webnovel

Pendekar Mayat Bertuah

Sanjaya adalah pemuda yang berniat untuk membalas semua tindakan kejahatan dari sang paman. Dia pemuda sakti pewaris dari pendekar yang sudah meninggal dunia. Pemuda ini memiliki ajian mustika peninggalan sang ayah. Demi menumpas kejahatan, banyak pengorbanan yang harus dilaluinya. Apakah Sanjaya akan berhasil? Apakah Santana mampu menumpas kejahatan?

Mas_Hudi_6902 · Guerra
Classificações insuficientes
152 Chs

Penuh Ambisi Tak Terkendali

Langkah penuh semangat Prabu Dharma pun menyusuri ruangan Istana Kaputren itu dan langsung menuju ke tempat kolam pemandian yang berada di belakang Istana Kaputren, namun begitu tiba di ruangan yang paling belakang yang berada sebelum kolam pemandian itu tiba-tiba saja Prabu Dharma bertemu dengan dua Dayang yang terlihat sedang mencari-cari sesuatu.

"Hei Dayang, sedang apa kalian berdua?" tanya Prabu Dharma.

"Ini Gusti ... kami sedang mengambilkan baju dan wewangian (sejenis sabun) untuk Tuan Putri," ujar salah seorang Dayang.

"Oh gitu, terus sudah ketemu?" lanjut tanya sang Prabu.

"Sudah wewangiannya, tapi bajunya belum Gusti," jawab Dayang itu dengan wajah menunduk.

"Ya sudah kalau begitu lekas cari dan kalau sudah ketemu sini berikan padaku, biar nanti aku yang akan menghantarkan untuk Putri Mekarsari," ujar Prabu Dharma dengan entengnya.

Memang itulah ciri khas Raja yang satu ini, kalau sudah bicara soal perempuan nalarnya suka tidak ada alias ngawur, tidak perduli apakah itu akan menghilangkan wibawanya sebagai raja atau tidak, pokok asal bisa kesampaian gitu aja.

Lalu tidak lama kemudian selesailah kedua Dayang itu mencarikan barang pesanan Tuan Putrinya itu.

"Gimana Dayang apa sudah ketemu bajunya?" tanya Prabu Dharma.

"Sudah Gusti Prabu," ucap Dayang sambil masih mendekap barang pesanannya Putri Mekarsari itu.

"Ya sudah capat sini berikan padaku!" sahut Prabu.

"Ampun Gusti Prabu Drahma, masak Gusti Prabu mau masuk ke pemandian Gusti Putri Mekarsari?" tanya sang Dayang dengan suara agak gemetaran.

"Lha memangnya kenapa?! Aku ini Raja, semua yang ada di sini adalah milikku!" kembali Prabu Dharma memperlihatkan kecongkakannya.

"Ayo cepat sini!"

Akhirnya dengan perasaan penuh ketakutan kedua Dayang itu pun memberikan barang pesanan Putri Mekarsari itu, dan Prabu Dharma pun langsung meraihnya.

Lalu setelah itu dengan tanpa berkata apa-apa lagi Prabu Dharma pun langsung bergegas menuju ke tempat pemandian itu.

Begitu tiba di situ mata Prabu Dharma pun langsung terbelalak manakala dia melihat Putri Mekarsari sedang duduk-duduk di pinggiran kolam pemandian dengan memakai kemben.

Dan tak ayal lagi sang Putri pun langsung menjerit sekeras-kerasnya begitu melihat saudara seayahnya itu tiba-tiba saja sudah berdiri di balik pintu penghubung antara pemandian dan ruang belakang Kaputren.

"Oh tidak ...!" dan dengan spontan Putri Mekarsari pun langsung melompat ke dalam kolam pemandian itu.

Byur ...! Dan kemudian sang Putri pun kembali berteriak.

"Pergi ...! Pergi ...! Jangan kurang ajar kamu ...!" ujar Putri Mekarsari sudah tidak memanggil Raja itu dengan sebutan Kakang apalagi Prabu.

"Tenanglah ... tenanglah ... jangan berteriak-teriak seperti itu ..." ujar Prabu Dharma dengan terus melangkah menuju ke bibir kolam, dengan terus memandangi tubuh adiknya itu nampak berkali-kali Raja cabul itu menelan ludahnya karena menahan nafsunya yang mulai bergejolak.

Meskipun ibunda Sanjaya terus berteriak memintanya untuk pergi namun rupanya Prabu Dharma tidak menggubrisnya samasekali, Raja muda itu terus bergerak mendekati bibir kolam.

Sementara itu Putri Mekarsari yang sedari tadi berusaha menutupi pundaknya.

Karena sudah dikuasai oleh nafsu birahinya maka Prabu pun langsung turun ke kolam pemandian itu, dan akhirnya dengan masih menggunakan pakaian kebesarannya diapun langsung memegangi dua tangan Putri Mekarsari dan kemudian langsung memeluknya.

"Ayolah Mekarsari ... sini peluk aku, ayo kita bersenang-senang," ujar Prabu Dharma dengan terus memeluk erat tubuh adiknya itu.

Meskipun terus berontak namun apalah daya tenaga Raja itu terlalu kuat untuk dia kalahkan. Dengan penuh nafsu Prabu Dharma terus mencium paksa Mekarsari.

Seolah merasa belum puas dengan serangan cium yang dia lancarkan, nampak Prabu Dharma ingin langsung melanjutkan aksinya.

Prabu pun terlihat melepaskan satu tangannya untuk meraih kaki Putri, namun naas setelah bagian tangan hanya dipegang dengan satu tangan, Putri Mekarsari pun merasa ada kesempatan untuk melakukan perlawanan, lalu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu akhirnya dengan sekuat tenaga sang Putri pun menendang rudal tumpulnya Prabu Dharma itu dengan menggunakan dengkulnya.

"Hiiaah ...!" teriak Putri, dan tak pelak tendangan dengkul sang Putri pun akhirnya menghantam tepat pada dua amunisi rudal tumpulnya Prabu Dharma.

"Aaah ...!" teriak Prabu mengerang kesakitan, dan akhirnya dia pun melepaskan tubuh sang Putri.

Lalu dengan segera Putri Mekarsari pun langsung naik ke atas dan menyambar bajunya dan kemudian dengan gerakan secepatnya diapun langsung mengenakan baju tersebut dan setelah itu dia langsung berlari menuju ke arah pintu penghubung, namun sial, karena ternyata pintu itu telah digembok oleh Prabu Dharma dan kuncinya nampak dia sembunyikan.

Akhirnya sang Putri pun terlihat hanya bisa menggedor-gedor pintu tersebut sambil berteriak-teriak minta tolong.

"Tolong ... Dayang ... tolong aku ... Dayang ... tolong ...!" Dan dari luar nampak kegaduhan itupun sebenarnya juga didengar oleh para prajurit penjaga, dan nampak prajurit penjaga itu juga sedang berdebat dengan dua Dayang yang memintanya untuk menolong Putri Mekarsari, namun rupanya dua prajurit itu nampak tidak berkenan, mereka yang memang sudah memahami dengan perilaku Rajanya itu nampak tidak menggubris rengekan dari kedua Dayang itu dan memilih untuk membiarkan sang Prabu melakukan apa yang memang sudah jadi hobinya itu.

Sementara itu Prabu Dharma yang sempat merasakan kesakitan akibat tendangan dengkul dari adiknya itu nampak sudah mulai merasa baikan, dan sepertinya Raja muda itu belumlah reda nafsunya, dia terlihat ingin kembali melanjutkan tindakan cabulnya tadi.

Prabu Dharma nampak bergerak menuju pinggiran kolam pemandian dan kemudian langsung segera naik, setelah naik ke atas sesaat dia nampak menatap Putri Mekar yang masih terduduk di depan pintu yang nampak masih terkunci dengan rapat itu, lalu begitu melihat Prabu kembali mendekatinya Putri Mekarsari pun langsung segera berdiri untuk bersiap-siap menghadapi Kakaknya itu.

"Aku mohon jangan lakukan Kanda Prabu ... kumohon ..." pinta Putri Mekarsari dengan suara memelas.

"Hehehe ... kamu kalau sedang menangis seperti itu malah terlihat semakin cantik ... dan aku malah semakin bernafsu untuk bisa menyetubuhi mu Adikku ... hehehe ..." ujar Prabu dengan terkekeh.

"Dharma sungguh kamu tidak pantas untuk menjadi seorang Raja! Karena prilakumu itu tidak lebih dari tindakannya seorang bajingan! Juih ...!" ujar Putri Mekarsari mengumpat sambil meludah ke arah samping.

Bersambung ....