Saat itu juga Damian masuk ke dalam ruang kerja Helios dan melihat atasannya yang tengah memeluk adik kesayangannya dengan mesra serta wajah adiknya yang nampak tidak senang dengan hal itu.
"Apa yang sedang terjadi disini?" tanya Sir Damian yang sepertinya amarahnya sebentar lagi akan meledak melihat Helios yang memeluk Rowena
"Yang Mulia sudah mabuk berat hanya karena sudah meneguk dua gelas anggur dan aku ingin segera kembali ke kamarku. Tetapi aku ditahan seperti ini sehingga aku tidak bisa keluar," jawab Rowena yang sepertinya sudah merasa risih.
Damian berjalan mendekati mereka berdua lalu menarik Helios dari belakang. Ia segera membawa Helios ke tempat tidurnya sehingga Rowena bisa pergi dari sana.
"Terima kasih kakak atas bantuanmu. Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu. Selamat malam." Rowena melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Helios.
"Selamat malam dan mimpi indah," balas Helios.
Keesokan harinya entah mengapa Pangeran Helios terus menghindari Rowena. Hal itu membuat Rowena merasa sedikit terganggu dan jengkel. Ia sendiri merasa kalau ia tidak melakukan kesalahan tetapi kenapa pria itu malah selalu menghindari dirinya? Seingatnya kemarin mereka hanya minum bersama lalu Helios yang mabuk berat setelah menghabiskan dua gelas anggur.
Di malam harinya Rowena memutuskan untuk mengunjungi ruang kerja Helios lagi untuk membicarakan strategi kemarin. Sesampainya disana, ia diberitahu oleh para penjaga kalau Helios sedang berada di pemandian air panas yang ada di istana itu.
Rowena segera berjalan ke pemandian air panas yang dikatakan itu. Di sepanjang perjalanan, Rowena terus bertanya pada orang-orang di istana itu tentang keberadaan dari kolam pemandian air panas. Itu memang hal yang wajar karena selama berada di istana Valeccio, Rowena sama sekali tidak pernah berkeliling istana itu. Yang ia kunjungi hanya ruang kerja Pangeran Helios, ruang makan, tempat latihan militer, dan kamarnya sendiri.
Setelah susah payah mencari, akhirnya sampailah juga Rowena di sebuah gedung berbentuk unik yang dikatakan sebagai kolam pemandian air panas. Di pintu utama gedung itu, ia langsung disambut oleh dua orang pelayan yang mengantarnya ke ruang ganti. Sekejap Rowena merasa deja vu dengan hal itu.
Para pelayan menggantikan pakaian santainya dengan sebuah gaun malam yang sangat tipis. Hal itu membuat Rowena kembali merasa kebingungan. Sebenarnya apa kedudukan Rowena di mata para pelayan itu?
Selesai berganti pakaian, Rowena membuka pintu menuju kolam pemandian air panas. Di sana ia melihat Helios yang bertelanjang dada sedang berendam di dalam kolam sembari memejamkan kedua matanya. Rowena berusaha berjalan sepelan mungkin sehingga langkah kakinya tidak terdengar oleh Helios. Ia duduk tepat disebelah Helios dan merendam kedua kakinya di dalam kolam itu.
Rasanya setengah bagian dari beban pikirannya langsung hilang. Pangeran Helios membuka kedua matanya saat merasa gemercik air ketika kaki Rowena masuk ke dalam kolam itu. Rowena yang sudah sangat menikmati keadaannya sekarang seketika lupa dengan keberadaan Helios yang ada di sampingnya itu.
Kedua pipi Helios memerah saat melihat Rowena yang memakai gaun malam yang tipis itu. Mendadak udara di dalam sana menjadi sangat panas bagi Pangeran Helios. Rowena yang merasa tatapan tajam dari sampingnya langsung menoleh ke arah Pangeran Helios. Ia memandang Helios dengan wajah polosnya.
"Kau sudah bangun dari tidurmu yang nyenyak itu?" tanya Rowena.
"Aku sama sekali tidak tidur. Aku hanya memejamkan kedua mataku sejenak. Lalu apa tujuanmu menemuiku disini?"
Rowena merendamkan seluruh tubuhnya ke dalam kolam pemandian air panas itu. Wajah Helios semakin memerah saat melihat tubuh Rowena yang terlihat sangat jelas karena ia memakai gaun malam yang sangat menerawang sehingga semua bagian tubuhnya dapat terlihat jelas oleh Helios. Rowena sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
"Aku ingin membicarakan lagi tentang strategi yang kusampaikan kemarin. Dan juga..."
"Dan juga apa?" tanya Helios yang wajahnya masih memerah.
"Sebentar. Apakah suhu air disini sangat panas bagi tubuhmu?" Rowena mendekatkan wajahnya ke wajah Helios lalu memegang kedua pipi pria itu dengan kedua tangannya.
Helios pun sampai salah tingkah dibuatnya. "Apa maksudmu?"
"Wajahmu sangat merah seperti kepiting rebus sekarang. Apakah kau baik-baik saja?" ucap Rowena yang nampak khawatir.
Helios secara tak sadar menyingkirkan kedua tangan Rowena dari wajahnya dan berkata, "J-Jadi apa yang ingin kau katakan barusan?"
"Oh, itu hanya masalah sepele saja dan tidak berhubungan dengan perang. Entah mengapa aku merasa kalau hari ini kau sengaja menjauh dari diriku? Apa aku berbuat kesalahan kemarin malam?"
Alasan Pangeran Helios berusaha menjauhi Rowena hari ini adalah karena ia telah mengingat kelakuan buruknya saat mabuk berat kemarin malam. Hampir saja ia akan menyatakan cintanya pada sang gadis pujaan hati. Selain itu ia juga memeluk Rowena dengan seenaknya. Hal itu membuatnya sangat malu sampai ke urat-uratnya.
Helios memandang ke arah lain. "Tidak, kau tidak melakukan hal yang salah sama sekali. Mungkin saja kau yang salah sangka. Hari ini aku sangat sibuk untuk mengatur keberangkatan kita ke Scarka."
"Sepertinya kau benar," jawab Rowena yang merasa perkataan Helios masuk akal.
Padahal Rowena bisa peka tentang Helios yang menjauhi dirinya hari ini. Tetapi kenapa dia masih tidak bisa peka dengan perasaan Helios selama ini? Hal itu membuat Helios pusing sendiri memikirkannya.
Helios segera keluar dari kolam itu. Ia sedikit malu karena ia sama sekali tidak mengenakan sepotong kain pun di tubuhnya, meskipun begitu Rowena masih tetap memandangnya tanpa merasa canggung.
"Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku dulu. Sampai jumpa besok, Rowena," ucap Helios sebelum pergi dari sana.
"Sampai jumpa juga, Helios," balas Rowena yang sudah memejamkan matanya.
Rowena masih menetap di sana. Ia ingin bersantai-santai terlebih dahulu sebelum memulai aksinya besok. Rasanya hatinya benar-benar sangat senang karena bisa merasa ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Suasana yang hening, aroma lilin yang sumbunya sudah terbakar yang sangat menenangkan, serta hangatnya air yang menyentuh tubuhnya.
Hari selanjutnya Pangeran Helios, Sir Cedric, dan Sir Damian sudah menunggu Rowena di depan gerbang istana Valeccio. Perempuan itu masih belum datang sampai sekarang. Apakah dia bangun terlambat? Apakah dia lupa tentang keberangkatannya? Tidak ada yang tahu tentang itu.
Pada akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba juga. Rowena yang memakai gaun sederhana berwarna jingga yang merupakan pakaian sehari-hari para bangsawan Valeccio dan tak ketinggalan perhiasan yang dikenakannya dari atas kepala sampai ujung kaki. Sir Cedric dan Pangeran Helios tidak bisa berhenti untuk tidak memandang perempuan itu.
Sebentar... Kalau dipikir-pikir kenapa perempuan itu mengenakan gaun dan perhiasan semencolok itu untuk pergi ke Scarka? Bukankah mereka ke sana hanya untuk menyelidiki situasi di sana? Sir Cedric dan Sir Damian lagi-lagi dibuat kebingungan oleh Rowena.
"Maafkan aku karena sudah terlambat datang," ucap Rowena dengan napas yang masih terengah-engah.