webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urbano
Classificações insuficientes
102 Chs

Hotel

"Iya."

"Kemarilah!" Ryan menarik Kira dan merangkulnya. Hari ini.. Hatinya sangat bahagia dengan apa yang telah dilakukan Kira.

"Tuan Muda ini key card kamarnya." Ryan mengambil dari tangan Asisten Andi dan menuju lift, 1401. Ryan memencet angka 14 dalam Lift

TING

Lift terbuka di lantai 14 dan Ryan membuka ruangannya.

"Ah.. Subhanalloh!"

"Ada apa?" Tanya Ryan.

"Kamarnya besar sekali.. Padahal cuma mau numpang mandi." Jawab Kira polos.

"Ini president suite room! Sana cepat mandi!" Ryan benar-benar bingung dengan kepolosan istrinya.

"Iya.. Tapi.."

"Haaah.. Tapi apa lagi?" Ryan ga sabar.

"Aku ga tau dimana kamar mandinya. Banyak banget pintunya"

"Kauuu... Fuiiiihh!" Ryan mengacak-acak rambutnya karena gemes dengan istrinya. "Sini!" Ryan menarik tangan Kira. "Kamar mandi pasti didalam kamar tidur, karena mempermudsh setelah aktivitas ditempat tidur, apa Kamu paham?" Ryan menatap Kira.

"Iya, paham.."

"Sana mandi!"

Kira segera masuk kamar mandi. Dan Ryan duduk bersandar di kasur. Mengeluarkan

handphonenya. Wajahnya menegang setelah melihat layar handphonenya. Foto dirinya dan kedua orangtuanya. Kegundahan timbul dihatinya.

 

Flashback on

"Aku akan membunuhmu didepan putrimu! Sedangkan putrimu, Akan Aku jual sebagai pekerja seks komersial!" Ryan menatap lelaki berusia lima puluh tahunan yang sudah dipukuli oleh anak buahnya sampai babak belur.

"Aku mohon.. Hukum Aku saja... Jangan putriku.. Aku mohon... Ini semua kelasalahanku. Aku yang telah membunuh orangtuamu, maka bunuhlah Aku, jangan Kau sakiti putriku!" Pinta lelaki itu.

"Kau pikir dengan membunuhmu orangtuaku bisa hidup lagi? Aku akan membuat hidup putrimu menderita!"

"Ayaaaaaaaah.." Seorang gadis berlari mendekati lelaki yang sudah babak belur tadi.

"Ayaaaaaaah.." Gadis itu menangis memeluk dan Menciumi ayahnya.

Untuk beberapa saat, gadis itu tetap saja dalam posisinya tadi. Terus-terusan menangis, tanpa peduli dengan yang ada disekelilingnya.

"Bunuh lelaki itu!" Suara Ryan dibelakang menyadarkan gadis muda tadi.

"Tolong.. Tolong jangan bunuh ayahku.. Aku mohon.." Dia berlari ke arah Ryan, memegang kaki Ryan. "Tuan, tolonglah jangan bunuh ayahku.. Hukumlah Aku.. Aku saja, jangan bunuh ayahku. Kau bebas menghukumku sesuai kemauanmu, tapi tolong. Lepaskan Ayahku. Aku mohon.. Hukum Aku saja.. Aku saja.. Jangan ayahku!"

Entah apa yang terjadi pada Ryan, setelah sepuluh tahun Dia mencari pembunuh orangtuanya, sepuluh tahun Ryan menunggu untuk membalaskan dendamnya, ketika saat itu tiba, hatinya malah sedikit luluh dengan gadis didepannya.

Tangan Ryan memberi aba-aba untuk tidak membunuh lelaki yang sudah hampir kehabisan napas dan darah itu.

Lalu Dia jongkok, mensejajarkan kepalanya dengan gadis yang meratap di kakinya itu.

"Kau tahu apa yang dilakukan ayahmu?"

Gadis itu menggeleng

"Ayahmu telah membunuh ayah dan ibuku sepuluh tahun lalu!"

Gadis itu menutup mulutnya, dan berbalik menatap ayahnya.

"Ayah, apa itu benar?"

Ayah gadis itu menangis. "Maafkan ayah.. Maafkan ayah.. "

Gadis itu menutup matanya dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Bunuh Dia!" Ryan memerintah masih dalam posisi jongkok.

"Aku mohon jangaaaaaan" Gadis itu memegang tangan Ryan. "Aku lakukan apapun, asal jangan bunuh ayahku! Aku lakukan apapun untukmu.. Aku mohon, Tuan! Aku mohon.. Atau bunuhlah Aku, sebagai pengganti ayahku!" Pintanya lagi.

"Kau sadar apa permintaanmu?"

Gadis itu mengangguk.

Ryan memperhatikan gadis muda didepannya. Matanya sembab, kulitnya putih, memiliki bulu mata lentik. Wajahnya juga cantik, tapi kenapa rambutnya ditutup?

"Kau pakai apa ini untuk menutup rambutmu?" Tanya Ryan

"Aku pakai jilbab."

"Untuk apa?"

"Menutup auratku dari orang yang tak boleh melihatnya." Gadis itu masih menangis, tapi masih berusaha menjawab pertanyaan Ryan.

"Siapa saja yang boleh melihat auratmu?"

"Ayahku, suamiku, anak-anakku."

"Ah, Kau sudah punya suami dan anak?"

Gadis itu menggeleng.

"Jadi Kau belum menikah?"

Gadis itu mengangguk.

"Siapa namamu?"

Shakira Chairunisa.

Dan saat itu.. Tercetuslah cara balas dendam yang lebih menyakitkan bagi Ryan.

"Baiklah, Aku beri pilihan untukmu. Pertama, Aku membunuh ayahmu sekarang dan menjualmu untuk menjadi wanita malam.. Atau yang kedua, Ayahmu menyerahkan diri ke polisi, mengakui telah membunuh orangtuaku dan Kau menikah denganku. Bagaimana? Aku memberimu waktu lima menit untuk berpikir. Kau yang menentukan. Shakira Chairunisa!" Ryan memegang dagu gadis itu sangat kencang. Kemudian melepaskan dan berdiri.

"Aku tidak butuh lima menitmu.. Aku pilih yang kedua. Pilihan kedua!" Gadis itu menjawab beberapa detik setelah Ryan berdiri.

"Ah, baiklah.. Asal Kau ingat, ya.. Kita menikah. Bukan karena Aku menyukaimu.. Tapi itu adalah pembalasan atas kematian orangtuaku! Kita menikah, dan Kau akan menjadi budakku selamanya! Apa Kau paham?"

Gadis itu berdiri, menatap Ryan.

"Aku mengerti dan sangat paham. Aku setuju!"

"Kiraaaa... Jangan lalukan itu naaak!" Ayahnya memanggilnya. Gadis itu ingin berlari ke ayahnya, tapi tangannya dipegang oleh Ryan.

"Kau tak boleh kesana lagi. Atau Aku tembak ayahmu!"

"Ayah, jangan khawatir, Aku lakukan ini bukan untuk melindungi ayah, tapi melindungi diriku sendiri. Lebih baik menjadi budak dari pada menjadi p*l*c*r! Gadis itu menjawab sambil berteriak kepada ayahnya.

Ryan menggandeng tangan gadis itu mendekati ayahnya.

"Pernikahan putrimu akan dilangsungkan besok. Apa ada syarat yang ingin Kau minta?"

Lama Ayah Kira menatap Kira. Dia tak ingin Kira menikahi orang dihadapannya yang akan berbuat jahat pada Kira. Tapi, Dia juga tak ingin Kira dijajakan sebagai wanita malam. Dia berpikir cara untuk membebaskan anaknya.

"Izinkan putriku untuk tetap kuliah." Ayah Kira tahu apa impian terbesar dari anaknya yang hanya bisa didapat kalau anaknya tetap menjalani kuliah. Serta cara ini, akan membuat Kira bisa berinteraksi dengan orang lain. Pikirnya, ini bisa membuat Kira menyelamatkan diri dari Ryan.

"Baiklah Aku mengizinkannya tetap kuliah setelah menikah denganku. Dengan beberapa syarat.

Pertama, memakai cadar.

Kedua, hanya boleh kuliah tanpa mengikuti kegiatan organisasi apapun setelah kuliah.

Ketiga, sampai dirumah sebelum suami sampai dirumah.

Keempat, menjauhi mahasiswa laki-laki.

Kelima, diantar jemput dengan supir.

Keenam, tidak boleh pergi dengan teman kuliah atau mengundang ke rumah atau bermain ke rumah teman" Ryan menatap gadis itu. "Apa itu cukup untukmu, Shakira Chairunisa?"

Gadis itu mengangguk "Terima kasih, sudah cukup!" Ucapnya masih sambil menangis.

 

Klek

Kira membuka pintu kamar mandi, sudah lengkap dengan pakaiannya lagi. Membuyarkan lamunan Ryan..

"Kau sudah solat?"

"Baru mau.. Tapi Aku ga tau arah kiblatnya, handphoneku di dalam mobil." Kira menunduk.

"Haaah.. Kau ini.. Apa ini pertama kali Kau masuk hotel?"

Kira mengangguk.

Ryan kehabisan kata-kata untuk kembali memakinya.

"Liat tanda hitam di langit-langit itu. Itu tanda arah kiblat!" Akhirnya Ryan pasrah membantu Kira.

"Ah, Terima kasih!" Kira tersenyum dan segera solat ke arah tanda panah tersebut.

"Wanita ini.. Apa yang dipikirkannya tentangku? Kenapa Dia masih bisa tersenyum semanis itu padaku setelah penyiksaan yang telah Aku lakukan padanya? Ssssh.. Apa Dia merencanakan balas dendam padaku? Makhluk seperti apa Dia?" Ryan sangat penasaran dengan Kira. Ryan turun dari tempat tidur, mengantongi handphonenya, duduk ditepian tempat tidur dan mengamati Kira yang masih solat hingga takhiyatul akhir dan Kira selesai salam.

"Ada apa?" Tanya Kira bingung melihat tatapan Ryan.

"Sudah selesai?"

"Belum. Tadi baru qobliyah ashar. Sekarang mau solat ashar dulu!" Kira tersenyum dan berdiri, kembali melakukan takbiratul ikhram.

"Apa yang kamu baca dalam solatmu? Apa Kau mendoakan kematian dan kehancuranku? Apa Kau menyimpan dendam padaku? Apa Kau ingin membuatku jatuh cinta padamu dengan sikapmu ini? Apa yang Kau rencanakan? Apa Kau berpura-pura baik padaku untuk mendapatkan sesuatu? Baiklah, akan Aku ikuti maumu.. Aku akan ikuti permainan pura-pura baikmu sampai Kau lelah dan menunjukkan taringmu yang sebenarnya. Saat itu, Aku akan benar-benar menghancurkanmu dan ayahmu!" Ryan masih belum bisa menerima semua perasaan dihatinya. Dia masih berusaha mencari celah keburukan yang disembunyikan Kira.

"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh"

Lalu Kira mengangkat tangannya dan berdo'a

Bismillahirrohmanirrohim

Kira membaca do'anya dalam bahasa arab yang tak dimengerti Ryan.

Aamiiin Yaa Robbal'alamin.

Lalu Kira kembali sujud sebelum duduk dan berdiri. Mendatangi Ryan. Jongkok dihadapan Ryan

"Boleh pinjam tanganmu?" Kira meminta tangan kanan Ryan. Dan entah kenapa, Ryan tidak bertanya dan memberikannya. Lalu Kira mencium tangan Ryan.

"Terima kasih!" Kira menaruh kembali tangan Ryan ditempat awal Ryan menaruhnya. Di pangkuan Ryan.

"Apa yang Kau lakukan?" Tanya Ryan agak bingung dengan tingkah Kira yang mencium tangannya dan kemudian berterima kasih.

"Aku.. Sudah lama ingin sekali sehabis solat mencium tangan suamiku.. Seperti yang diceritakan dibuku-buku kisah perjuangan Islam." Jawab Kira sambil tersenyum pada Ryan.

Hati Ryan bergetar, dan bulu kuduknya berdiri. Dari kecil Dia belum pernah melakukan solat, dia tak tahu apa yang Kira lakukan, tapi hatinya sangat tersentuh.

"Ehm.. Tadi.. Kau berdoa apa?"

"Tadi Aku berdoa untuk suamiku, orangtuaku dan orangtuamu, juga untuk kebaikan dunia dan akherat." Jawab Kira sesuai dengan apa yang tadi dilakukannya.

"Kau berdoa agar Aku cepat mati? Atau Kau ingin menghancurkanku?" Hanya itu yang ada dipikiran Ryan. Berdasarkan Apa yang telah dilakukannya selama ini ke Kira, tentu saja tak mungkin menurutnya Kira berdoa baik untuknya.

Kira menggeleng cepat. "Aku tadi berdoa, supaya Suamiku dimudahkan rezekinya, dipanjangkan umurnya dan dipermudah semua urusannya dunia dan akherat." Jawab Kira cepat. Karena Dia tahu Ryan tak suka menunggu.

"Apa Kau berbohong padaku?"

Kira menggeleng.

Ryan kehabisan kata-kata.. Hatinya bergemuruh.. Dia masih menatap Kira. Dia melihat jelas Kira berdoa. "ShaKira Chairunisa, apa rencanamu padaku?" dalam pikirannya, Ryan masih belum bisa percaya dengan yang dikatakan Kira. Tapi, hatinya.. Berkata lain. Wanita didepannya sangat jujur. Dia tak pernah berpura-pura dihadapannya.

"Ehm.. Ayo Kita pergi sekarang!" Ryan berusaha menjaga dirinya tak terpengaruh.

"Kemana?"

"Aku mau belanja! Kita ke pusat perbelanjaan!"