webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime & Comics
Not enough ratings
145 Chs

85 - Kurapika x Dan x Pertandingan Hisoka

Seorang pemuda berparas cantik mendatangi sebuah kantor agen tua yang terlihat cukup kusam dan kurang menyakinkan yang terdapat di dalam sebuah gang kecil yang gelap dan sepi.

Kurapika : Dou iu koto ka?! (Apa maksudmu?!)

Wanita : Kau bisa menemukan agen ini sendirian, kau itu pasti sangatlah jeli dan pintar. Tapi aku tidak bisa menerimamu sebagai dari klein kami. Aku juga tidak perduli terhadap kurang pengalaman bekerja karena boss kami tidak perduli terhadap orang perdalaman. Tapi kau itu tidak hanya kurang pengalaman, kau bahkan belum memenuhi syarat utamanya.

Kurapika : Dou iu imi da?! (Apa maksudnya?!) Tadi kan sudah kubilang aku ini sudah punya lisensi Hunter! Kalau kau tidak percaya, aku ada buktinya kok...

Kurapika mengeluarkan sebuah kartu lisensi Hunter dan menunjukkannya ke wanita itu.

Wanita : Bukan, bukan itu. Aku tidak meragukan kalau kau itu seorang Hunter, tapi ujianmu masih belum berakhir. Hanya melihatmu saja aku sudah tahu (tersenyum meremehkan)

Kurapika : Apa? (tersentak kaget)

Wanita : Coba lihat disampingku ini...

Wanita itu menunjuk ke arah sampingnya dengan jari telunjuknya. Dia mengeluarkan sebuah aura Nennya.

Wanita : Apa yang kau lihat? Kau lihat sesuatu yang berada disampingku, tidak? Kau tidak melihat apapun, bukan?

Kurapika : Hah?

Kurapika kebingungan, dia menajamkan penglihatan sampai menyipitkan matanya tapi dia tidak bisa melihat apapun di sana meskipun dia bisa merasakan ada sesuatu yang ganjil disamping wanita itu.

Wanita : Nah, kalau begitu kembali lagilah ke sini, jika kau sudah bisa melihatnya. Itulah syarat utamanya.

Kurapika pun keluar dari kantor agen itu. Dia berjalan sambil berpikir keras, dia tidak mengerti sama sekali dengan perkataan wanita itu. Kurapika terus berjalan tanpa melihat ke sekelilingnya.

Bagaikan sebuah takdir yang tidak terduga, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang pria berpenampilan cukup kucel yang berusia sekitar 40 tahunan. Pada saat Kurapika melewatinya, pria itu berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.

Setelah berjalan cukup jauh, Kurapika menyadari ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Dia pun menghentikan langkah kakinya. Seseorang itu juga ikut menghentikan langkah kakinya.

Untuk memastikan, Kurapika menajamkan indra pendengarannya. Setelah merasa cukup yakin, dia pun menoleh untuk melihat siapa.

Meskipun tidak bisa melihatnya, dia bisa merasakan ada sesuatu yang semakin mendekat ke arahnya. Dia langsung memiringkan kepalanya ke samping untuk menghindari sesuatu yang seperti sebuah peluru.

Peluru itu langsung mengenai sebuah batang pohon besar yang berada dibelakangnya dan batang pohon tersebut pun langsung hancur dan berlubang sangat besar.

Pria : Kau tidak bisa melihatnya tapi kau bisa merasakannya ya.

Muncul seorang pria dihadapan Kurapika. Pria itu berjalan santai mendekati Kurapika sambil menunjukkan sebuah kartu lisensi Hunter yang dia curi dari sakunya Kurapika.

Kurapika langsung terkejut dan meraba-raba sakunya. Kurapika berteriak menyuruh pria itu mengembalikan kartu lisensi Hunternya. Pria itu berkata, "Apa seorang pemula yang tidak tahu apa-apa mengenai Nen bisa mengalahkanku?"

Pria itu sengaja memancing emosinya Kurapika. Kurapika yang terpancing pun langsung mengeluarkan senjata kayunya dan memasangkan kuda-kuda bertarung. Pria itu tersenyum meremehkan.

Pria : Cobalah kalau kau bisa.

Kemudian Kurapika berusaha merebut kembali kartu lisensi Hunter miliknya yang telah tercuri hingga tidak terasa hujan lebat telah turun ke bumi.

Sejam kemudian, Kurapika kehilangan tenaga. Dia terengah-engah di atas tanah, sedangkan pria itu duduk santai di atas batang pohon besar yang sudah ambruk di atas tanah tanpa kelelahan sedikit pun.

Pria : Kau sudah mengerti, kan? Kau itu masih kurang sesuatu.

Kurapika merasa sangat marah sekali. Kemarahannya bukan karena dia kalah atau gagal untuk merebut kembali kartu lisensi Hunternya, melainkan karena dirinya sangatlah lemah dan tidak mempunyai kekuatan apapun untuk bisa bertarung sendirian.

Dia berteriak keras di tengah-tengah berisiknya hujan lebat yang turun. Pria itu sedikit tersentak kaget dengan reaksi Kurapika. Dia tidak menyangka Kurapika akan bereaksi seperti itu.

Tiba- tiba pria itu mengembalikan dengan melempar kartu lisensi Hunter itu ke hadapan Kurapika. Lalu pria itu bangkit dan menawarkan untuk mengajari Nen kepada Kurapika.

Pria : Ikutlah denganku, akan kuajari kau sesuatu. Ujian sebenarnya baru akan dimulai (tersenyum)

Satu bulan kemudian, terlihat Gon telah sembuh dari lukanya yang seharusnya memerlukan waktu empat bulan untuk sembuh total. Pada saat Killua dan Lucia mengunjungi kamar Gon. Killua terkejut saat melihat Gon sedang melakukan salto di atas kasurnya.

Killua : Apa yang kau lakukan?!

Lucia : Gon, kau sudah sembuh ya? Cepat sekali ya... (merasa kagum)

Killua : (Apa dia monster? Luka itu seharusnya tidak bisa membuatnya bergerak sama sekali dalam empat bulan tapi ini dalam sebulan saja dia bahkan sudah bisa bersalto?)

Lucia hanya bisa tertawa saat mendengar kata hati Killua. Akan tetapi, dia tidak berani mengomentarinya. Dia bertepuk tangan saat melihat Gon sedang menunjukkan kalau dirinya sudah sembuh total dengan cara melompat salto ke belakang dan berlari di tempat dengan cepat.

Sedangkan Killua yang tidak dapat mempercayainya pun hanya bisa melihat Gon dengan tatapan aneh. Dia langsung berkomentar dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Killua : Ampun dah, tubuhmu itu memangnya terbuat dari apa sih?

Gon kebingungan dengan pertanyaan Killua. Dia pun kembali bertanya dengan wajah polosnya.

Gon : Memangnya apa? Maksudmu?

Killua : Omae hen... (Kau itu aneh...) *menatap sinis*

Gon : Hmph!

Lucia : Pfft (menahan tawa sekuat tenaga)

Gon pun langsung cemberut dan menggembungkan pipinya.

Lucia : Maksud oniichan itu, kau melakukan dan makan apa sih sampai bisa cepat sembuh total seperti itu, Gon?

Gon : Oh! Kalau itu sih mungkin karena....

Gon mengeluarkan makanan ringannya dari laci.

Gon : TADAAA!! Ini. Aku makan ini. Hehehe..

Lucia : Hahahaha... Nani sore? (Apa itu?)

Killua : I-itu snack aneh apaan ya? (merasa takut)

Gon : Ini tidak aneh! Ini snack ikan kering, enak banget lho. Coba satu deh!

Killua : Ogah!

Gon : Eh? Ayolah, satu saja... (memaksa)

Killua : Iya da! (Tidak mau!)

Gon : Jaa, Rushia wa? (Kalo gitu, Lucia?) *berharap*

Lucia : Um, ti-tidak. Tidak usah (tersenyum kaku)

Gon : Sokka. Zannen (merasa sedih dan sambil mengunyah satu) De, nani ka you ga attan janai no? (Begitu? Sayang banget. Lalu, bukankah ada sesuatu yang mau diomongi?)

Killua : Oh! (sambil merogoh saku celananya) Kore, kore (Ini, ini.)

Killua menunjukkan tiga buah tiket pertandingan.

Gon : Chiketto? (Tiket?)

Killua : Sou yo! Demo tada no chiketto janai ze! (Benar! Tapi bukan hanya tiket biasa!) *tersenyum lebar*

Lucia : Itu tiket pertandingannya Hisoka. Gon, ayo tonton bersama! (tersenyum)

Gon : Eh?

Sebelum menonton pertandingan Hisoka, Gon, Killua dan Lucia memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu di sebuah restoran yang berada di luar Arena Surga yang berada di dekat apartemennya Wing.

Selama Gon sedang menikmati makanannya, dia mendengarkan ocehan panjang Killua yang menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan tiket Hisoka yang sangat laku itu dan lawan Hisoka yang bernama "Kastro" beserta dengan informasi pertarungan Hisoka selama ini. Gon mendengarkan semuanya dengan sesakma.

Gon : Aa, maita naa... (Ah, berakhir sudah...) Aku dalam masalah...

Killua melihat Gon tersenyum cukup lebar sambil berusaha sekuat tenaga untuk menahan dirinya supaya bisa lebih bersabar. Gon menekan tangannya yang gemetaran.

Dia merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Dia merasa sangat bersemangat dan menggebu-gebu. Dia ingin sekali bisa cepat belajar Nen supaya bisa bertarung dengan Hisoka.

Killua : (Dasar. Wajahmu itu tidak terlihat seperti dalam masalah tahu.)

Lucia : Sepertinya kau sudah tidak sabar ya, Gon? (tersenyum)

Gon : Aku sedang menahannya...

Lucia : Berjuanglah, lagian tinggal sebentar lagi kok (tersenyum)

Gon : Aku akan berusaha! Kalau begitu, ayo sekarang kita ke arena, sepertinya pertandingannya Hisoka akan segera dimulai! (semangat)

Tiba-tiba Wing muncul dari arah belakang dengan wajah garangnya.

Wing : Dame desu! (Tidak boleh!)

Gon dan Killua tersentak kaget.

Killua : Ja-jangan ngagetin begitu dong! Kau seperti hantu saja tiba-tiba muncul begitu! (wajah pucat)

Gon menoleh ke arah belakang dengan sedikit takut-takut.

Gon : W-Wing-san, nande koko ni?! (W-Wing, kenapa ada di sini?!) *tersenyum kaku*

Lucia : Konnichiwa**, Wing-san (Halo, Wing) *tersenyum*

(**Selain artinya "halo", konnichiwa mempunyai arti lainnya yaitu selamat siang.)

Wing : Aku bilang tidak boleh!

Gon : Kenapa?

Killua : Benar. Kenapa tidak boleh?

Wing : Gon-kun, apa kau sudah sembuh?

Gon : Iya, aku sudah sembuh sepenuhnya! (tersenyum lebar sambil menggerakkan tangannya)

Wing melihat Gon sedang mengayunkan tangannya ke kiri dan ke kanan.

Wing : (Dia mempunyai penyembuhan yang menakjubkan.)

Killua : Karena dia sudah sembuh, jadi seharusnya dia bisa nonton, kan?

Wing : Tidak! Dia berjanji untuk menunggu selama dua bulan.

Killua : Eh?!

Wing : Lagipula, menonton sama saja dengan mencari tahu dan belajar Nen. Dan Gon-kun sedang dilarang untuk itu, bukan? Kalau Killua-kun dan Lucia-kun yang nonton sih boleh. Tapi Gon-kun tidak!

Gon pun merasa sedih. Lucia berusaha untuk menyemangati Gon. Killua berkata akan merekamnya nanti. Gon pun hanya mengangguk pasrah dan kembali ke kamarnya untuk melatih Ten sesuai permintaan Wing.

Tidak lama kemudian, pertandingan Hisoka melawan Kastro pun telah dimulai. Sesuai cerita aslinya, meskipun Hisoka berhasil menang melawan Kastro, akan tetapi di awal pertandingan Hisoka sempat babak belur, dia juga kehilangan kedua lengannya.

Pertandingan pun telah selesai. Hisoka berjalan santai menuju kamarnya sambil memegangi satu lengannya yang terputus. Dia berhenti melangkahkan kakinya ketika dia melihat ada seorang wanita muda yang dia kenal sedang menunggunya.

Wanita itu berdiri bersandar di dinding koridor yang berada di dekat arena pertandingan. Seolah-olah seperti mengetahui kedatangannya, Hisoka tidak terlihat kaget maupun kebingungan. Dia tersenyum licik sangat lebar. Sekarang Hisoka berdiri tepat di depan wanita muda itu.

Machi : Otsukare! (Selamat atas kerja kerasnya!) Nah, cepat perlihatkan lukamu itu.

-Bersambung-

Ditunggu Vote dan Komentarnya ❤