webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urbano
Classificações insuficientes
102 Chs

Keliling Bandung

Kira berteriak dari kursinya, sangat kencang dan membuat Ryan menengok

"Bagus.. Aku bisa menarik perhatiannya!" Kira tersenyum di balik cadarnya.

"Apa yang ingin dilakukan olehnya dengan mengatakan itu?" Ryan menatap Kira, masih belum mengerti keinginan Kira mengatakan itu.

"Ryan, eh.. Suamiku.. Aku sangat mencintaimu" kira mengulangi kata-katanya lagi, kali ini Kira juga berdiri untuk menghampiri Ryan, tapi kedua bodyguard itu sudah memegang tangannya

"Nyonya muda, anda tidak boleh ke sana!" salah satu bodyguard di samping Kira mengatakan kalimat tadi, dengan maksud mengingatkan Kira

"Aaaah, Ryan, tolong aku, mereka berdua menyakiti tanganku mereka memegang tanganku sangat kencang!" Kira berteriak..

"Huuh.. maafkan aku.. Kalian tak akan mendapatkan hukuman dengan cambuk itu, jadi jangan marah padaku. Aku sedang menyelamatkan seseorang supaya tak mendapatkan hukuman cambuk mengerikan itu dari suamiku!" Rintih Kira di dalam hatinya, karena mengatakan pegangan para bodyguard sangat kencang. Padahal, cukup kencang tapi tak menyakitkan

"Ah, maafkan kami, Nyonya Muda.. Kami tak tahu kalau itu terlalu kencang!" kedua bodyguard tadi sudah ketakutan

"Haiiisssshh, kau pandai sekali berpura-pura, Kira.. Tapi baguslah.. Selamatkan orang-orang itu dari murka suamimu. aku tak ingin menguburkan seseorang malam ini. Bagus jika hanya membawa mereka ke dokter." Asisten Andi bergumam.

"Apa maumu?" Ryan akhirnya bertanya.

Kira segera berlari menghampir Ryan dan memeluknya, karena kedua bodyguard disebelahnya sudah melepaskan tangan mereka dari tangan Kira.

"Nyonya muda!" Keduanya berteriak, tapi Kira tak peduli. Tujuannya satu, menghampiri Ryan.

"Ryan, aku mencintaimu!" Kira berlabuh, memeluk Ryan sangaat erat.

"Apa maksudmu mengatakan itu?" Ryan tak tahu maksud Kira apa, tapi Kira saat ini sedang memeluk tubuhnya, Ryan tentu saja membalas memeluk Kira dan menjatuhkan cambuknya.

"ShaKira Chairunisa.. Apa kau ingin aku menjatuhkan cambuk itu? Ah, sepertinya begitu.. Kau tak suka cambuk itu" hati kecil Ryan sepertinya mulai paham, maksud dari Kira.

"Kau ingin aku memberikan sesuatu atau mengabulkan permohonanmu?" tanya Ryan dengan suara cukup kencang untuk di dengar semua orang dalam ruangan itu.

"Apa aku boleh memohon sesuatu padamu, suamiku?" Kira mendongak menatap Ryan.

Ryan mengangguk. "Tentu saja, selama kau tak meminta untuk pergi dariku!" Ryan mengamankan satu yang tak ingin dilepasnya.

"Aku tak akan meminta itu.. Aku mencintaimu.. Aku tak akan meminta itu.. Hmm.. Permintaan yang lain.. Maukah kau mengabulkannya?" Kira bertanya penuh harap

"Katakan."

"Bebaskan mereka berempat, hukuman mereka sudah cukup. Itu salahku, mereka tak tahu siapa aku dan aku memang cukup mencurigakan melamar pekerjaan dengan gaji rendah padahal aku memiliki segalanya.. Aku mohon, suamiku.. Maaafkan mereka.." pinta Kira, dengan posisi masih merangkul pinggang Ryan.

"Kau mau aku mengampuni mereka? Padahal mereka sudah menghinamu seperti itu?" Ryan mengernyitkan dahinya.

Kira mengangguk.

"Kalau mereka tak menghinaku seperti itu, kau butuh waktu lebih lama untuk menemukanku. anggaplah apa yang mereka lakukan adalah balasan atas dosaku melanggar janji padamu." Kira berusaha untuk memilih kata-kata yang tepat supaya tak menimbulkan amarah Ryan

"Apa maksudmu deng.."

"Aaah, suamiku.. Aku sangat lapar sekali.. Aku kerja cukuo banyak dari tadi pagi.. Aku sudah sangat lapar.."

"Huuuh. Semoga alasan laparku ini berhasil.. Semoga.. Semogaa..." Kira tak tahu lagi mau beralasan apa, tapi Kira berusaha untuk sebisa mungkin membuat Ryan menjauh dari keempat orang itu dan membebaskan mereka.

"Fuuuuh" Ryan menghela napas panjang.

"Andi!"

"Iya, tuan muda?"

"Bereskan mereka! Dan Istriku sudah lapar, dimana dia bisa makan?"

"Suamiku.. Ayo pergi berdua.." Kira menyelesaika kalimatnya sebelum Asisten Andi menjawab.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Aku mau kita pergi berdua keliling Bandung untuk cari makan.. Ayolah, suamiku.. Kau yang menyetir mobilnya seperti terakhir kali kita pergi.. Mau, ya?" bujuk Kira.

"Kau ini, pikir aku tak sibuk dan punya banyak waktu untuk berkeliling?" Ryan mengomel

"Ayolah, suamiku.. Kali ini aja.. Kita keliling Bandung.. Aku belum sempat berkeliling, kemarin."

"Hey, kenapa anak ini. kenapa dia menjadi manja sekali padaku seperti ini? Apa maunya? Banyak sekali permintaannya padaku! Tapi.. Dia lucu juga kalau bermanja-manja begini.. Hmm.. Aku juga ingin sepanjang jalan melihat wajahnya, baiklah aku akan menyetir sendiri." Ryan kesal, tapi bahagia. Entah bagaimana mengutarakan campur aduknya perasaan Ryan.

"Andi, siapkan mobil untukku! Bereskan mereka, dan kau ikuti aku dengan mobil lainnya!"

"Baik, Tuan Muda! Mari keuar dari sini, kita menuju mobil Anda!"

"Hahaha.. Untung aku sudah persiapan.. sejak menemukan Kira tadi, aku sudah siapkan dua mobil, satu coupe dan satu lagi mobil biasa. Bersenang-senanglah tuan muda. Kalian berdua sudah terpisah seabad, kan.. Hahahhaha...ya..ya..ya.. Bagi orang di mabuk cinta seperti Anda, satu harikan memang seperti seabad." Andi berceloteh dengan hatinya sambil berjalan keluar dari gudang.

"Andi.. Apa kau mau mati?" tanya Ryan saat melihat mobil yang disiapkan oleh Asisten Andi

"Maafkan saya tuan muda!"

"Haaah.. Mau bagimana lagi. Bandung macet, jalanan tak terlalu besar, ini paling aman, tuan muda.. Mesin mobil tak akan kebakar karena macet berjam-jam.." asisten Andi ngedumel dalam hatinya.

"Apa maksudmu dengan ini? Kenapa kau hanya menyiapkan BMW i8 untukku? Kau pikir aku apa, hah? Pengemis?" Ryan sudah membentak Asisten Andi.

"Maafkan saya tuan muda, saya tak berani berpikir ke sana." kata-kata yang keluar dari Asiaten Andi

"Huuh.. Aku tak mungkin bilang di Bandung macet, kan.. Dia bisa membunuhku. menyuruhnya menyetir mobil dijalanan macet! Haaah.. Serba salah punya tuan ga waras!" Asisten Andi tak tahu lagi harus berkata apa, hanya menumpahkan kesal dalam hatinya.

"Ah, sudahlah suamiku.. Mobil ini juga gapapa.. Aku suka warnanya orange.. Ayolah. Aku sudah lapar!" bujuk Kira.

"Wanita ini.. aaah, apa maunya? harga diriku mau dibawa kemana kalau aku naik mobil ini.. hufffffh.. Baiklah.. Baiklah, ShaKira Chairunisa.. Kau benar-benar menguji kesabaranku!" Ryan sudah berasap dalam kepalanya.

"Naiklah!"

Tak ada umpatan lagi untuk Asisten Andi. Ryan sudah berjalan masuk ke dalam mobil.

TOK TOK TOK

Asisten Andi mengetok kaca jendela Ryan.

"Ada apa lagi?" Ryan melirik Andi.

"Ini tuan muda.. Dompet anda, dan kacamata anda. jangan lupa nyalakan share location di handphone Anda, Tuan muda.." Pinta Asisten Andi.

"Kau banyak sekali bicara, Andi?" Ryan melirik Asisten Andi tak suka.

"Maafkan saya, tuan muda.. Saya tak berani.." Asisten Andi menunduk dan menjauhi mobil Ryan.

Ryan segera menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan Asisten Andi.

"Wohooooo?" Kira bwr5teriak setelah membaca doa naik kendaraan dan kemudian membuka niqob, juga sarung tangannya. Meletakknanya di atas dashboard.

"Wah, kau senang sekali, ya, berhasilmembuatku capek dengan menyetir seperti ini!" Ryan tersenyum sinis ke Kira.

"Maafkan aku suamiku.. Tapi aku memang lebih suka di mobil hanya berdua denganmu!" Kira menyandarkan kepalanya di tangan Ryan yang sedang menyetir.

"Hey, hentikan! aku sedang menyetir.. apa yang kau lakukan!" Ryan protes.

"Aku tak akan mengganggumu.. Aku cuma mau sandaran aja.."

"Kan ada sandaran jok mobil.. Kenapa harus ditanganku?" Ryan mengomel.

"Aku kangen, suamiku.. Sebantar saja.. yah.." jawab Kira, sangat ringam, tanpa beban mengucapkannya.

"Hahhaa.. Cari mati, aku!" bagaimana kalau wanita itu tahu perbuatanku ini.. Apa dia kan mengambil Ryan seperti kemarin? Fuuuuh.. Aku harus jaga sikap.." Kira cemberut, dan melepaskan tangan Ryan, hendak kembali bersandar di jok mobil.

"Kau sudah selesai mengganggu tanganku?"

"Aaah, padahal aku masih ingin dia bersandar ditanganku.. Kenapa cepat sekali memindahkan kepalanya.. Apa dia masih takut padaku?" Ryan sedikit khawatir.

"Tak menjawabku?" tanya Ryan lagi.

"Suamiku...aku masih mau bersandar di sana."

"Lalu?"

"Aku takut.."

"Takut apa?"

"Huuufffh.. Benar dia masih takut padaku, kan? Dia trauma padaku.." Ryan sudah kesal lagi karena kebodohannya dulu, Kira menjadi takut dengannya.

"Jangan bicara setengah-setengah.. jawab pertanyaanku.. Kau takut apa?" tanya Ryan lagi.

"Takut istrimu akan mengambilmu, dan menjemputmu seperti hari kemarin." Kira memberanikan diri.

"Apa maksudmu? Cassey?"

Kira menunduk.

"Kau takut Cassey membawaku pergi darimu?"

"Haaah.. Kenapa dia tak menjawabku? Apa dia ingin membunuhku hidup-hidup dengan menyetir sambil emosi seperti ini?" Ryan sangat tak sabar.

"ShaKira Chairunisa!" Ryan akhirnya membentak Kira karena tak juga menjawab.

"Iya.. Iya.. Aku takut dia mengambilmu.. Aku takut tak bisa melihatmu lagi, kalau dia mengambilmu.. Dia lebih menakutkan dari dirimu.. Aku takut.." Kira akhirnya menjawab.

"Huuuh.. Dia ga sabaran banget sih.. Akukan harus mengumpulkan keberanian sebelum menajawab pertanyaannya!" protes Kira.

"Sudah, jangan bahas itu.. kau mau makan apa?"

"Hmmm.. Kau tak marah padaku, suamiku?"

"Sudah, jangan di bahas! Apa kau menyuruhku mati dengan menyetir di jalan seramai ini dan marah-marah?" Ryan semakin sewot.

"Aah.. Iya.. Maaf.."

"Kau mau makan apa, di mana?" tanya Ryan lagi.

" Aku boleh makan apa aja kan?" tanya Kira antusias

"Hmmmm..." Ryan mengangguk.

"Agak mahal gapapa?"

"Sudah cepat, sebutkan kau mau makan apa!"

"Aku mau makan di pinisi resto.. Malamnya, aku mau makan di the valley cafe."

Ryan langsung mencari Pinisi resto di GPS mobilnya, dan langsung menuju arah restoran yang diinginkan Kira.

"darimana kau tahu restoran seperti ini?"

"Internet. banyak di instagram. Aku suka lihat, tapi tak pernah datang ke sana."

"Tak perlu kau ceritakan, aku sudah tahu kau tak pernah ke sana! Bicara yang penting-penting saja!" Ryan ngedumel lagi.

"Baiklah.. Baiklah.. Suamiku.. Hmm.. Nanti malam, kita nginep di garut, mau?"