webnovel

Ruang Praktikum

Ya iya. Gimana ga teriak.. Kak Farid, membuka pintu ruang praktikum, sudah lengkap memakai jas putihnya. Dan hari ini berarti Dia bukan cuma menjadi tamu di ruang kuliah. Juga menjadi tamu untuk praktikum termodinamika.

Farid meletakkan jari telunjuk dibibirnya dan semua mahasiswi diam menahan jeritan, kesengsem membuat merona merah di wajah mereka dan mungkin mereka juga menahan napasnya..

Hahahah.. Jantung mereka pasti berdetak kencang seperti.. Ups! "Astaghfirullohahadzim..."

Kira yang bermain dengan pikirannya sendiri mengomentari kelakuan mahasiswi disekitarnya, lagi-lagi berusaha menghapus ingatannya yang memikirkan bagaimana jantungnya hampir copot saat Farid menyanggah tubuhnya pas mau kepleset tadi. Sangat dekat dan..

"Astaghfirullohahadzim" lagi-lagi Kira beristighfar. Berusaha menghapus kenangan tadi.

"Ehm.. Selamat Siang semua! Silahkan berdiri sesuai kelompoknya! Kita kuis sebelum masuk ruang praktikum!" Suara jutek Desi yang berdiri dekaaat sekali dengan Farid membuat wajah para mahasiswi ini berubah ga mood.

Kira berbaris dikelompoknya. Menunggu pertanyaan kuis yang akan diberikan. Yang bisa menjawab, akan masuk. Seperti pertanyaan rebutan.

"Pertanyaan pertama!" Farid memulai. "Sebutkan alat-alat yang digunakan untuk praktikum hari ini!"

"Kamu!"

Hanya ada satu yang mengangkat tangan. Yaitu Kira.. Yang lain sepertinya belum konsentrasi.

"batang pengaduk, gelas beaker, kertas perkamen, neraca analitik, pipet skala, sendok tanduk, thermometer." Dengan cepat Kira menyebutkan alat apa saja yang akan digunakan.

"Betul, silahkan masuk!" Kira mencolek Sari untuk mengikutinya.

"Maaf, hanya Kamu sendiri yang boleh masuk!" Farid melirik ke arah Kira.

"Kak Farid, itu asistennya Kira. Suaminya selalu menyuruh asistennya didekat Kira dan sudah mendapat izin dari Rektor." Desi menjelaskan ke Farid.

"Tidak untuk praktikum kali ini!"

"Kak Farid.." Desi mulai panik.

"Saya akan bertanggungjawab. Ini praktikum Saya. Dan Saya harap Anda mengerti!" Farid menatap Sari.

"Sari, Kamu tunggu disini, ya!" Kira tak ingin membuat masalah. Dan memilih menyuruh Sari tinggal.

"Baik Nyonya Muda, jangan khawatir. Saya akan merahasiakan ini!" Sari membungkuk dan mundur kebelakang. Tahu apa yang harus dilakukannya. Berdiri dijendela dan tetap disana, posisi yang membuatnya dapat melihat Kira dengan jelas.

Kira memasuki ruangan. Duduk dimeja kelompoknya.

Kuis agak lama selesai. Biasanya lima belas menit sudah selesai. Ini.. Setengah jam masih banyak di luar yang belum bisa menjawab.. Lebih anehnya, Kira didalam dengan mahasiswa laki-laki semua. Hanya dirinya dan satu mahasiswi, yang berhasil lewat.

"Hufff.. Semua menjadi bodoh karena si alumni ganteng!" Kira bergumam sendiri.

Desi terlihat kesal dan mulai marah-marah ke adik tingkatnya. Akhirnya, Farid masuk ke dalam dan Desi melanjutkam memberi pertanyaan diluar. Tiga orang asisten praktikum yang ada didalam juga sudah ada di meja praktikum. Satu kelompok ditemani satu asisten.

Farid memulai penjelasan tanpa menunggu yang masih ada diluar.

Satu persatu, mahasiswi akhirnya bisa melewati Desi. Mungkin otak mereka sudah berfungsi lagi setelah melihat Desi. Hahaha.. Kira bermain-main dengan pikirannya lagi.

"Kamu kebagian mengerjakan apa?" Suara Farid dibelakang Kira menyadarkan Kira dari lamunannya.

"Eh ini.. Uji coba panas pelarutan endoterm." Kira menjawab cepat.

"Pakai variasi apa?" Tanya Farid lagi.

"Asam sitrat." jawab Kira lagi.

"Berapa banyak?"

"Nol koma dua puluh satu gram."

"Dalam mol!"

"Nol koma Nol Nol Satu Mol."

"Bagus! Berapa variasi airnya?"

"Tiga variasi, nol koma lima, satu, dan dua mililiter."

"Berdasarkan teori, mana yang akan menghasilkan suhu terpanas?"

"Asam sitrat dengan air nol koma lima mililiter."

"Hmm.. Coba buktikan berdasarkan praktek!"

Kira bergegas mengambil gelas beaker.

"Tunggu!"

Belum sempat Kira melakukan antisipasi atau menengok, tangan Farid sudah memegang tangan Kira.

"Ada apa dengan semua luka ditanganmu?"

"Astaghfirullohaladzim!"

PRAAAANG

Kira menarik tangannya yang dipegang Farid dan untuk pertama kalinya Kira memecahkan peralatan praktikum.

BRAAAAK

Sari masuk kedalam, membuka pintu dengan suara kencang dan menarik Kira.

"Nyonya Muda, Kita harus pulang sekarang!"

"Tidak bisa, Dia sedang mengerjakan praktikum!" Farid menarik tangan Kira.

"Haaa.. astaghfirulloh!" Kira berteriak dan segera menarik Tangannya dari Farid.

"Tuan Farid, Anda tahu seberapa besar Anda membahayakan Nyonya Muda? Akibat ulah Anda ini, bisa mengakibatkan beliau tidak bisa melanjutkan kuliah lagi! Mohon mengertilah!" Sari mengalihkan pandangan ke Kira. "Nyonya Muda, Tuan Muda pasti sangat marah, Tuan memasang kamera pengintai, tentu tahu apa yang terjadi. Saya mohon Nyonya.. Demi keselamatan Anda!"

"Baiklah, Ayo Sari." Kira pasrah.

Kira tak lagi menengok ke belakang. Keluar dari ruangan praktikum menuju loker. Sari masih di dalam, merapihkan semua perlengkapan Kira dimeja. Dan bersiap membawanya keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya dipegang Farid.

"Apa yang akan terjadi? Apa suaminya sering membuat masalah dengannya? Dan kalau Kau kasihan dengan Nyonya Mudamu, kenapa Kau tak melepaskan kamera pengintai yang ada di brossmu? Katakan pada Tuanmu, Aku juga menyukai Nyonya Muda. Bersikap baiklah atau Aku akan merebut Nyonya Muda darinya!" Farid melepaskan tangan Sari selesai mengatakan semua itu. Sari langsung pergi meninggalkan ruang praktikum. Dengan semua kecemasan dalam hatinya.

"Habislah Aku hari ini...." Keluh Sari didalam hatinya.

Dan bagaimana keadaan dalam ruang praktikum?

Para mahasiswi patah hati semua mendengar apa yang dikatakan kakak alumni tampan tadi. Desi bahkan mengepalkan tangannya. Beberapa Mahasiswa merasa geram dengan pernyataan yang dikeluarkan Sari tadi. Mereka memikirkan seperti apa suami Kira sebenarnya.

"Bagaimana bisa, perempuan sudah menikah, tak tahu wajahnya cantik atau tidak, bisa menarik perhatian Kak Farid?" Hati Desi bergemuruh.

"Oooh, Kiraaaa.. Aku iri sama Kamu, udah punya suami ganteng, masih ada cowok perjaka kaya Kak Farid yang suka sama Kamuuu. Jadi yang dimaksud Farid wanita sudah menikah, jangan-jangan kamuuuu, Kiraaaa!!!" Hati Rini berdesah gemeees sama Kira.

"Apa betul Suami Kira melakukan KDRT? Huff.. Andaikan dulu Aku berani menyatakan cintaku pada Kira, Aku bisa melindungi Kira dari lelaki yang menyiksanya!" Agus mengepalkan tangannya.

"Jangan gaduh, mari lanjutkan praktikumnya!" Farid tersenyum seperti tak melakukan apapun tadi.

Ruang praktikum kembali kondusif.

Kira menaruh jas labnya. Menutup loker. Titik bening keluar dari matanya. Dia sangat kesal dengan perbuatan Farid. Tak ikut praktikum, artinya Dia akan dapat nilai D. Ini sangat mengesalkan untuk Kira. Bukan nilai D karena Kira bodoh, tapi nilai D karena yang terjadi di lab. Kira juga sudah sangat takut dan panik,

"Apalagi yang akan diperbuat suamiku, Ya Rob.. Tubuhku sudah sesakit ini.. Aku tak sanggup menerima siksaan lagi, hari ini." Hati Kira merintih, air matanya bercucuran. Walaupun tak ada yang dapat melihat kesedihannya. Kira melafadzkan istighfar tanpa henti setelah peristiwa tadi, tetap berjalan meninggalkan kampus.

"Halo?" Sari mengangkat telepon

"Baik! Saya mengerti!"

Sari menutup teleponnya. Dan berbalik ke arah Kira yang berjalan dibelakangnya.

"Nyonya Muda, Kita akan ke kantor Tuan Muda. Tuan meminta Nyonya Muda untuk datang kesana sekarang."

"Apaaaa?"

Next chapter