webnovel

My Lovely Sister

Namaku Rui. Aku adalah anak adopsi di keluargaku yang sekarang, karena keluargaku yang dulu tidak mampu membiayai kebutuhan hidupku, maka dengan berat hati ibuku mengusulkan agar aku diadopsi oleh keluarga yang lebih mampu. Hari-hari yang kujalani bersama Kak Guin terasa menyenangkan hingga suatu hari sebuah masalah menimpa kami. Awalnya hanya masalah kecil namun menjadi masalah yang tak pernah terbayangkan akan terjadi ternyata terjadi juga. Segala rintangan dan halangan kami lalui bersama dan dari sinilah kisah petualangan ku bersama Kak Guin demi mencari sebuah jalan pulang.

Rachell_Aditya · Adolescente
Classificações insuficientes
29 Chs

Bersikap Baik

Keesokan paginya.

"Rui, bangun sayang. Sarapannya sudah siap!" Duduk di sebelahku yang sedang tertidur sambil mengelus rambutku.

"Hoammm. Eh, Kak Guin sudah bangun?" Tanyaku sembari mengucek-ngucek mata.

"Udah dari tadi malah. Ayo cuci muka mu habis itu kita sarapan! Kakak sudah masakin makanan kesukaan kamu!" Jawab kakak.

"Baik kak!" Sahut ku sambil beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk cuci muka.

Saat sarapan di meja makan.

"Emm, Kak Guin tidak berangkat kuliah?" Tanyaku basa-basi sambil menyendok nasi ke mulutku.

"Berangkat kok nanti jam tujuh. Kamu sendiri sekolah nggak?" Tanya kakak balik.

"Hari ini aku libur. Para guru sedang ada rapat di luar kota." Jelas ku datar.

"Hmm gitu ya. Besok juga libur lagi kan? Tanggal merah?"

"Iya!"

"Sebenarnya kakak tidak tega sih meninggalkanmu sendirian di rumah. Tapi kakak juga banyak tugas di kampus dan tidak bisa ditinggalkan."

"Kakak kuliah aja tidak papa. Aku bisa kok jaga diri sendiri." Jelas ku.

"Bener nih tidak apa-apa?"

"Iya kak tidak apa-apa. Kakak jangan terlalu khawatir denganku. Aku ini sudah 16 tahun loh kak, sudah bukan seperti waktu pertama kali datang ke rumah ini!" Tutur ku pada kakak.

"Yah, kadang kakak juga tidak percaya kamu tumbuh secepat ini. Tapi sebagai kakak, Kak Guin tetap saja khawatir denganmu meski kamu sudah besar sekalipun. Karena tanggung jawab kakak lebih besar daripada adiknya." Jelas kakak padaku.

"Iya kak aku mengerti kok. Makanya mulai sekarang aku ingin belajar mandiri tanpa bergantung pada orang lain termasuk kakak. Supaya aku bisa sedikit meringankan tanggung jawab kakak yang besar itu!"

"Sip deh kalo gitu. Ya sudah kakak mandi dulu ya, sudah jam 6:30. Kakak harus segera bersiap-siap!" Celetuk Kak Guin.

"Ya sudah kakak mandi saja, meja makan ini biar aku yang merapikan!" Tawar ku.

"Oke!"

Tepat pukul 7 pagi.

"Kakak berangkat dulu ya Rui!" Mencium keningku.

"Iya kak hati-hati di jalan!"

"Kamu jaga diri baik-baik di rumah. Jangan membukakan pintu pada orang yang tidak kamu kenal!"

"Siap Kak!"

Kak Guin melambaikan tangan padaku. Akupun membalas lambaian tangannya. Tak berapa lama taksi yang dipesan kakak datang. Kak Guin segera naik ke taksi tersebut dan segera hilang di persimpangan jalan. Aku segera masuk kembali ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.

Di dalam rumah aku melangkah masuk menuju kamar Kak Guin dan berbaring di kasurnya. Hujan baru saja reda tadi pagi jam 5 sementara listrik masih padam dikarenakan tower utama yang tersambar petir tadi malam meledak sehingga membuat listrik beberapa rumah di daerahku menjadi padam. Entahlah sampai kapan listrik padam, karena jika listrik padam tidak banyak kegiatan yang bisa kulakukan.

Aku masih berbaring di kasur kakak hingga tiba-tiba ide untuk membersihkan rumah muncul di dalam kepalaku.

"Benar juga! Daripada nganggur lebih baik aku beres-beres rumah. Hitung-hitung membantu meringankan beban kakak yang berat ini." Celetukku yang segera bangkit dari kamar kakak.

Aku mengambil sapu yang diletakkan di ruang tengah.

"Baiklah sekarang waktunya bersih-bersih." Gumam ku.

Setelah mengambil sapu aku langsung pergi ke kamar kakak terlebih dahulu. Ku sapu seisi kamarnya hingga tak ada sisa kotoran sedikit pun di lantai. Lalu lanjut ke ruang tengah, kamarku, meja makan, dan ruangan lainnya yang belum ku sapu.

1 jam kemudian.

"Ah capeknya! Beres-beres rumah memang sangat melelahkan ternyata. Aku tidak bisa membayangkan betapa lelahnya kakak yang mengurus semua ini seorang diri setiap harinya." Celetuk ku di sela-sela istirahat.

Selanjutnya setelah selesai istirahat, sapu ku letakkan kembali di ruang tengah dan sekarang aku menuju ke kamar mandi untuk mencuci tumpukan pakaian kotor.

Aku segera mencuci semua pakaian kotor milik kakak dan juga milikku.

Selesai mencuci dan menjemurnya, aku lanjut lagi mengepel seluruh ruangan, membuang sampah, merapikan barang-barang yang berantakan, mengganti sprei, dan masih banyak lagi.

Pukul 3 sore.

"Ahhh akhirnya selesai juga tugasku!" Gumam ku yang sedang tiduran di kasur kakak sambil bermain handphone setelah lelah seharian membersihkan rumah.

Tiba-tiba pop-up sebuah berita muncul di handphone-ku saat sedang asyik bermain game.

"Eh apa nih?"

Melihat judul berita dengan judul [Cara menjadi adik yang baik bagian pertama, baca selengkapnya].

Karena penasaran aku pun meng-klik dan membaca berita tersebut sampai selesai.

"Sepertinya menarik. Apa tidak masalah ya jika aku mencoba mengikuti apa yang ada dalam berita ini?" Gumam ku.

Setelah sekian lama berpikir akhirnya aku akan mencoba cara ini. Yaitu bersikap menjadi adik yang baik agar kakak tambah sayang padaku.

"Mungkin sebaiknya aku tidur saja dulu sembari menunggu kakak pulang."

Gumam ku yang segera menuju kamarku untuk tidur.

***

Aku terbangun saat mendengar suara ketukan pintu dari arah pintu depan yang ternyata adalah kakak.

'Tok..tok..tok'

"Rui kakak pulang. Tolong buka pintunya!" Teriak kakak dari luar.

"Iya sebentar Kak!" Aku segera bangkit dari tempat tidur.

Hal pertama yang tertulis di berita tentang cara menjadi adik yang baik adalah menyambut kakak yang baru bepergian dengan senyum ramah dan jangan menanyai hal-hal yang bisa membuatnya marah saat baru saja tiba di rumah.

"Baiklah, sekarang saatnya." Celetukku sambil berjalan untuk membukakan pintu.

'Cklekk'

"Eh kakak baru pulang ya jam segini?" Tanyaku dengan senyuman yang manis.

Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 8 malam.

"Hihi, maaf ya. Kakak banyak tugas Soalnya di kampus jadi agak malam pulangnya. Oh ya, sebagai permintaan maaf nih kakak bawain oleh-oleh!" Menyodorkan sebuah bingkisan berisi makanan.

"Wah apa nih Kak?" Menerima bingkisan dari Kak Guin.

"Makanan kesukaanmu! kamu pasti lapar kan? Makanya kakak bawain kamu makanan." Jelas kakak.

"Wah makasih Kak. Kak Guin memang kakak yang paling baik dan pengertian sama adiknya!" Celetukku senang.

Yap, cara kedua adalah dengan menghargai setiap pemberiannya dan jangan pernah mengatakan jika kamu tidak menyukainya. Itulah cara kedua yang ku baca di berita tadi sore.

"Hihi, kamu ini. Ya sudah kakak mau ke kamar dulu, capek." Ucapnya.

"Iya kak!"

Aku pergi ke kamarku untuk mengambil handphone dan melihat cara ketiga menjadi adik yang baik—karena aku lupa cara yang ketiga— lalu segera menuju kamar kakak sembari membawa bingkisan pemberian kakak.

'Tok..tok..tok'

"Kak boleh aku masuk?" Tanyaku.

"Iya masuk saja!" Jawab kakak.

"Oke!" Membuka pintu kamar kakak.

Saat aku masuk Kak Guin sedang tiduran di kasur dengan posisi telentang sambil memainkan handphone-nya. Dia memakai baju lengan panjang berwarna kuning dan celana panjang.

"Ada apa Rui?" Wajah Kak Guin tampak kelelahan namun dia tetap tersenyum padaku.

"Kak makan ini bareng yuk!" Ajak ku sambil menunjukkan bingkisan.

"Eh, tapi kakak tidak lapar." Jawab kakak.

"Hmm begitu ya. Ya sudah deh aku balik ke kamar saja." Tuturku yang menunjukkan ekspresi kecewa.

"Eh, Ru-Rui! Bukan begitu maksud kakak." Kakak menarik tanganku.

"Kakak tidak menyenangkan malam ini." Gerutu ku padanya.

'Duarrrrr'

Petir menyambar dengan kerasnya.

"Hmm, maafkan kakak ya Rui. Kakak hanya sedang capek dan ingin istirahat, tapi di sisi lain kamu ingin bersama kakak. Jadi, maafin kakak kalau malam ini agak kurang bisa mengerti kamu." Ucap kakak menghela nafas panjang.

"Ya sudah deh Kak kalau kakak capek istirahat saja aku tidak masalah kok sendirian."

"Duh jangan gitu dong, ya sudah sini kita makan bareng. Tapi janji ya habis itu biarin kakak istirahat!" Ucap kakak.

"Iya kak janji!" Sahutku senang.

Kami pun memakan bingkisan yang diberikan oleh kakak bersama-sama. Hingga tiba-tiba Kak Guin tersedak oleh makanannya sendiri.

"Uhuk uhuk!"

"Eh, kakak pelan-pelan aja makannya. Mau ku ambilkan air?" Tawar ku.

"Iya tolong ambilkan air. Uhuk!"

Aku segera pergi ke dapur untuk mengambilkan kakak air.

"Ini Kak minumannya!" Aku menyodorkan gelas ke kakak.

"Makasih Rui. Uhuk!" Menerima gelas dariku dan segera meminumnya sampai habis.

"Makannya pelan pelan saja kak biar tidak tersedak." Celetuk ku.

"Iya!"

"Ya sudah sini kak gelasnya aku taruh ke belakang lagi!"

Kak Guin menyerahkan gelas padaku.

Kami pun melanjutkan kembali memakan bingkisan itu bersama hingga habis.

"Sudah ya Rui, kakak capek mau istirahat dulu." Ucap kakak dengan lembut.

"Iya kak! Terimakasih sudah bersedia makan ini bersamaku." Jawabku yang senang.

"Hihi, iya sama-sama." Jawab kakak sekali lagi dengan senyuman.

Setelah kakak berkata demikian aku segera pergi dari kamar kakak membiarkannya untuk istirahat.

"Hoam, asyiknya makan bersama kakak. Apa aku sudah menjadi adik yang baik ya? Dan juga, apa kakak menyadari jika seisi rumah sudah bersih saat dia pulang? Ah, masa bodo lah! Yang terpenting aku sudah melakukan hal-hal yang positif saat kakak tidak dirumah."

Gumam ku yang setelah itu tertidur usai mengucapkan kalimat tersebut. Hari ini benar-benar melelahkan, namun juga menyenangkan.