webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urbano
Classificações insuficientes
102 Chs

Jawaban

Kira menatap Farid,

"Saya jatuh cinta pada seorang wanita pagi ini. Sayangnya Dia sudah menikah!" matanya bertatapan dengan Kira, bagai menembus mata Kira. Jantungnya seakan berhenti berdetak.

Sedetik

Dua detik

Tiga detik

Kira tidak mengalihkan pandangannya. Dia bengong.

Farid sudah memalingkan pandangan dari Kira dan tertawa melayani pernyataan audience yang mulai ngaco.

"Sama Aku aja Kak, aku jomblo lhoo!"

"Kakak ganteng, sama Aku aja!"

"Iiih, patah hati dong kaaaak... Sini sini.. Aku sembuhin luka dihati kakak!"

"Kak, aku rela jadi ban serep, Kak!"

"Kakak aku padamu!"

"Kak Farid, berlabuhlah di hatikuuu... Kakak tak akan kecewa!"

Dan berbagai kalimat lainnya silih berganti terdengar riuh diruang kuliah.

Kira mengalihkan pandangannya dan tertunduk. Kira bingung.. Apa yang dimaksud Farid tadi itu dirinya? Atau orang lain? Kalau memang iya yang dimaksud Farid adalah dirinya... Apa yang harus diperbuatnya? Ada rasa senang dihati Kira bila yang dimaksud Farid adalah Kira. Karena, ini pertama kalinya Kira mendengar ada orang yang berkata bahwa Dia mencintai Kira. Dia jatuh cinta pada Kira. Apa betul seperti itu?

Kira menggelengkan kepalanya, mencoba menepis semua perasaannya.

"Astaghfirulloh haladzimm.. Ya Rob.. Lindungilah hatiku.. Maafkan Aku... Lindungilah Aku dari memikirkan yang bukan hak ku dan perbuatan dosa."

Kira terus memanjatkan doa dan memberikan semua bukunya pada Sari. Karena kelas sudah selesai. Jam kedua dan ketiga telah habis untuk tanya jawab. Mata kuliah dengan SKS 3 ini pun sudah selesai.

Kira tak ingin melihat Farid lagi. Kira hanya menundukkan kepala terus menerus melafadzkan istighfar.

"Baiklah, pertemuan hari ini sudah selesai! Terima kasih untuk Farid yang sudah mau hadir mengisi kelas hari ini. Kelas selesai! Terima Kasih!"

Prof wahyu sudah keluar ruangan. Kak Desi merapihkan semua perlengkapan milik Prof Wahyu.

"Eh, mau kedepan dulu, ga Ra?" Tanya Rini yang sudah berdiri, tangannya menunjuk podium didepan..

"Mau apa?" Tanya Kira.

"Minta foto sama Kak Farid. Emang lu ga mau?"

"Gila, Lu! Bisa di gorok Gue sama Suami Gue!"

"Eh iya lupa Gue.. Lu udah punya manusia kesayangan! Hahahah... Ya udeh, Gue mo minta foto dulu, ye!"

"Gue tunggu di mushola, udah Zuhur ni!" Kira setengah berteriak, mengingatkan sahabatnya.

Bukan hanya Rini yang gila diruangan ini. Sebagian besar mahasiswi sudah mengelilingi Farid minta foto di depan. Kira hanya melirik, dan bersama Sari sudah melangkah keluar ruangan menuju mushola jurusan. Kira ga ke masjid kampus, karena terlalu jauh, sedangkan Dia masih ada praktikum. Jadi memilih solat di mushola Jurusan Program Studi Kimia. Selain masih satu wilayah didekat tempat praktikumnya, Kira juga bisa ke kantin samping mushola.

Kira berjalan dengan Rini sejajar.

"Nyonya Muda, sepertinya alumni didepan tadi.."

"Jangan diteruskan, Sari. Biarkan saja, anggap saja Kau tak dengar apapun."

"Baik Nyonya Muda.. Saya akan jaga rahasia ini!"

"Maafkam Saya, Sari.. Membuatmu susah."

"Tidak apa Nyonya, memang ini bukan kesalahan Nyonya."

Sari sepertinya paham apa yang terjadi dikelas. Dia bukan hanya seorang driver tanpa pendidikan. Sari adalah seorang detektif muda, memiliki kemampuan bela diri yang sangat baik, dan juga profesional. Dia memperhatikan semua disekeliling Kira. Melaporkan pada Ryan semuanya. Tapi, untuk beberapa hal, Sari banyak membantu Kira keluar dari kesulitan. Dia memilah mana yang harus disampaikan dan tidak. Sari tahu masalah Kira dari pelayan dirumah. Dia sangat berempati dengan Kira dan menganggapnya seperti adiknya sendiri. Karena usia mereka yang terpaut delapan tahun.

"Kita ke toilet dulu, ya, baru ke mushola!"

"Baik Nyonya Muda!"

Kira menyelesaikan hajatnya, lima menit sudah keluar dari toilet dan menuju mushola.

Kira membuka sepatunya, berwudhu, dan bersiap solat sunah qobliyah zuhur.. muadzin sudah mengumandangkan iqomad. Kira yang sudah selesai solat sunnah, berdiri lagi bersiap solat zuhur.

Selesai solat, memimpin do'a didepan, Kira mengaminkan. Suara imam didepan yang memimpin do'a sedikit mengusiknya. Bukan imam yang biasa Kira dengar. Selesai do'a, Kira melaksanakan solat sunnah ba'diah zuhur.

Lagi, terdengar seseorang mengaji di depan. Seorang pria dengan suara sangat merdu. Begitu indah di dengar ditelinga Kira. Membuat suasana hati dan moodnya sangat baik. Kira tak dapat melihat siapa didepan yang mengaji. Karena tertutup gorden pembatas.

Kira diam beberapa saat didalam mendengarkan lantunan surah Al-Qur'an. Dan kemudian keluar setelah mushola semakin penuh. Sepertinya mahasiswa dan mahasiswi yang memilih makan dulu baru solat, telah memasuki mushola kecil ini. Kira keluar menuju kantin..

Rini sudah memesan makanannya.

"Pergilah beli makan siangmu, Sari!"

"Baik, terima kasih, Nyonya Muda!" Sari meninggalkan meja Kira dan Rini, lalu pergi untuk memesan makanan untuknya. Sari hapal, setiap senin dan kamis, Kira pasti puasa. Bi Iroh memberi informasi ini padanya. Jadi, Dia tidak pernah bertanya pada Kira dan hanya membeli untuk dirinya sendiri.

"Ngapain sih, liatin HP terus?" Kira risih melihat sahabatnya yang asyik dengan handphone-nya tanpa berkedip dan tanpa menyantap makanannya, padahal itu makanan favorit sahabat gilanya.

"Ada ya, wajah sesempurna ini..." Rini menunjukkan foto dirinya dengan Farid ke Kira.

"Apa Gue santet aja, ya Ra? Owhhh... Pangerankuuuuu!"

Rini sudah gila. Yaaa.. Dia sudah ga waras, begitulah pikir Kira, yang lagi-lagi, Dia hanya menggelengkan kepalanya. Tak sengaja, mata Kira menangkap Farid sedang berjalan diikuti oleh Desi dibelakangnya.

"Liat tuh, cowok pujaan hati Lu. Udah nempel aja Kak Desi sama Dia! Hahahaha" Puas hati Kira meledek Rini. Dan Rini, otomatis menatap arah pandangan mata Kira.

"Iiiih... Gila.. Gila... Anjaaaaaay.. Mau apa tu manusia?"

Bukan cuma Rini yang panik. Kira mengamati mahasiswi dikantin ini... Mereka juga memandang ke arah yang sama..

"Hahahhaah.." Kira tertawa sangat bahagia, sampai gelak tawanya terdengar menarik perhatian seorang pria yang berjalan cepat meninggalkan kantin. Ini pertama kalinya Kira tertawa sekencang ini memikirkan kebodohan mahasiswi dikampusnya.

TUK

Suara nampan disebelah Kira.

Sari sudah datang dengan membawa nampan berisi makanan pesanannya. Gado-gado lontong dan es kelapa muda.

"Nyonya Muda maafkan Saya, bukan bermaksud tidak sopan.."

"Sudah, gapapa Sari.. Makanlah! Aku tak akan tergoda dengan makananmu!"

Kira mengeluarkan buku praktikum dan mempelajari ulang modul praktikum hari ini.

Termodinamika, perpindahahan Kalor atau panas. Pengujian kali ini, ada dua. Endoterm dan eksoterm. Kira mempelajari semuanya, dengan teliti, sehingga nanti di ruang praktikum Kira bisa bekerja efisien.

"Ra, serius amat sih! Suami lu udah kaya juga, ga pinter juga tetep ga masalah, kali!"

"Haaaah?" Kira yang sudah berkonsentrasi penuh dengan modul yang sedang dipelajarinya, tak mendengar apa protes sahabatnya tadi.

"Iiiih.. Dikacangin gue! Lu tuh udeh pinter, Ra! Nilai Lu selalu tertinggi di kelas, santai aja siiii.. Suami udah kaya juga. Ngapain pinter-pinter siih! Nikmatin hidup, Ra!! Kita karokean yuk, pulang praktikum! Gue patah hati, niiii" Ajak Rini berapi-api.

"Hmmmm... Lu pikir Gue mo cari mati!"

"Haaaah.. Ga asik laki lu.. Dulu sebelum lu nikah, Kita sering jalan bareng. Sekarang, Gue cuma bisa jalan berdua ama Deby!"

"Iya beneeeer.. Yuk jalan Ra!"

Suara Deby nyamber dibelakang Rini. Dia baru selesai praktikum. Kelas Deby, lebih dulu praktikum sebelum kelas Kira dan Rini.

"Eh, udah bubar?"

"Baru."

"Yuk, Rin! Entar telat, lagi!" Kira bersiap merapihkan bukunya dan berdiri.

"Jadi jalan ga entar?"

"Ga mungkin! Sampai Kerbau masuk lubang jarum, pun Gue ga bakalan bisa! Lagian, kesian Suami Gue. Pulang kerja, cape, ga ada yang ngurusin kalau Gue ga dirumah!"

"Haaaa... Istri solehaaaaah" Serempak Rini dan Deby melontarkan pernyataanya ke Kira, yang cuma disambut Kira dengan gelak tawanya.

Kira, Rini, diikuti Sari dibelakangnya meninggalkan Deby yang masih dikantin. Deby adalah teman satu kost Rini. Mereka biasa jalan bertiga sebelum Kira menikah. Tapi setelah Kira menikah, ceritanya lain. Kesempatan mereka untuk bertemu Kira hanya tinggal di kampus. Karena Kira juga ga diizinkan pergi ke kost mereka.

Kira membuka loker dan memakai jas praktikumnya. Mengambil buku praktikum dan bergabung dengan kelompoknya, bersiap didepan pintu ruangan bersama teman-temannya yang lain.

"Ra, laporan minggu kemarin udah selesai?"

"Udah, ini.." Kira memberikan laporannya ke Agus. Ketua kelompok praktikumnya.

Klek

Ruang praktikum dibuka.

"Selamat Siang adek-adek"

"Hwaaaaaa.... " disambut teriakan histeris mahasiswi.