"Oww, apa yang terjadi denganku?" Naruto mengerang keras ketika cahaya terang menyinari langsung ke arahnya menyebabkan dia mengerang lebih keras dan meletakkan tangannya di depan matanya agar tidak menjadi buta dari matahari.
Dia tidak tahu di mana dia berada, tetapi di mana pun itu, tempat itu panas, sangat panas. Sangat panas sampai dahinya banjir keringat dan bisa merasakan pakaiannya sedikit menempel di tubuhnya, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.
Tanah di bawahnya datar dan lembut, namun rasanya longgar dan seperti bergeser di bawah gerakan tubuhnya.
'Aku berbaring di mana?' Pikirnya, lalu ia mulai duduk. Ketika dia menggosok lehernya, dia menemukan pasir memenuhi lehernya. Mencoba melihat ke belakang, dia melihat seluruh punggungnya tertutup pasir.
"Apa ...?" katanya sebelum akhirnya dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa mereka saat ini berada di bawah naungan beberapa kaktus yang ditumpuk bersama, yang berada di tengah padang pasir.
"DI MANA KITA?" dia berteriak menyebabkan gerakan terjadi di sebelahnya. Menengok ke samping, ia melihat Anko dan Itachi berbaring di sebelahnya, tetapi menunjukkan tanda-tanda mulai bangun.
"Teman-teman bangun, kita punya masalah." Katanya sambil mengguncang mereka berdua bangun. Terakhir yang diingatnya adalah berada di ruang kelas bersama tim lain yang lulus tes pertama
"Iya iya, tenanglah kawan," keluh Anko ketika dia mulai duduk dan menggosok matanya. Itachi melakukan hal yang sama dan mengedipkan matanya.
Ketika mereka berdua mulai bangun, mereka mulai memperhatikan di mana mereka berada. Ketika melihat ke sekitar, mereka berkedip dengan cepat berulang-ulang seolah-olah percaya itu adalah genjutsu dan bahkan mencoba untuk menghilangkannya. Begitu mereka menyadari itu bukan genjutsu dan mereka benar-benar di padang pasir, Anko menyimpulkan pikiran semua orang.
"KITA ADA DIMANA!?"
"Dari semua yang terlihat, kita pastinya ada di Gurun; pengawas sialan pasti telah membuat kita pingsan kita dengan gas tidur." katanya, lalu ketiganya dengan gemetar mulai berdiri.
Selama beberapa menit berikutnya, mereka memeriksa diri mereka sendiri dan menghela nafas dengan gembira, karean semua orang masih memiliki semua barang mereka. Naruto terutama bersyukur tidak ada yang mengambil pedangnya, tapi sekali lagi dia sudah menyimpannya di segel penyimpanan di pergelangan tangan kanannya karena dia tidak ingin orang melihat pisau cantiknya bahkan sebelum sampai desa Suna.
"Ada catatan." Itachi berkata ketika dia melihat salah satu kaktus dan melihat bahwa yang disematkan di bagian tengah kaktus memang sebuah catatan.
Mereka semua bangkit dan pergi ke sana. Itachi dengan hati-hati melepasnya, tidak ingin tertusuk oleh salah satu duri tanaman kaktus dan membacakan apa yang tertulis di situ.
'Selamat untuk lulus ujian pertama. Sekarang ujian sesungguhnya dimulai. Tim Anda telah terdampar di tengah-tengah gurun Suna di mana tim Anda harus bertahan hidup. Anda memiliki lima hari untuk kembali ke desa Suna. Jika Anda tidak kembali pada waktu itu maka Anda akan didiskualifikasi. Sepanjang perjalanan kalian akan mendapat banyak kejutan.'
"Ya ampun, ini terdengar penuh dengan kesenangan." Naruto berkomentar datar, sementara Anko dan Itachi tidak bisa tidak setuju dengannya.
"Jadi kita terdampar. Siapa yang memiliki ide bodoh ini?" Anko merengek, sementara keduanya menghela nafas dan menggelengkan kepala.
"Lima hari, ya? Kurasa tidak ada orang yang tahu ke arah mana kita harus pergi, bukan?" Naruto bertanya ketika dia melihat sekeliling mereka.
"Kurasa itu hal lain yang harus kita lakukan di tes ini. Navigasi dan hal-hal seperti itu." Itachi menambahkan, meskipun dia lebih khawatir tentang mendapatkan makanan dan air begitu mereka kehabisan milik mereka yang sekarang.
"well, kalau kita punya waktu lima hari, kurasa sebaiknya kita harus berusaha sampai lebih cepat dari itu. Semua orang periksa tas kalian untuk melihat seberapa banyak makanan atau air yang kita miliki, karena air terutama akan menjadi sesuatu yang kita perlakukan seperti harta di padang pasir."
Butuh beberapa menit, tetapi mereka dengan cepat menemukan jawabannya. Mereka masing-masing memiliki sekitar dua botol air dengan beberapa porsi makanan darurat setiap orang, dan masing-masing juga memiliki satu bola nasi. Itu tidak banyak tetapi itu harus cukup.
"Jika kita kehabisan, tindakan yang bisa kita lakukan antara lain, berharap pada dewa, sehingga kita menemukan semacam oasis, atau kita bergerak lebih cepat untuk mencapai Suna."
"Yah, itu rencana hebat dan sebagainya, tetapi bagaimana kita bisa menemukan Suna? Aku tidak melihat seseorang membawa kompas?" Kata Anko membuat Naruto dan Itachi berpikir.
Mereka telah memikirkannya, dan sekarang benar-benar berharap mereka memiliki kompas dan peta. Tetapi jika mereka ingin menjadi chunin maka mereka harus mencari cara baru untuk kembali ke Suna.
"Naruto," Itachi menarik perhatian si pirang itu. "Kemampuan sensormu, seberapa jauh kau bisa merasakannya?"
"Kemampuan sensorku? Aku bisa merasakan cukup jauh, maksudku ketika aku berusia lima tahun aku bisa merasakan setidaknya beberapa mil jauhnya, tapi aku belum pernah mencoba lagi untuk merasakan jarak sejauh itu. Aku tahu tidak mungkin aku bisa merasakan sampai ke Suna, karena aku tidak tahu seberapa jauh kita dari sana. "
"Hmm. Jangan coba mencari desanya, cari tanda kehidupan terdekat dan kita bisa menuju ke sana. Bagaimana dengan Sharinganmu?" Kata Anko, memikirkan suatu cara agar dia bisa membantu.
"Tapi bagaimana kalau tanda kehidupan yang lain adalah tim lain?"
"Ini kesempatan yang harus kita ambil. Ditambah Sharingan-ku tidak bisa melihat sejauh itu." Jawab Itachi.
"AKU TAHU!"
Keduanya berhenti berbicara ketika mereka melihat ke arah Anko yang berseri-seri dengan kebanggaan. "Aku tahu bagaimana kita bisa menemukan jalan kembali ke Suna." katanya, mendapatkan alis yang terangkat dari kedua tim-nya sebagai jawaban.
"Apakah kau bisa memberi tahu kami caramu ini?" Naruto bertanya, sementara Anko menyeringai.
"Lebih baik lagi. Aku bisa menunjukkannya kepadamu," kata Anko sebelum menggigit ibu jarinya dan menyentuhkannya ke tanah. "Kuchiyose no Jutsu."
Ledakan asap kecil muncul tepat di depan Anko, dan kalian bisa melihat seekor ular hijau kecil muncul dan membungkuk ke arah Anko dan naik ke lengannya.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Misssssssss, Anko?" tanya ular itu.
"Rela, apakah kau pikir kau bisa mengarahkan kami ke arah desa pasir, Suna? Kita harus sampai ke sana dalam waktu lima hari, namun karena persediaan minuman dan makanan kami sedikti, kami memutuskan agar sampai ke Suna secepat mungkin. "
Ular itu menganggukkan kepalanya dan kembali ke pasir dan memposisikan kepalanya di udara dengan tubuhnya melilit di pasir.
Ketiganya menunggu beberapa menit ketika dua celah yang lubang hidung ular itu mencium aroma udara, dengan lidah bercabangnya yang menjulur keluar dari mulutnya untuk merasakan udara.
Setelah beberapa menit, mata ular berkedut sebelum mulai bergerak ke satu arah, menandakan ketiganya untuk mengikutinya.
Setelah mengenakan jubah mereka untuk melindungi tubuh mereka dari cahaya matahari yang terik dan berusaha menjaga diri agar tetap dingin dan tidak terbakar sinar matahari, mereka segera mengikuti ular itu dengan Anko di depan dan kemudian Naruto dan Itachi di belakang.
"Wow itu sangat berguna. Bagaimana dia menemukannya begitu cepat?" Naruto bertanya pada Anko ketika mereka mengumpulkan barang-barang mereka dan mulai berjalan mengikuti ular.
"Aku membuat Rela membiasakan dirinya dengan aroma yang dikeluarkan Suna. Mungkin bukan orang, tetapi desa itu sendiri memang memiliki bau yang unik. Ditambah ular panggilanku bisa merasakan chakra dengan penglihatan mereka; bisa mengenali tanda panas dari jarak yang sangat jauh. Kita mungkin berada jauh dari tujuan, tetapi seekor ular memiliki indera yang lebih baik daripada seorang manusia. "
Naruto bersiul pada dirinya sendiri sementara Itachi mengangguk pada penjelasan Anko.