webnovel

Overpower Di Dunia Lain (21+)

Warning⚠️⚠️21+ . Tidak ramah anak-anak!! . Edisi khusus dari 'Overpower Di Dunia Lain' yang hanya berisi konten dewasa 21+⚠️⚠️⚠️⚠️ . Kamu juga bisa baca novelnya di platform Dreame dan Innovel, supportmu sangat berharga bagiku ⚠️⚠️ . Happy Reading Minasan!!

Nizar_Maulana · Urbano
Classificações insuficientes
2 Chs

Pertama Kalinya Bagi Arin

Jangan lupa VOTE dan wajib ramein KOMEN, Setiap Paragraf kalo bisa ya ges ya⚠️⚠️⚠️

***

Happy Reading!!!❤️

***

Berjalan ke dekat Arin, Nima meraih handuk di kursi, lalu bergerak mengeringkan rambut Arin dengan berdiri di depan wanita cantik itu.

"kau inii, rambut basah begini harusnya kau keringkan dulu tadi di kamar mandi. Bagaimana kalau kau sakit?" Ia seperti ayah yang sedang menegur lembut anaknya.

Diantara helai rambut yang sedikit bergoyang di dahi Nima, Arin menatap mata Nima.

"kau tampan sekali, sangat keren"

Nima tersenyum,

"kau juga, maksudku.. kamu cantik.."

Arin tertawa sebentar dan berhenti saat pandangan mata mereka bertemu. Mulutnya sedikit terbuka tanpa bisa berucap lebih lanjut.

Arin menatap Nima. Pria ini memang tampan, sangat amat keren pula. Mungkin pria paling tampan dan keren yang pernah ia lihat secara langsung.

Jantungnya berdegup aneh, napas terasa sesak tanpa ia paham apa sebabnya ia begitu. Hanya karena pandangan mata mereka bertemu?? Tentu saja tidak.

Tangan kanan Arin terulur ke tengkuk Nima. Dalam detik berikutnya, bibirnya mendekat kearah lawan bicaranya. Dalam sekejap bibir mereka berdua sudah saling memagut, berlomba memberi hisapan-hisapan kuat pada lawan mainnya. Pulasan lidah pun tak terelakkan, sembari tubuh mereka mendekat yang kian tak berjarak.

Karena tangan kanan Arin sibuk di tengkuk Nima, tangan kirinya ia gunakan untuk menarik kerah dada sang pria sehingga mereka makin lekat dan tak ada jarak lagi diantara keduanya.

"Mmpahh! Haahh! Hhmmp! Hngaahh!" Arin melepaskan cumbuan panas barusan. Kepalanya pusing, otaknya berdenyut menanggapi keadaan barusan.

"apa yang kulakukan barusan?! Kenapa aku--"

Belum selesai Arin bergumam, Nima yang sejak tadi kaget dengan tingkah Arin kini menarik pinggang Arin, mengulang cumbuan panas tadi.

Kali ini tangannya tidak hanya pasif, karena telah merayap dan meraba di berbagai wilayah lekukan tubuh Arin.

"Anghh.."

Wanita itu mendesah dan tanpa disadari ketika itu juga mulut Nima turun ke leher dan tangannya mencapai pantat kecil padat sang wanita seksi di depannya.

"aku tak pernah merasakan ini sebelumnya, dimanja dan dibuai oleh pria. Apalagi oleh lelaki tampan dan keren sepertimu, kuharap kau tidak bosan denganku untuk yang selanjutnya…"

Mulut Nima terus menjelajah. Saat ini sudah mencapai dada montok sang wanita, dada yang empuk dan kenyal yang dahulu kerap menyentuhnya. Kini dua buah payudara itu mengeras, terasa oleh bibir dan lidahnya.

"kau tak memakai Bra yaaaa, Hmmmphh.."

Tangannya sudah menyusup ke dalam kaos Arin, menemukan benda kecil yang langsung mengeras begitu tersentuh jarinya. Ia meremas pelan Kedua putingnya, melemahkan pertahanan sang wanita di depannya. Tembok-tembok penghalang diantara keduanya mulai runtuh secara

perlahan tanpa mengisyaratkan akan pertempuran.

"A-anghh..tadi..tak ada Bra di kamar Mira..aanghh!!"

Arin tersentak tatkala putingnya sudah dikuasai mulut Nima. Pria itu mengulum puting coklat muda Arin yang mempesona dengan gairah nafsunya. Tangannya meremas bongkahan payudara yang cukup besar milik Arin dengan kedua telapak tangannya. Walaupun cukup besar namun tidak berlebihan seperti semangka.

Dengan skill yang baru diciptakannya, ia menghentikan waktu di kamar mandi tempat Mira berada agar Mira tak bisa mendengar aksi dari mereka berdua.

Entah sejak kapan kaos Arin sudah berada di kursi sampingnya. Wanita itu harus berpegangan pada leher Nima jika tak ingin jatuh karena pria tampan yang ada di depannya terus saja memberikan agresi kuat pada kedua puting dadanya.

"Haangh..anghh..Niim!"

"aku disini" sambil menjawab tangannya terus saja bermain di payudara Arin.

Kemudian mulutnya mulai mendera puting itu satu persatu, seolah tak rela jika udara menyentuh benda tersebut. Mulut Nima terus menghangatkan puting milik Arin. Mengulumnya dalam-dalam, sesekali menggigitnya, menghisap dengan kuat sampai sukma Arin seperti ikut masuk kedalam tubuhnya melalui mulutnya.

"Anghhhh!!"

Arin memekik pelan saat tiba-tiba saja tubuhnya dihadapkan membelakangi si pria.

"Haaannghh!!" kembali desahannya keluar ketika tangan kiri Nima memeluk dadanya yang mencuat dan mengeras menghadap bawah, ia terus meremas-remas payudara sang wanita di depannya dengan ganas.

"Hmphh.." mulut Nima kini merajai tengkuk Arin, ia memberikan kecupan-kecupan panas pada wanita itu dan Arin berjingit kegelian, terutama bila lidah Nima mulai nakal menggelitik telinga Arin.

"Nim..Gelii—Aaarghh!" pekik Arin bagai tersengat lebah ketika tangan kanan Nima sudah membelai bagian bawah tubuhnya, belaian pada klitorisnya membuat tubuh Arin berdenyut dengan hebat. Ternyata tangannya sudah merayap masuk rok mini yang Arin kenakan tanpa disadarinya.

"Hanghh! Anghh!"

Dari responnya Arin, Nima bisa langsung tahu bahwa wanita itu sangat peka dan tidak pernah tersentuh maupun disentuh secara intim oleh pria.

Nima mengangkat kaki kanan Arin agar dapat menopang pada paha kanan Nima. Itu memudahkan sang pria mengeksplorasi seluruh kewanitaan Arin yang belum pernah terjamah siapapun itu dengan leluasa setelah kaos sang wanita ia tarik hingga terlepas dari tubuhnya.

Selanjutnya hanya ada rintihan dan lenguh manja Arin sang wanita yang seluruh kewanitaannya baru saja terjajah untuk pertama kalinya oleh seorang pria yang sudah lama disukainya. Ia hanya melenguh manja saat Nima terus menggesek dan membelai setiap lekuk kewanitaan Arin. Hal itu membuat Arin kejang-kejang dipelukan Nima karena kewanitaannya digerayangi sang pria hingga tak membiarkan satupun daerah yang luput dari belaian manjanya.

"kau baasaaah..Arin!" bisik Nima di belakang telinga Arin.

Arin menoleh tanpa melihat wajah Nima. Mukanya merah padam, entah karena birahinya yang sedang memuncak atau karena malu.

"Itu..itu kan ulahmu, Ahhh.. Nima.. Stop.. Sebentar..Angghhh..aku bisa.. Aaaanghh.. gila…"

Sayangnya, Nima justru malah menambah ritme gesekan-gesekan yang ia beri di bawah sana, sehingga Arin kian tak bisa mengontrol lenguhannya yang terdengar manja.

"maaf, justru aku ingin kamu gila, gila karena aku, Rin!"

Arin memejamkan matanya. Jajahan dan belaian jari Nima di klitorisnya makin menyengat dan makin kejam. Wanita itu makin kuat mencengkeram pergelangan tangan sang pria dihadapannya. Bibir bawah Arin ia gigit kuat sebagai pelampiasannya.

Tak sampai 5 menit, Arin menyerah, ia menyemburkan cairannya yang berjatuhan ke lantai disaksikan Nima yang memandang dengan takjub.

"waaa..kau luar biasa! Kau wanita yang luar biasa! Aku makin terpesona padamu, Rin!" takjub Nima sembari menggendong Arin ke kamar.

Arin tak bisa apa-apa ketika dibopong ke kamarnya, lalu direbahkan di Kasur. Dia terlalu lemas untuk bergerak. Ia tak pernah tersentuh lelaki sebelumnya, karena itu dia belum pernah sekalipun bercinta. Ini merupakan yang pertama baginya.

Karena masih dalam keadaan klimaks yang luar biasa, Arin tak menyadari bahwa Nima sudah bergabung dengannya, ia naik ke ranjang. Nima memperlihatkan rudalnya yang besar, panjang, berotot, dan oversize itu pada Arin agar ia segera mengulumnya.

"Mmmphh! Mmmhh! Mmphh!" ia mengulumnya, mencoba memasukkan seluruh batang besar itu ke mulutnya dan memuntahkannya.

"Ah habislah aku jika penis besar super gede ini masuk ke vaginaku!"

Nima hanya tersenyum.

Arin menutup matanya, ia tak menyadari bahwa Nima sudah menyiapkan rudalnya yang besar, kenyal dan berotot itu. Yang ia tahu, tiba-tiba tubuhnya terasa penuh.

"Arghhhh!" pekik Arin tatkala batang besar Nima melesat dan menggesek mencoba masuk ke liang istimewanya.

"Niiiim—Ouughh!.."

Beberapa detik setelahnya, pria itu pun mulai memberikan desakan-desakan dan pompaan erotis pada vagina sang wanita sambil tangan Arin terus meremas tepian bantal dan payudaranya. Ia masih memejamkan mata, meski lenguh dan desahannya tak memiliki jeda, sama seperti penis besar oversize Nima yang sedang giat memompa naik turun.

Arin melayang-layang, apakah ini rasanya? Apa ia berada di atas awan? Ia terus bertanya-tanya. Rasa penuh dan sesak di vaginanya yang mencoba menerobos masuk itu memberinya kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, ia tak bisa menyangkal kenikmatan ini. Ia suka. Ia menyukai Nima. Menyukai apapun yang pria itu lakukan padanya hari ini.

Mau ngingetin lagi buat VOTE and COMMENT gais ⚠️❤️❤️

***