Aku.. Ga berani menatapmu... "

"Kenapa?"

"Maafkan aku.." Kira justru menangis tak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Hey, sudah jangan menangis, kau aman bersamaku sekarang! Tak ada yang bisa menyakitimu selama aku bersamamu!"

"Aku.. Aku kemarin berpikir kau akan meninggalkanku dan kembali dengan istrimu.. Makanya aku pergi.. Aku takut melihat itu.. Aku takut kau memilihnya. memilih kembali padanya, suamiku.." Kira bicara sambil terisak dalam pelukan Ryan.

"Bodoh! Hah, kau masih saja bodoh!" hanya itu kata yang keluar dari bibir Ryan, dan Ryan kemudian mengeratkan pelukannya ke Kira. Tak ada lagi kata keluar dari bibir Ryan. Dia memilih diam dan mendengarkan tangisan Kira.

"Kali ini aku tak akan memakimu atau memarahimu.. Aku mengerti kenapa kau melakukan ini.. Fuuuh.. Aku senang sudah menemukanmu. Aku tak akan melepaskanmu.. kau akan selalu seperti ini.. Disisiku, disampingku mulai dari sekarang! Aku tak akan membiarkanmu menjauh sedetikpun dariku."

TOK TOK TOK

"Masuk!"

Klek

"Tuan Muda, saya mau mengantar video CCTV-nya.

"Hmmmm... Nyalakan! Lalu kau keluarlah, Andi.. Aku ingin kau carikan pakaian yang pantas untuk istriku!"

"Baik, Tuan Muda!" asisten Andi menyalakan laptop, menunjukkan file yang sudah dirangkumnya, mulai dari Kira datang ke mall hingga Ryan datang. "Ini sudah siap, tuan muda! Saya permisi dulu."

"jangan terlalu lama Andi! masih ada kerja untukmu!" Ryan mendekatkan kursinya ke meja, menggerakkan kursor laptop untuk mengecek CCTV.

"Hmm... mari kita lihat kegiatan istriku hari ini!"

"Ryan..." Kira melepaskan pelukan Ryan dan duduk tegak melihat ke arah Ryan.

"Hmmm... Apa panggil-panggil namaku? Kau mau apa, hah?" Ryan melirik Kira. "Dengar.. Sekali aku temukan video yang membuatku marah, habis kau!" nada mengancam dari bibir Ryan ke Kira, sudah seperti biasa. kelembutannya tadi, sudah berganti menjadi Ryan yang biasa Kira kenal.