Waktu berlalu dengan cepat, namun ketegangan yang terbangun antara Aris dan Lysandra sejak perdebatan lysandra dengan Lord Sylas tidak kunjung mereda. Lysandra mulai menjaga jarak dari Aris. Ia melakukannya dengan cara yang sopan, berusaha tidak menyinggung perasaan atau membuat keadaan menjadi lebih buruk. Meski begitu, setiap pertemuan mereka yang kebetulan tidak dapat dielakkan membawa kesedihan tersendiri bagi Lysandra. Senyumnya yang biasanya ceria berubah menjadi hambar, dan setiap tatapan yang ia berikan pada Aris selalu dipenuhi rasa berat hati.
Aris pun merasakan perubahan tersebut. Semula ia berpikir itu hanyalah perasaan sesaat, namun seiring waktu, ia mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Lysandra menghindarinya di mana pun dan kapan pun, dan Aris tahu itu bukan kebetulan. Akhirnya, ia memutuskan untuk menghadapi Lysandra secara langsung. Ketika ia berhasil menemui Lysandra di taman tersembunyi yang biasa mereka datangi, Lysandra tampak terkejut namun tidak bisa mengelak lagi.
"Lysandra, ada apa sebenarnya? Mengapa kau menjauhiku?" tanya Aris dengan nada serius, namun lembut. Sorot matanya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.
Lysandra menundukkan kepala, mencoba menghindari tatapan Aris. "Aris... Aku tidak bermaksud menyakitimu. Tapi aku harus melakukan ini."
"Melakukan apa? Menjauh dariku? Mengapa? Apa ini karena ayahmu?" Aris mendesak, mencoba mencari penjelasan.
Lysandra akhirnya mengangkat wajahnya, matanya berkaca-kaca. "Ayahku... Dia benar, Aris. Keluarga kita berada di dua dunia yang berbeda. Jika aku terus bersamamu, itu hanya akan membawa masalah bagi kita berdua."
Aris terdiam, mencoba mencerna kata-kata Lysandra. "Jadi, kau benar-benar percaya apa yang dikatakan ayahmu? dan rumor bahwa kelargaku hanya alat bagi kerajaan?"
"Tidak, Aris! Aku tidak pernah memandangmu seperti itu," jawab Lysandra dengan suara yang gemetar. "Tapi aku tidak bisa melawan kehendak ayahku. Aku tidak ingin membuatnya marah, dan aku juga tidak ingin membahayakanmu."
Setelah percakapan panjang yang penuh emosi, mereka akhirnya mencapai kesepakatan yang menyakitkan. Mereka memutuskan untuk tidak bertemu secara terang-terangan lagi. Demi menjaga kedamaian di antara mereka dan keluarga mereka, Aris dan Lysandra memilih untuk terlihat menghindari satu sama lain. Meski begitu, mereka berdua sepakat untuk tetap bertemu secara rahasia.
Selama dua tahun berikutnya, hubungan mereka berlanjut di balik bayang-bayang. Aris, yang semakin tumbuh dewasa dan terampil dalam seni bela diri, sering menghabiskan waktunya di akademi. Ia juga mulai menjalankan misi kecil untuk kerajaan, membuktikan dirinya sebagai calon ksatria yang berbakat. Di sisi lain, Lysandra semakin mendalami seni sihir dan strategi politik, sesuai dengan harapan ayahnya. Meski sibuk dengan kegiatan masing-masing, mereka tetap menemukan cara untuk bertemu di tempat-tempat terpencil, seperti gua kecil di tepi hutan atau ruang bawah tanah tua di akademi yang jarang dijamah orang.
Meskipun hubungan mereka tetap tersembunyi, setiap pertemuan singkat itu menjadi penghiburan bagi mereka berdua. Dalam percakapan mereka, Lysandra sering menceritakan tekanan yang ia rasakan dari keluarganya, sementara Aris berbagi kisah tentang perjuangannya membuktikan diri di hadapan para bangsawan dan ksatria senior.
Namun, semuanya berubah ketika Aris menginjak usia 17 tahun. Pada suatu malam yang penuh kekacauan, organisasi rahasia yang selama ini menjadi ancaman bayangan bagi kerajaan akhirnya bergerak. Di wilayah Lord Sylas, terjadi serangan mendadak yang menyebabkan kehancuran besar. Dalam kekacauan itu, Lysandra diculik oleh organisasi tersebut.
Di malam yang sama, sebelum serangan terjadi, Aris berdiri di balkon mansionnya, merenungi ketegangan yang ia rasakan selama beberapa minggu terakhir. Tiba-tiba, di kejauhan, ia melihat bayangan seseorang melompat di antara atap-atap rumah kota. Gerakan itu begitu cepat dan hampir tak terlihat, namun Aris menangkap kilasan benda yang tergantung di pedang orang tersebut. Matanya membelalak. Itu adalah lambang yang sama dengan yang ia lihat dua tahun lalu. Lambang itu terpatri jelas di ingatannya, dan melihatnya kembali kini membuat jantung Aris berdebar kencang.
Keesokan paginya, Aris mendengar kabar mengejutkan. Kekacauan besar terjadi di wilayah keluarga Sylas, dan yang lebih buruk lagi, Lysandra telah diculik. Saat kabar itu sampai ke telinganya, perasaan Aris langsung kacau balau. Ia merasa marah, sedih, dan gelisah, semua bercampur aduk menjadi satu. Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan, namun satu hal yang jelas: ia tidak bisa tinggal diam.
Lord Sylas segera menyiapkan pasukan penyelamat untuk menyelamatkan putrinya. Di saat yang sama, Aris yang bertekad untuk menyelamatkan Lysandra juga ingin bergabung dengan pasukan tersebut. Namun, seperti yang diduga, Lord Sylas menentang keras keinginan itu. Sebelum keputusan akhir dibuat, Aris membujuk ibunya untuk berbicara dengan ayahnya. Dengan segala daya dan upaya, sang ibu akhirnya berhasil menekan Lord Sylas untuk mempertimbangkan keberadaan Aris dalam misi penyelamatan ini.
Dibantu oleh tekanan dari keluarga Cean, terutama dari ibunya, Lord Sylas tidak punya pilihan selain mengizinkan Aris bergabung. Meskipun dengan berat hati, ia akhirnya menyetujui keinginan Aris, sambil memberi peringatan keras agar ia tidak bertindak gegabah.
Di malam sebelum keberangkatan mereka, Aris berdiri di balkon rumahnya, memandang ke kejauhan dengan tatapan yang penuh tekad. Dalam keheningan malam itu, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Lysandra, tunggulah. Aku akan menyelamatkanmu. Apa pun yang terjadi, aku akan membawamu kembali."