webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Menunggu Maghrib

"Ehmm.. Suamiku!" Kira menahan tangan Ryan yang sudah menggandengnya.

"Ada apa lagi?"

"Sebentar lagi maghrib. Kurang dari tiga puluh menit lagi waktu solat.."

"Lalu?"

"Mmm.. bisa ga kalau berangkatnya habis maghrib?" Tanya Kira ragu-ragu.

"Kau mau menyuruhku menunggu tiga puluh menit?" Mata Ryan seakan sudah mau memakan Kira.

Kira menggeleng. "Iya sudah.. Ayo Kita berangkat." Kira mau memasang niqobnya, namun tangannya dicegah oleh Ryan

"Kenapa Kau ingin menunggu solat maghrib disini?"

Kira tersenyum " Soalnya disini bersih, dingin, ga rebutan wudhu sama tempat solatnya. Kalau di Mushola di tempat-tempat belanja, Musholanya kecil, panas, karena kadang ditempat parkiran, terus sumpek desek-desekan, harus buru-buru karena solatnya gantian dengan orang lain." Jawab Kira jujur.

Ryan diam sejenak, lalu melepaskan tangan Kira.

"Ya sudah. Kita berangkat setelah Maghrib!"

"Haaaah? Beneran enggak apa-apa?"

Ryan mengangguk, masih dengan wajahnya yang jutek.

"Yeaaaay.. Kira meloncat senang. Terima Kasih, Suamiku.. Kamu baik bangeeeeet!"

"Haaaah? Apa ga salah wanita ini? Cuman Aku kasih izin solat maghrib disini Dia sudah meloncat kegirangan dan senang seperti ini? " Ryan ga habis pikir. Karena selama ini, wanita pasti meminta macam-macam padanya. Tas branded, sepatu branded, mobil, rumah, segala macam. Tapi wanita didepannya, yang selalu di caci maki di siksa, bahkan tak pernah diberinya uang, Dia sangat berterima kasih untuk izin solat?

"Cium Aku!"

"Eh, apa?"

"Apa Kau pikir Aku mau menunggu dengan gratis?"

Kira tersenyum, pipinya bersemu merah, dan mendekati Ryan. Belum sampai Kira mendekat, Ryan sudah menggendongnya dan mencium Kira lebih dulu. Merasakan lembutnya bibir Kira, dan merebahkan Kira ditempat tidur. Menjelajah tubuh Kira, hingga melakukan apa yang tadi mereka lakukan di dalam mobil. Bedanya, Ryan sudah membuka semua pakaianya, tidak seperti di mobil tadi. Mereka melakukan selama dua puluh menit, sebelum akhirnya sama-sama mencapai pelepasan.

"Aku mau mandi."

"Ah, baik, suamiku.. Aku siapkan airnya dulu." Kira bergegas bangun, tapi tubuhnya ditahan oleh Ryan hingga Kira terjatuh dikasur lagi.

Ryan mengangkat tubuh Kira, membawanya dalam gendongannya menuju kamar mandi, lalu menaruh Kira dalam bathtub. Ryan juga menyalakan air, menyesuaikan suhu dengan tangannya, dan ikut masuk ke dalam bathtub.. Dengan posisi Kira menyandar bathtub, kakinya mengangkang dan kepala Ryan berada ditengah dadanya. Tubuh Ryan dalam posisi terlentang. Ryan memindahkan kaki Kira dari bersandar di kedua sisi bathtub menjadi bersandar diatas kedua paha Ryan.

"Kenapa diam?"

"Hmm.. Aku harus bagaimana?" Tanya Kira bingung.

"Kau bisa pijat kepalaku, bisa sabuni Aku, atau memberi shampo rambutku."

"Aaah.. Iya suamiku."

Kira melakukan semua perintah Ryan tadi. Lalu keduanya membilas tubuh dibawah pancuran shower. Kira berwudhu dan membaca do'a Mandi junub.

"Kau ngapain?" Tanya Ryan.

"Wudhu, terus mandi junub!" Jawab Kira.

"Apa bedanya dengan mandi biasa? Kenapa harus seperti itu SOP nya?" Ryan memperhatikan Kira bersuci sambil bergumam dalam hatinya.

"ShaKira chairunisa!"

"Haaah?" Kira menatap Ryan yang memanggilnya.

"Apa cuma wanita yang harus membersihkan seperti itu, SOP nya?"

"Enggak, laki-laki dan wanita sama. Harus juga!" Jawab Kira.

"Kenapa Kau ga melakukan itu padaku?"

Kira kaget dan menatap Ryan.

"Aku ga bisa.. Kau harus lakukan sendiri." Kira menjelaskan.

"Aku ga bisa. Aku juga ga ngerti!" Ryan menyilangkan tangan didadanya. Dia memang betul-betul tak mengerti ritual yang Kira lakukan.

"Sini Aku bantu... Hmm.. Kamu bisa wudhu?"

Ryan menggeleng.

"Ikuti Aku ya.." Kira mengajari Ryan berwudhu , lalu mengajari Ryan membaca niat mandi junub, dan tata caranya. Ryan cukup pandai dan mengerti semua gerakan. Hanya bacaan saja yang belum lancar dihapalnya.

Akhirnya, proses bersih-bersih mereka berdua selesai.. Ryan sudah memakai jubah mandi begitupun Kira.

"Mendekatlah!"

"Suamiku.. Aku mau solat dulu.. Kalau Aku mendekat dan merangkulmu, wudhuku batal, dan harus wudhu lagi... Boleh ga mendekatnya habis solat maghrib?"

Ryan berpikir sejenak dan mengangguk

Senyum merekah dibibir Kira. "Terima Kasih, Suamiku!" Kira tersenyum sangat bahagia. Dan Kira juga meminta izin untuk memakaikan baju Ryan setelah Dia solat. Karena Kira masih berwudhu. Ryan mengangguk setuju, disambut dengan senyum gembira dan kegirangan di wajah Kira.

"Aku.. Duluan ke dalam untuk solat, ya.." Pinta Kira.

Ryan hanya mengangguk.

"Yaaa Rob.. Suamiku baik.banget hari ini.. Terima kasih Ya Rob... Wahai dzat yang mampu membolak balik hati manusia.. Terima kasiiiiih." Kira bersyukur didalam hatinya.

"Senyummu sangat indah. Kau tak pernah menunjukkan senyum itu sampai hari ini setelah tiga bulan Kita bersama. Apa sekarang Aku membuatmu bahagia? Tapi kenapa Kau bahagia? Padahal Aku ga memberimu sepeserpun uang?" Ryan masih bingung dengan Kira. Semua wanita pasti meminta uang padanya. Tapi Kira? Dia bahagia hanya diberi izin solat saja? Ryan memperhatikan Kira solat seperti tadi. Sampai Kira selesai dan kembali padanya.

Kira memungut baju Ryan dan bersimpuh dibawah. Dengan Ryan duduk dipinggiran tempat tidur.

"Hmm.."

"Kau mau pinjam tanganku lagi?"

Kira mengangguk dan tersenyum Ryan memberikannya dan kemudian Kira mencium tangannya. Tanpa pernah diduga oleh Kira, Ryan menempelkan bibirnya di dahi Kira setelah Kira mencium tangan Ryan. Membuat pipi Kira bersemu merah.

"Terima Kasih, suamiku." Kira menaruh lagi tangan Ryan.

"Kau ingin berterima kasih untuk tanganku atau ciumanku?"

Kira tak menjawab, hanya menunduk malu yang membuat hati Ryan semakin bergejolak.

"Membuatku menunggu dan tak ingin menjawab?" Suara Ryan pelan, tapi terdengar merdu dan sexy.

"Mau, Aku jawab.. Aku berterima kasih untuk dua duanya, Suamiku." Jawab Kira cepat, tak ingin suaminya menunggu.

Ryan kehabisan kata melihat kepolosan Kira.

"Kau gadis bodoh! Apa semudah itu Kau jatuh cinta dan masuk ke dalam perangkap yang Kau buat sendiri? Atau ini bagian dari permainanmu?" Ryan masih belum bisa percaya.

"Pakaikan bajuku." Ryan mencari pengalihan dari kegugupannya.

"Iya."

Kira langsung memakaikan baju Ryan dan juga sepatunya. Kurang dari lima menit, Kira sudah menyelesaikannya..

"Ayo berangkat sekarang!"

Kira yang sudah mengenakan niqob, mengangguk.. Ryan kembali merangkul Kira. Meninggalkan kamar, menuruni lift dan menuju Foyer. Asisten Andi sudah ada di sana, langsung sigap memanggil mobil dan Mereka melaju ke pusat perbelajaan terbesar, termewah, terlengkap nomor satu di Indonesia.

"Tuan Muda, Kita sudah sampai!"

"Andi, Kau ikut turun! Siapa yang bawakan belanjaanku nanti?" Ryan mengingatkan Asisten Andi sebelum Ryan turun dari mobil dan menggandeng Kira.

"Baik, Tuan Muda!" Jawab Andi segera turun mengikuti Ryan.

"Haah.. Memang Kau ingin belanja apa sih?" Andi sedikit menggerutu dibelakang.

Mata Kira sudah berbinar-binar melihat Mall. Sudah lama Kira ga cuci mata.. Biasanya Dia jalan-jalan ke Mall bareng Rini dan Deby seminggu sekali atau dua kali hanya untuk windows shopping. Tapi sudah tiga bulan ini, Kira ga melakukannya karena larangan Ryan.

"Bagaimana perasaanmu?" Ryan tiba-tiba berhenti dan bertanya sambil melihat Kira.