webnovel

Menyembuhkan Luka

Suara kicauan burung berbunyi menyambut suasana cerah yang begitu menyejukkan. Langit hitam kembali menjadi biru cerah. Seluruh aktifitas di hutan berjalan seperti biasanya. Hewan kecil berlari kesana kemari dan burung di atas langit berterbangan mengepakkan sayapnya mencari tempat baru lagi.

"Apa benar ini dunia kecil, paman?" Yan Kaibo duduk di tanah kering dengan memegang kelinci kecil yang begitu imut bersama seorang pria kecil di sampingnya juga sama-sama tengah bermain dengan para hewan.

"Kamu memikirkannya seperti itu. Haha, dunia kecil ini memang hampir sama kehidupannya di dunia pada umumnya. Jadi jangan tertipu."

Yan Kaibo mengangguk pelan. "Paman, walaupun tubuh mu kecil, bagaimana bisa kamu memiliki tenaga besar."

"Kamu tau semut?"

"Tentu saja tau."

"Semut bisa mengangkat beban besar lebih dari tubuh mereka yang kecil. Seperti itulah aku, semut kecil bukan berarti dia lemah dan tidak kuat, terkadang semutlah yang lebih kuat dari makhluk-makhluk besar. Kamu jangan menganggap remeh semut kecil itu."

Yan Kaibo tercerahkan, ia tersenyum puas. "Aku mengerti sekarang, apapun lawan yang ku lawan, dari segi ukuran apa yang ku lawan, mereka tetap lawan dan harus kita setarakan dengan diri kita. Tapi bukan berarti kita akan melemah, bukan begitu paman?"

Pria itu mengangguk senang. "Kamu anak yang cukup cerdas, dari sini bisa menyimpulkan perkataan ku."

"Yan Kaibo kemarilah!" teriak seseorang.

Yan Kaibo menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Itu Zhuxiang, pemuda kurus itu terlihat berkeringat dingin, tidak tau apa penyebabnya.

"Paman, sepertinya aku sudahi percakapan kita kali ini, aku akan menemui teman ku dulu." Yan Kaibo bangkit dari duduknya. Ia menaruh kelinci kecil yang dipegangnya di tanah.

"Baiklah."

Yan Kaibo tersenyum dan kemudian ia berlari ke arah Zhuxiang.

"Ada apa kawan?"

Zhuxiang dengan raut wajah khawatirnya berkata, "Huft ... Tadi di saat aku tak senagaja berjalan melewati kamar ruangan Yong Tuoli aku telah mendengar sesuatu."

"Sesuatu?" Yan Kaibo mengerutkan alisnya.

Zhuxiang berkata menjelaskannya, "Jadi tadi saat aku lewat setelah makan, aku-"

"Tunggu-tunggu, kenapa kau tidak mengajakku makan?"

Tuk!

Zhuxiang memukul kepala Yan Kaibo pelan. "Kau ini, dengarkan dulu kenapa!"

"Hehehe ... baiklah." Yan Kaibo menggaruk kepalanya. "Lanjutkan ... "

Zhuxiang menatap tajam Yan Kaibo lalu kemudian ia berkata, "Jadi ketika aku melewati ruangan Yong Tuoli, aku melihat Qing Yu tidak ada dan Yong Tuoli sendirian. Jadi ... aku ingin menemaninya."

Buk!

Kini giliran Zhuxiang yang mendapatkan pukulan, namun cukup kuat dari Yan Kaibo. "Ku kira apa, kau ini sungguh membuatku hampir mati jantungan!"

"Yah, kan aku cuman ngabarin, kau terlalu emosi."

Yan Kaibo seperti teruji dengan teman seperti ini. "Huh, aku cukup sabar menghadapi mu Zhuxiang."

***

Sosok pemuda berselimut kulit hewan buas tengah mengerjapkan kedua matanya, menetralisir cahaya yang memasuki kedua matanya.

Ada sebuah tangan yang menyentuh kepalanya. Ia seketika memandang siapa yang menyentuh kepalanya. Wajahnya terkejut tatkala menatap siapa sosok tersebut.

"Bibi!"

"Ssstt! Bagaimana keadaan mu sayang?"

Yong Tuoli ingin sekali menangis saat tau siapa sosok tersebut. "A-aku merindukan mu bibi." Yong Tuoli kesulitan berbicara ia ingin duduk dan langsung memeluknya namun tubuhnya terasa susah digerakkan hingga ia hanya bisa menatapnya dalam diam.

"Bibi akan pergi sekarang, kamu baik-baiklah jaga diri."

Seketika dia menghilang dari hadapan Yong Tuoli hingga membuat Yong Tuoli berteriak memanggilnya.

Hal itu membuat para pria kecil di luar dan teman-teman Yong Tuoli seketika datang menemuinya.

"Yong Tuoli ada apa?!" tanya panik Qing Yu. Pasalnya Yong Tuoli baru tersadar dari pingsannya dan kini malah berteriak. Ini sungguh membuatnya terkejut bukan main.

Yong Tuoli menatap ke arah mereka semua. Ia ingin mengatakan apa yang terjadi, namun karena teriakan kerasnya tadi itu membuat goncangan keras pada luka di perutnya.

"Shittt! Ah!" Yong Tuoli mencengkram perutnya erat.

Mereka semua seketika panik namun tidak untuk pria kecil yang menjadi lawannya waktu itu. Ia berkata dengan tenang kepada mereka semua, "Kalian sebaiknya pergi dari ini, biar aku yang urus dia." Ia memberikan perintah mutlak tak terbantahkan ke mereka semua dengan tekanan kuat yang hanya mengarah ke mereka.

Mereka seketika keluar termasuk teman Yong Tuoli. "Kami serahkan dia kepada mu." Yan Kaibo berkata sebelum ia akan keluar.

"Kau tenang saja." Pria itu membalasnya dengan senyuman tipis.

Setelah semuanya keluar, pria itu menatap Yong Tuoli berjalan ke arahnya.

"Luka yang kau miliki terbuka lebar. Bila dipertahankan hanya akan menyiksamu, luka itu tidak akan sembuh dengan sendirinya bila tidak diobati. Aku bisa membantu mu, tapi kamu harus menanggung resikonya yaitu rasa sakit melebihi kematian."

Yong Tuoli meskipun merasakan rasa sakit ia masih bisa mendengar jelas perkataan pria tersebut. Ia berkata lirih sedikit terbata-bata, "Ba-baiklah~"

Pria itu langsung duduk di kasur Yong Tuoli. Ia membantu Yong Tuoli duduk. Mereka saling berhadapan.

"Kau buka dulu pakaian mu."

Yong Tuoli berusaha membukanya sesuai perintahnya, namun karena ia sedang kesakitan tangan Yong Tuoli gemetar kesulitan membuka pakainnya.

Dengan helaan nafas pelan pria itu terpaksa membantunya membuka pakaiannya.

Kulit putih berbalut kain putih di sekujur tubuhnya terlihat begitu jelas kala pakaiannya terbuka. Pria itu juga meminta Yong Tuoli membuka lilitan kain, tapi Yong Tuoli menggeleng pelan karena merasa tak sanggup membukanya sendiri. Dengan terpaksa lagi pria itu membantunya. Ia baru pertama kali membantu seseorang membukakan pakaian. Ini membuatnya merasa ragu walaupun sesama pria.

Setelah terbuka semua lilitan kain yang melilit Yong Tuoli. Pria kecil itu berkata, "Kau tutuplah mata mu, tapi tetap pertahan kan kesadaran mu."

Yong Tuoli mengangguk pelan. Sepertinya ia akan merasakan rasa sakit melebihi kematian. "Aku sudah biasa menahan rasa sakit ini. Tentu aku bisa." Yong Tuoli membatin dalam hatinya.

Ia pun menutup matanya sesuai perintah pria tersebut. Terlihat pria itu telah mengambil sesuatu dari dalam pakaian yang dipakainya.

Itu sebuah jarum dan benang. Tujuannya tentu untuk menutup luka Yong Tuoli. Ia menggunakan skill menjahitnya menutup luka Yong Tuoli. Pemuda itu tidak berteriak kesakitan, ia seperti menikmati rasa sakit di tubuhnya. Pria itu sampai bingung dengannya. Namun ia tidak ingin terlalu memikirkannya.

Ada sentuhan yang begitu menuai sensasi. Yong Tuoli sampai tak bisa menahan rasanya, ini sakit sekali. Kedua tangannya meremas kasur yang didudukinya. "Aaaa ... !"

Setelah lama ia tak berteriak menahan rasanya. Yong Tuoli dengan kuatnya berteriak. Tangannya bahkan sampai gemetar, matanya yang terpejam meneteskan setetes air. Nafasnya juga terasa tercekat, rasa sakitnya begitu mendarah daging. Luka yang dialaminya ini sudah sampai di bagian dalam tubuhnya, itulah mengapa terjadi kontraksi yang begitu mengejutkannya.

Pria itu terus melakukannya, selain ia memberikan jahitan penutup luka, ia juga memberikan obat-obat untuk membuat lukanya mengering. Mungkin luka yang dialami Yong Tuoli setelahnya akan perlahan-lahan menghilang, tapi rasa sakit seperti ini tak akan pernah terlupakan.

Pria itu memberikan sentuhan terakhir dan menyelesaikannya. Ia menepuk pundak Yong Tuoli menyadarkan pemuda yang tengah menutup matanya menahan rasa sakit di perutnya yang sudah terasa di sekujur tubuhnya. "Sadarlah, kau bisa istirahat setelah ini."

Mata Yong Tuoli terbuka. Ia memperlihatkan senyuman tipisnya. "Terimakasih."

"Biar aku bantu kamu merebahkan tubuh."

Yong Tuoli mengangguk pelan. Sepertinya ia sudah kehilangan energinya sampai bergerak saja terasa susah. Untung pria itu sedikit pengertian untuknya. Ia membantu Yong Tuoli merebahkan tubuhnya dengan benar dalam kondisi telanjang dada. Pria itu lalu menutup bagian tubuh atas Yong Tuoli dengan pakaian yang dipakainya sebelumnya serta menimpali selimut yang menutupnya saat ia pingsan. Yong Tuoli tanpa pikir panjang langsung menutup matanya. Rasanya sangat lelah dan ia butuh istirahat.

Selesai itu pria tersebut langsung beranjak turun dari kasur Yong Tuoli dan keluar kamarnya.

Saat di luar ia sudah di sambut pertanyaan teman-teman Yong Tuoli, namun saking ia kelelahan juga, ia hanya melambaikan pelan tangannya dan berkata, "Dia tertidur, jangan mengganggunya." Habis mengatakannya ia langsung pergi untuk beristirahat juga.