Saat mendengar kabar dari Zia lewat telepon sesungguhnya Tuara pun merasa kesal karena kabar tersebut.
"Apa bener yang dikatakan oleh Zia?" gumam Tiara.
Dengan cepat Tiara mengalihkan pesan whatsApp ke nomor Raza dan ebnar saja dugaannya satu kata yang membuat Tiara semakin kesal. Online.
"Online? Tapi whatsApp gue gak dibalas?" tanya Tiara dengan nada kesal.
Tiara lebih kesal lagi akan kebiasaan yang sudah dilakukan oleh Raza sehabis pulang sekolah. Entah itu punya maksud atau hanya iseng semata. Tiara tidak tahan dengan pikiran yang bersarang di otaknya, dia memutuskan untuk mengirim pesan whatsApp pada Raza.
Raza; Za, kenapa tadi nggak pulang bareng?
Betapa terkejutnya pesannya langsung ceklis dua berwarna biru tapi Tiara berdecak kesal karena tidak ada tanda-tanda untuk membalas pesannya itu. Tiara berpikir Raza sedang bersenang-senang dengan Ria seperti yang dikatakan oleh Zia.
"Bomat ah, gue nggak mau mikirin," kata Tiara sambil menutup wajahnya dengan bantal.
Di tempat lain diwaktu yang sama.
Raza terus memikirkan apa yang seharusnya dia jawab, Raza hanya menatap layar handphonenya dan membaca dalam hati pesan yang masuk tersebut. Ya, Raza telah membaca tapi dia tidak tahu ingin membalas apa. Sedangkan yang dia tau adalah Tiara meninggalkannya lebih dulu, Tiara telah berjalan dengan cepat sampai akhirnya tidak mendengar panggilan tunggu darinya. Dalam hati Raza selalu bertanya apa yang dilakukannya ini benar?
Raza bersama Ria saat ini, mereka pergi membeli bunga untuk hadiah ulang tahun mamanya Ria. Mereka pergi ke tempat jualan tanaman hias, berbagai bunga berjejer dengan rapi. Ria meminta bantuan pada Raza karena tempat jual tanaman hias ini langganan Raza dan selalu mendapatkan pengurangan harga dari harga aslinya. Ria mengetahui hal tersebut karena pernah melihat Raza disini.
"Bagusan yang mana bunganya, Za?" tanya Ria menunjukan bunga mawar merah dan melati.
"Kalo buat mama kamu mending bunga ini aja sebagai ulang tahun. Bagus juga maknanya," jelas Raza menunjukan bunga garbera berwarna putih dan kuning.
"Emang artinya apa?" tanya Ria penasaran.
"Bunga garbera warna putih bermakna ketulusan cinta sedangkan yang kuning bermakna kegembiraan. Kalo menurut gue mawar atau melati udah biasa, coba deh lo kasih bunga ini pasti mama lu suka banget," terang Raza.
"Ya udah deh, gu3 beli sesuai rekomendasi lo aja," jawab Rias membawa bunga garbera berearna putih dan kuning.
"Gue anterin lo pulang ya," tawar Ria.
"Nggak usah, gue bisa naek ojek. Lu hati-hati bawa bunganya," pesan Raza.
"Beneran nggak papa kalo nggak nganter lu?" tanya Ria lagi.
"Santai aja kali," jawab Raza.
"Ya udah deh, makasih ya udah bantuin gue milih bunga. Gue jalan. Bye."
Raza melihat Ria pergi dengan motornya sedangkan Raza berjalan ke taman untuk duduk sebentar. Taman yang biasa dia singgahi, hanya sekedar duduk ataupun melihat pemandangannya. Raza duduk di bangku yang sudah tersedia di taman dan mengehla nafasnya dengan panjang. Teringat akan pesan whatsApp yang belum dibalas olehnya.
____
"Mamaaaaaaa!!" teriak Tiara dari dalam kamar.
Sartika terkejut mendengar teriakan putri satu-satunya itu dan membuka pintu kamar.
"Kenapa Tiara?" tanya Sartika cepat.
"Mama nggak bangunin aku? Lihat nih udah jam tujuh, aku bakalan telat sekolah," ucap Tiara cepat.
"Sekolah? Emang nggak tau sekarang tanggal berapa." tanya Sartika bingung.
"Mama make nanya tanggal berapa lagi," jawab Tiara menghentikan langkahnya, "Oh My! merah ma."
Tiara menunjukan cengirannya saat mengetahui sekarang ada tanggal merah yang berarti libur sekolah. Sartika memang sengaja tidak membangunkan putrinya tersebut karena hari ini libur sekolah. Sartika adalah mama yang pengertian dan tidak banyak menuntut pada putrinya itu. Sartika juga tipikal mama yang tegas, sekali tidak tetap tidak. Makanya Tiara sedikit takut pada msmanya jika sudah marah. Lain hal dengan papanya, Tiara selalu bermanja ria dengan papanya tersebut. Saat Sartika sedang marah dengan cepat Tiara mengadu kepada Bagas, papanya. Tiara mencari pembelaan dan selalu dimenangkannya saat Bagas membela Tiara serta mengasih solusi sebagai jalan keluarnya.
"Maaf ma, ya udah aku mandi dulu deh.Udah terlanjur bangun," kekeh Tiara.
"Ya harus mandi lah, jangan mentang-mentang libur terus mandi juga libur. Dasar anak perawan," ucap Sartika lalu melanjutkan aktivitas yang ditundanya.
Tiara meraih handphone di atas nakas dan memeriksa whatsAppnya. Benar saja dugaannya tidak ada pesan masuk satu pun. Biasanya pagi-pagi handphone Tiara sudah banyak pesan yang masuk dan notif tidak ada henti-hentinya dari Raza. Kali ini tidak ada satu huruf pun yang datang dari Raza.
"Apa Raza beneran suka sama Ria?" Satu pertanyaan yang selalu menghantuinua sejak kemarin. Tidak ingin larut dalam pikirannya Tiara langsung masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya.
"Ma aku laper," ucap Tiara menghampiri mamanya yang sedang bersantai menonton televisi.
"Itu ada di meja, Ra. Makan aja," jawab Sartika tanpa menoleh karena fokus menonton gosip artis.
Tiara pun menuju dapur dan melihat makanan di atas meja alu melahapnya sambil memainkan handphone. Berselancar di dunia maya, menscroll beranda, bolak-balik mengecek inbox dan melihat foto-foto yang bertebaran di beranda miliknya. Kedua mata Tiara membulat sempurna karena melihat foto yang ditandain. Tiara melihat foto Raza dan Ria. Mereka sedang berpose mengangkat kedua jarinya menandakan peace sambil tersenyum.
"Pantesan nggak whatsApp gue dari kemarin ternyata dia lagi asyik berduaan," cibir Tiara dalam hati.
"Halo, Zi. Lagi apa lo?" tanya Tiara lewat telepon.
"He! Lo yang nelpon tapi nadanya kaya gitu, kaya nagih utang begitu," jawab Zia tidak terima.
"Masa si, perasaan biasa aja deh, lo aja yang sensian," balas Tiara.
"Ya udah deh terserah lo. Ngapain nelpon gue. Gabut lo ya, haha," sindir Zia.
"Enak aja loh gabut, gue banyak pulsa mau ngabisin doang tuh."
"Ngabisin pulsa? Hellow Tiara sayang, lo nelpon whatsApp gak ngaruh sama pulsa keleus," sindir Zia lagi.
"Ya dah terserah lo. Udah ya gue mau lanjut makan dulu."
"Idih, lo yang nelpon tapi lo sendiri yang matiin. Yaudah dah, selamat menikmati kegabutan lo," ucap Zia sambil mematikan sambungan teleponnya.
Entah lah apa yang sedang dirasakan oleh Tiara, dirinya merasakan kegabutan stadium akhir.
"Kamu si, nak. Kok marah begitu," ucap Sartika yang sedari tadi memperhatikan putrinya.
Tiara pun menoleh dan menghampiri Sartika sambil tiduran di paha milik mamanya dengan maksud bermanjaan. Tiara pun bercerita tentang yang menyerang dirinya.
"Mama pernah nggak ngerasain kesal tapi nggak tau sebabnya." Tiara membuka suara bercerita pada Sartika.
Sartika mengusap kepala putrinya itu dan menjawab, "Mana ada kesal tapi nggak ada sebabnya. Coba kamu inget dimulai dari mana kamu ngerasain itu."
"Ya kalo aku tau nggak bakalan tanya sama mama," jelas Tiara cepat.
"Gini deh, kamu ngerasian kesal itu sama siapa?" selidik Sartika, "Maksud mama kesal kamu kalo ngeliat siapa gitu."
"Aku kesal sama Raza, ma," kata Tiara tanpa hambatan.
Sartika yang mendengar satu nama itu merasa terkejut dan merasakan sesuatu pada putri satu-satunya tersebut.