webnovel

Oh Baby (Romance)

#First_story_of_D'allesandro_klan "Kita harus bermimpi, namun tidak untuk hidup dalam mimpi" Sophia Alberta (18th) bekerja banting tulang untuk mencukupi kehidupannya semenjak ayah dan ibunya meninggal. Bukan hanya itu, Sophia juga kerap merasakan takut jika berdekatan dengan Gunner Anthony. Seorang mafia yang terobsesi dengannya. Hidup Sophia semakin susah saat seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hingga suatu hari pria itu datang pada Sophia dan menawarkan pernikahan padanya. Bayi yang dikandung Sophia menjadi alasannya. Akankah pernikahan itu berjalan dengan bahagia seperti yang Sophia impikan ?? Menjadi istri dari seorang Edmund D'allesandro sang penguasa dunia bisnis ?? Sementara disisi lain ada pria yang sudah menjamin segalanya untuk Sophia, termasuk hatinya. Gunner Anthony, mafia pelindung Sophia.

Alianna_Zeena · Urbano
Classificações insuficientes
59 Chs

Bab 40

Vote sebelum membaca😘

.

.

Sophia yang merasakan belaian di kepalanya membuatnya semakin rapat menutup matanya, dia teramat nyaman seperti ini. Belaiannya turun kepipi dan tiba-tiba tangan itu menjauh darinya, tangan itu tidak lagi membelainya. Sophia ingin mendapatkan belaian itu lagi, perlahan mata dengan bulu mata lentik itu terbuka sepenuhnya. Matanya menjelajah mencari sosok yang ada dalam mimpinya. Namun, tidak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya sendiri.

Sophia memegang kepalanya yang terasa pusing, dia ingat tadi siang Marxel melontarkan kata-kata yang membuatnya ingin menghilang dari dunia ini. Sophia pergi berbekal uang beberapa dollar, menaiki bus yang menuju Downtown Los Angeles. Sophia berakhir di taman sampai malam hari, lalu setelahnya dia tidak ingat apa pun.

Sophia mendudukan dirinya agar bia mengingat dengan jelas.saat pintu terbuka, Sophia mengalihkan pandangannya. Matanya terkejut melihat siapa yang masuk, pria itu melangkah dengan raut wajah marah.

"Edmund," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Jelaskan padakku, sekarang," ucapnya penuh penekanan. Pria itu melipat tangannya di dada, membuat ketakutan Sophia semakin bertambah. Alih-alih menjawab, dia malam menutup wajah dengan kedua tangannya lalu menangis.

"Hei, Sophie." Edmund duduk di dekat Sophia lalu memeluknya saat tangisan itu semakin kencang.

"Maafkan aku, Ed," ucapnya. "Aku tidak bermaksud membuatmu marah, aku… aku hanya…"

"Hanya apa?" Edmund menarik pelan tangan Sophia yang menutupi wajahnya, mengarahkan dagu itu agar menatapnya. "Apa? Katakana apa yang terjadi," ucap Edmund disertai tatapan lembut.

"Aku hany ingin berjalan-jalan kemari saja, hanya itu."

"Kau tidak pandai berbohong, sophie. Cukup katakana padakku apa yang sebenarnya terjadi, aku suamimu," ucap Edmund mengelus pipi istrinya. Sophia memejamkan matanya sesaat menimati sentuhan Edmund. "Apa yang terjadi?"

"Tuan Marxel berkata kalau kau akan meninggalkanku setelah aku melahirkan bayiku," ucap Sophia dengan mata menatap jari-jarinya yang sedang dia mainkan. "Dia bilang kau akan membawa bayiku jauh dariku."

Edmund menghela napsnya, dia mengelus kepala Sophia dengan penuh kasih sayang. "Dan kau mempercayainya?"

Sophia menatap Edmund yang memandangnya kecewa. "Maafkan aku."

"Ini pernikahan kita, Sophie, jangan biarkan opini orang lain merusak kebahagiaan kita. Mereka hanya iri dan mencoba merusak apa pun yang kita miliki."

Sophia mengangguk. "Maafkan aku," ucapnya dengan mata mulai berair.

"Ssssttt, jangan menangis lagi, tidak apa," ucapnya menarik istrinya ke dalam pelukan, mengelus rambut cokelat itu dan menghirup aromanya dalam. Pertanyaan Edmund yang hendak diajukan pad Sophia tentang Gunner hilang seketika, dia memilih berjanji pada dirinya sendiri akan melindungi perempun yang kini ada dalam dekapannya itu, berjanji bahwa dia akan memberikan apa yang Sophia butuhkan, kecuali cinta.

"Aku ingin pergi dar sini, Ed."

Edmund mengerutkan keningnya. "Kau ingin pulang?"

Sophia menggeleng. "Aku malas bertemu Lexi," ucapnya menuahkan kepalanya dari dada Edmund

"Lalu? Ke mansion?"

Sophia menggeleng lagi. "Aku tidak terlalu ingin bertemu dengan Marxel."

Edmund tertawa, dia mengusap kepala Sophia hingga berantakan. "Lalu apa maumu?"

"Kau pasti mengerti," ucapnya dengan bibir mengerucut.

"Aku tidak terlalu paham dengan pikiran wanita, Sophie, beritahu aku." Edmund menaikan alisnya menggoda istrinya, dia menunggu kalimat yang akan membuatnya terbahak. "Ayo, katakan."

"Aku ingin kita ke hotel," ucapnya sukses membuat Edmund tertawa kencang, Sophia yang kesal mencubit perut suaminya yang liat.

"Apa yang lucu?!"

"Itulah wanita, dia tidak tahu betapa lucunya mereka saat meminta ke hotel pad seorang pria."

Sophia mendengus kesal, dia minum air yang ada di nakas lalu tertidur membelakangi Edmund. Pria yang menyadari istrinya tengah merajuk itu menghentikan tawanya, dia memeluk Sophia dari belakang sambil berbisik, "Kita akan di hotel semalam beberapa hari, lalu jalan-jalan di sini sambil menikmati makanan yang ada di pinggir jalan. Bagaimana?"

Seketika mata Sophia membulat bahagia, dia memutar badannya menatap Edmund. "Apa kau serius?"

"Aku tidak pernah seserius ini."

Saking senangnya Sophia memeluk Edmund dan member ciuman pada pipi pria itu, keduanya saling menggoda hingga terhenti karena suara perut Sophia. "Aku lapar, Ed."

***

Bersambung