webnovel

Pendekar Mayat Bertuah

Sanjaya adalah pemuda yang berniat untuk membalas semua tindakan kejahatan dari sang paman. Dia pemuda sakti pewaris dari pendekar yang sudah meninggal dunia. Pemuda ini memiliki ajian mustika peninggalan sang ayah. Demi menumpas kejahatan, banyak pengorbanan yang harus dilaluinya. Apakah Sanjaya akan berhasil? Apakah Santana mampu menumpas kejahatan?

Mas_Hudi_6902 · War
Not enough ratings
152 Chs

Hancur Dan Patah Arah

Tahu kalau adiknya itu tidak ingin menyerah begitu saja untuk mau menuruti kemauannya, maka akhirnya Prabu Dharma pun ingin menggunakan cara kekerasan untuk bisa melumpuhkannya.

'Aku harus mentotok Mekarsari, yah sepertinya perempuan ini tidak bisa dinikmati dengan cara baik-baik, baiklah kalau memang itu kemauan mu, akan aku turuti,' ujar batin Prabu Dharma.

"Berkata-kata lah sesukamu, sekalipun kamu menghinaku, menyamakan ku dengan bajingan, begal, atau apalah, itu terserah! Yang penting nyatanya aku adalah seorang Raja yang memiliki segala-segalanya. Dengarlah di sini semuanya adalah milikku, bumi, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusianya semuanya adalah milikku! Dan harus menuruti apa yang jadi keinginanku, termasuk kau Mekarsari!"

"Percuma saja kamu menolak ku, karena bagaimanapun aku akan tetap melakukan yang aku suka terhadapmu meskipun itu harus dengan memaksa, camkan itu!" ucap Prabu Dharma dengan suara membentak, dan nampak sang Putri pun tidak menjawab ucapan Raja cabul itu, dia terlihat hanya menangis sambil bersandar di pintu. Prabu Dharma pun mentotok Mekarsari dan Mekarsari tidak dapat bergerak sedikitpun.

Lalu setelah cukup puas menikmati tubuh Putri Mekarsari adiknya sendiri, akhirnya Prabu Dharma pun segera bergegas kembali mengenakan pakaiannya dan langsung meninggalkan tempat itu dengan membiarkan tubuh sang Putri yang sudah berstatus janda itu tergeletak di halaman kolam pemandian tersebut, dan begitu tiba di luar nampak di situ Prabu Dharma melihat dua Dayang yang tadi nampak sedang memeluk tubuh Sanjaya.

Melihat mereka Prabu Dharma pun tidak memperdulikannya dan terus beranjak pergi meninggalkan Istana Kaputren itu.

"Kenapa kok Prabu Dharma keluar dari Istana Kaputren Bibi Dayang?" tanya Sanjaya dengan polosnya. 

"Entahlah Pangeran, ayo kita masuk saja dan kita lihat Tuan Putri Bunda Pangeran Sanjaya." Lalu mereka berdua pun langsung mengajak Sanjaya masuk dan berjalan menuju ke tempat pemandian yang berada di belakang Istana Kaputren.

Dan begitu terkejutnya mereka bertiga setelah melihat tubuh Putri Mekarsari tergeletak pingsan di pelataran kolam pemandian dengan tertutupi helai selendang.

"Oh Putri Mekarsari ... sungguh malang nasibmu, huhu ... huhu ... huhu ... hiks hiks," dan akhirnya tangis mereka pun pecah dengan memeluk tubuh Putri Mekarsari.

Sesaat kemudian kedua Dayang itu pun segera memakaikan baju sang Putri dan kemudian berusaha untuk mengangkat tubuhnya untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam Istana Kaputren, dengan susah payah mereka berdua mengangkat tubuh sang Putri, terbesit dalam pikiran mereka untuk minta tolong kepada dua Prajurit jaga namun setelah mengingat mereka tidak memperdulikan dengan apa yang tadi dialami oleh Putri Mekarsari akhirnya mereka berdua pun jadi enggan untuk melakukannya.

Lalu setelah berhasil membawa masuk dan membaringkan tubuh Putri Mekarsari di atas ranjang tempat tidurnya nampak kedua Dayang itu berpamitan pada Sanjaya kecil kalau mau keluar untuk mencarikan obat buat sang Bunda.

"Pangeran Sanjaya, Pangeran tetap disini dulu ya?" ujar salah seorang Dayang pada bocah berumur lima tahun itu.

"Bibi Dayang mau kemana?" tanya balik Sanjaya sambil memandang wajah kedua Dayang itu secara bergantian.

"Bibi mau keluar sebentar untuk mencarikan obat untuk Bunda Mekar, Pangeran tunggu disini dulu ya? Tidak lama kok." Dan nampak Sanjaya kecil itu pun menganggukkan kepalanya. Dan kemudian kedua Dayang itu pun segera bergegas keluar dari kamar Putri Mekarsari, setelah kedua Dayang itu pergi nampak Sanjaya memandangi wajah Bundanya itu sambil tangan mungilnya memijit-mijit lengan sang Bunda.

Lalu tdak lama kemudian Putri Mekarsari pun terlihat mulai siuman dari pingsannya, sang Putri terlihat mulai menggerak-gerakkan tangannya, dan terdengar berkata lirih.

"Oh ... dimanakah aku ini ...?" ujarnya sambil mencoba membuka kedua matanya perlahan.

"Bunda ... Bunda ... bangun Bunda ..." ujar Sanjaya terlihat sambil menggoyang-goyang lengan sang Bunda.

"Sanjaya ... sini peluk Bunda Nak ..." ucap sang Putri begitu melihat putranya itu berdiri di sampingnya, dan akhirnya sepasang ibu dan anak itupun berpelukan.

Setelah kejadian itu Putri Mekarsari nampak merasa syok berat, hatinya benar-benar terpukul, bahkan dia juga tidak mau makan, hingga membuat tubuhnya menjadi lemah, lalu pada suatu malam sang Putri nampak terlihat melamun dia tiba-tiba teringat kembali dengan mendiang suaminya Wira.

'Kakang Wira ... maafkan aku ... karena aku tidak bisa menjaga kehormatan ku ... sekarang ini aku merasa kalau diriku ini sangat kotor dan hina ... aku merasa tidak bersemangat lagi untuk hidup ... aku merasa ingin mati saja Kakang ... aku ingin menyusulmu ...' ujar Putri Mekarsari meratap dalam hatinya.

"Dinda Mekarsari ... kamu harus tabah menghadapi semua ini, kamu tidak boleh lemah! Kamu tidak boleh menyerah!" tiba-tiba saja terdengar suara yang tidak asing oleh Putri Mekarsari membalas ucapannya.

"Kakang Wira ... benarkah itu suaramu Kakang ...?" tanya Putri Mekarsari sambil menoleh-noleh mencari suara itu berasal.

"Benar istriku ... aku adalah Wira suamimu ... kamu tidak perlu repot-repot mencari ku, karena aku memang sudah ada di dalam hatimu, pokoknya setiap kali kamu merasa resah, kamu butuh perhatian maka saat itu juga aku akan hadir di dalam hatimu. Coba sekarang lihatlah Putra kita Sanjaya ... dia terlihat begitu gagah dan tampan, dia saat ini masih butuh perhatian dan kasih sayangmu Dinda ... rawat dan jagalah Putra kita itu sampai dia tumbuh besar dan benar-benar menjadi seorang ksatria," ucap nasehat Wira dalam bisikan ghaibnya.

"Tapi aku sudah tidak betah lagi tinggal di istana ini Kakang, tapi aku juga tidak tahu harus pergi kemana?" balas Putri Mekarsari mengungkapkan kegalauan hatinya.

"Jangan khawatir ... kalau kamu memang sudah tidak betah lagi tinggal di istana maka pergilah ke rumahku di lereng gunung Wringin itu, tinggallah di situ, rawat dan besarkan Sanjaya hingga dia tumbuh menjadi seorang ksatria, karena kelak dialah yang akan membersihkan Kerajaan ini dari cengkeraman orang-orang jahat yang saat ini sedang berkuasa."

"Tapi kalau sampai Prabu Dharma mengetahuinya apakah dia tidak akan marah dan mencariku?" tanya balik Putri Mekarsari.

"Tidak, Raja bejat itu tidak akan mencarimu, dia merasa sudah mendapatkan apa yang dia inginkan."

"Berangkatlah secara diam-diam, kamu tidak perlu banyak membawa bekal, bawalah bawaan seperlunya saja."

Bersambung ...