Hisoka dan Machi tiba di depan kamar pribadinya Hisoka. Pada saat Hisoka membuka pintu kamarnya, terlihat Lucia sedang duduk santai di sofa sambil memakan cookies. Hisoka pun tersenyum lebar dan memasuki kamarnya.
Hisoka : Ah, kau sudah datang, Zero? Bagaimana pertandinganku?
Lucia : Pfft. Kau kelihatan konyol! Oh? Ada Machi juga? Hisashiburi! (Sudah lama ya!) *tersenyum*
Machi hanya melihat ke arah Lucia sekilas lalu mengabaikannya. Dia meletakkan tas bawaannya di samping meja. Lalu memegang kedua lengan Hisoka.
Machi : Aku tidak pernah mengira, tapi pertandingan hari ini menunjukkannya.
Hisoka : Hm?
Machi : Ternyata kau itu orang yang sangat bodoh ya? Aku rasa Zero pasti setuju dengan perkataanku juga.
Hisoka : Hm. Mungkin.
Lucia : Padahal sebelumnya aku juga sudah memperingatinya untuk berhati-hati jika kau tidak ingin kehilangan lenganmu, bukan?
Hisoka : Ya, itu di luar dugaanku tapi kulihat kau sangat menikmati pertandinganku.
Hisoka duduk santai di sampingnya Lucia. Machi meletakkan kedua lengan Hisoka yang sudah putus di atas meja lalu melihat ke arah Hisoka sambil berkacak pinggang.
Machi : Kenapa kau sampai membahayakan dirimu seperti itu? Yang tadi itu apa? Apa semacam pertunjukkan?
Lucia hanya tersenyum menanggapi perkataan Hisoka dan Machi sambil mengunyah cookiesnya. Hisoka yang mendengar komentar Machi dan melihat reaksi Lucia pun hanya bisa tersenyum tipis.
Hisoka : Saa... (Entahlah...)
Machi terdiam mendengar perkataan Hisoka yang terlihat acuh tak acuh itu, lalu dia melirik ke arah Lucia yang cuek dan hanya menikmati cookiesnya.
Dia tidak bisa mengerti dan menduga dengan pemikiran kedua teman rekannya itu pun hanya bisa menghela nafas ringan lalu mengangkat kedua bahu dan tangannya ke atas.
Machi : Ya, terserahlah. Aku juga tidak bisa protes. Cepat ke sinikan kedua tanganmu itu, aku akan segera menjahitnya.
Lucia memerhatikan semua gerak gerik Machi saat sedang menggunakan Nennya. Machi membuat benang dari aura Nennya. Dia menarik aura benangnya ke atas.
Lalu mengikatkan aura benang tersebut ke arah lengan Hisoka untuk menghentikan pendarahannya. Dengan sedikit kasar, Machi menarik lengan Hisoka seolah-olah bagaikan boneka kayu teater.
Hisoka : Oi, oi. Tidak bisakah kau sedikit lebih lembut?
Machi : Ii kara. Oora keshite! (Sudahlah. Hilangkan auramu!)
Hisoka langsung menghilangkan aura Nennya dan mengubahnya ke dalam bentuk Zetsu. Hisoka tersenyum penuh arti pada saat melihat Machi mulai bersiap-siap untuk menjahit lengannya dengan teknik yang bernama "Nenshihougou (jahitan Nen)."
Machi melakukannya dengan sangat cepat, hingga gerakan tangannya tak terlihat. Hisoka yang melihatnya pun merasa sangat kagum dan menikmati sensasi jahitannya Machi.
Begitu pula dengan Lucia, dia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Machi yang sedang melakukan operasi pada lengan Hisoka.
Lucia : Uwaaa, subarashii (Wah, luar biasa) *bergumam*
Machi : Oke, sudah selesai. Pembuluh darah, tulang, saraf dan ototmu 100% sudah terhubung semuanya dengan sempurna.
Hisoka : Hmm, sangat baik (sambil sedikit menggerakkan lengannya yang sudah dijahit)
Machi : Nah. Berikutnya tangan kananmu, kali ini kau pegang sendiri lenganmu ya. Aku mulai menjahit ya!
Hisoka : Ya, ya.
Machi : Selesai.
Hisoka : Hmm, kau tahu. Aku selalu kagum dengan kemampuanmu. Aku sengaja membiarkan diriku terluka supaya bisa melihat sulapmu ini.
Lucia : Bullshit (bergumam dengan suara kecil)
Hisoka : Hm?
Lucia langsung pura-pura polos dan mengalihkan pandangannya ke arah samping. Dengan sebuah tatapan datar yang seperti biasanya, Machi menatap Lucia sejenak, lalu kembali menatap ke arah Hisoka sambil mengulurkan tangannya.
Machi : Terserahlah. Semuanya 70.000 jenni ya. Tangan kiri 20.000, lalu yang kanan 50.000. Bayar. Cepatan!
Hisoka hanya tersenyum.
Hisoka : Akan ku transfer uangnya ke rekeningmu seperti biasanya ya.
Machi : Oh? Oke.
Machi langsung mengambil barang bawaannya yang ada di samping meja. Lalu hendak berjalan keluar.
Machi : Semoga lekas sembuh. Aku pergi ya.
Hisoka : Mou kai? (Sudah mau pergi?)
Machi : Tentu saja, pekerjaanku sudah selesai, jadi untuk apa lagi aku berada di sini? Terus jangan melakukan hal yang berlebihan sampai tanganmu benar-benar sembuh ya, karena jahitan Nen tidaklah segalanya.
Lucia : Ngomong-ngomong, Machi... (tersenyum)
Machi melihat ke arah Lucia.
Lucia : Kau ke sini bukan hanya untuk menjahit saja, kan?
Machi : Oh, benar juga. Aku ke sini karena punya alasan. Dan sangat kebetulan Zero juga berada di sini dan itu hal yang bagus karena itu memudahkan tugasku. Jadi, ini perintah baru, danchou menyuruhku untuk menyampaikan hal ini kepada kalian berdua.
Seketika itu juga, wajah Hisoka langsung berubah dratis saat mendengarkan kata "danchou" dan lebih menjadi menyeramkan lagi saat mendengarkan semua pesan perintah danchou yang disampaikan oleh Machi.
Machi : Semua anggota Genei Ryodan diwajibkan harus hadir dan berada di kota YorkNew pada tanggal 30 Agustus dan itu bukan untuk bersenang-senang semata.
Hisoka menyipitkan matanya.
Hisoka : Danchou wa kuru ka (Apa bos datang?)
Machi : Osoraku ne (Kemungkinan ya) Dan kali ini mungkin akan menjadi pekerjaan terbesar kita. Jadi dipastikan kali ini kau harus datang ya. Jika kau mengabaikannya, bos mungkin akan membunuhmu.
Hisoka tersenyum.
Hisoka : Sore wa kowai. Tokorode, dou da kyou wa isshouni shokujiー (Itu menakutkan. Ngomong-ngomong, gimana kalau hari ini kita makan bersaー.)
Belum sempat Hisoka menyelesaikan semua perkataannya, dengan disengaja Machi yang cuek pun langsung memotongnya. Seketika itu juga, Hisoka langsung terdiam seribu bahasa.
Machi : Zero, sampai kapan kau berada di sini? Kau harus datang juga ya.
Lucia : Akan kupertimbangkan (tersenyum)
Hisoka : . . . . .
Machi : Kubunuh kau kalau kau sampai tidak datang!
Lucia : Kyaa, kowai! Nanchatte (Kyaa, aku takut! Bercanda) *tertawa kecil*
Machi yang merasa kesal pun langsung menatap tajam ke arah Lucia yang hanya tersenyum jahil. Dia tahu kalau Lucia sedang menggodanya. Lucia bangkit dari sofanya, lalu berjalan santai ke arah pintu keluar.
Hisoka : Hm, kalian berdua ternyata cukup akrab ya.
Machi : Berisik!
Setelah itu, Machi langsung pergi keluar meninggalkan Lucia dan Hisoka begitu saja.
Hisoka : Hm. Zero, malam ini ayo kita ma--
BAM!
Pintu pun tertutup. Sekarang hanya tinggal Hisoka sendirian beserta dengan bungkusan sampah yang tadi Lucia makan di kamarnya.
Hisoka : Zannen (Sayang sekali.)
Hisoka pun bangkit dari sofanya, lalu membuka bajunya dan sekarang dia telanjang bulat. Dia berjalan ke arah kamar mandi dengan wajah yang menyeramkan seperti ingin membunuh orang.
☆
Gon memejamkan matanya dan duduk di tengah-tengah sofa di dalam kamarnya. Dia sedang bermeditasi untuk melatih Ten-nya atas perintah Wing.
Pada saat pintu kamarnya terbuka, dia pun langsung membuka matanya dan menoleh ke arah pintu. Terlihat Killua memasuki ruangan. Killua berjalan santai menuju ke arah jendela.
Gon : Killua! Gimana pertandingan Hisoka?
Killua : Tidak ada apa-apa dan membosankan.
Gon : Eh? Lalu, kau sendirian saja? Mana Lucia?
Killua : Luci, entah pergi ke mana. Katanya dia ada urusan sebentar. Dia langsung pergi meninggalkanku tepat pada saat pertandingan Hisoka selesai.
Gon : Terus apa Hisoka menang?
Killua menoleh sedikit lalu kembali melihat ke arah jendela.
Killua : Saki wa uso da (Yang tadi itu bohong.)
Gon langsung bangkit dari sofanya. Dia kebingungan juga tercengang ketika mendengar perkataan Killua.
Killua : Sebenarnya pertandingannya sangat hebat. Aku benci mengakuinya, tapi aku tidak mengerti bagaimana Hisoka bisa menang.
Gon sedikit tersentak.
Gon : Kalau Killua juga sampai tidak mengerti...
Killua menoleh lalu tersenyum.
Killua : Gon, kita juga harus segera belajar lebih tentang Nen.
Gon : Ya! (tersenyum lebar)
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Mereka berdua menoleh.
Lucia : Jangan melupakanku ya (tersenyum)
Killua : Kau dari mana saja?
Lucia : Tempat Hisoka.
Gon : Eh?
Lucia hanya tersenyum melihat Gon kebingungan.
Killua : Aku dari dulu penasaran, kau dan dia itu sebenarnya apa?
Lucia : Hm... Rahasia (tersenyum)
Killua : Hah?!
Lucia : Oniichan akan segera mengetahuinya juga (tersenyum)
Killua menatap Lucia dengan serius dan tajam.
Lucia : Tenang saja, aku selalu berada dipihakmu, oniichan (tersenyum)
Killua : Baguslah kalau begitu.
☆
Machi yang sudah berada di luar Arena Surga berhenti melangkah lalu menoleh ke arah belakang dan sejenak memandang ke arah gedung yang tinggi itu kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.
Machi : (Aitsu kataranai (Dia (Hisoka) tidak berbicara.)
Sementara itu, Hisoka sedang mandi. Terlihat dipunggungnya ada sebuah tato laba-laba yang besar dengan angka 4.
Machi : (Dia tidak berbicara tentang masa lalu. Dia tidak tertarik dengan masa lalu. Mungkin dia akan segera melupakan Kastro karena dia tidak bersosialisasi. Dia hanya dia seorang diri, karena dia percaya kalau dia yang terkuat.)
Hisoka selesai mandi dan mematikan showernya, dia keluar dari tempat mandinya dan saat akan melewati cermin wastafel, dia berhenti sejenak lalu melihat ke arah punggungnya melalui cermin.
Hisoka : Oh, lagi-lagi aku lupa mencopotnya.
Hisoka pura-pura menyamar sebagai salah satu anggota Genei Ryodan. Dia melepaskan tato palsunya yang dia buat dari sebuah kain dengan menggunakan kekuatan Bungee Gum, Nen miliknya pada punggungnya, lalu tersenyum ketika melihat kain yang ada ditangannya itu.
Hisoka : Kumo ka... (Laba-laba ya...?)
Tiba-tiba dia teringat dengan Gon dan Killua yang berusaha keras untuk melewati aura Nen membunuhnya di samping loket pendaftaran.
Hisoka : Aku menemukan mainan baru. Apa sudah waktunya berburu? (tersenyum licik)
Hisoka langsung menempelkan kain itu ke cermin wastafel dan keluar dari kamar mandi.
Sementara itu di bagian Lucia, Killua dan Gon.
Killua dan Gon sedang menonton TV sambil menikmati bentou (kotak nasi) mereka yang mereka beli dari lantai bawah tadi. Sedangkan Lucia baru selesai mandi, dia melihat tubuhnya melalui cermin wastafel, lalu menyentuh sebuah tato dengan ukuran kecil yang ada tepat di bagian dada sebelah kirinya.
Lucia : Laba-laba... Sepertinya aku harus lebih kuat dari mereka semua.
-Bersambung-
Ayo dukung Author dengan cara Vote + Komentar. Terima kasih 💕