webnovel

My Lovely Bodyguard.

Bryana Jill Darlene, begitulah namanya. Beberapa orang suka memanggilnya "Bryana" adapula yang memanggilnya "Jill". Dia adalah seorang janda muda berusia 24 tahun dan memiliki seorang putra bernama Calvin Darlene. Kegagalannya dalam membina bahtera rumah tangga karena suaminya mendua, membuat Bryana tidak mempercayai akan ketulusan cinta seorang pria.Janda kaya raya itu lebih memilih sendiri dengan sibuk mengurus perusahaan milik ayahnya. Mantan suaminya yang bernama Alex, terus berusaha mendapatkan hak asuh Calvin. Bahkan dia tidak segan-segan berusaha menculik dan melukai Bryana. Hal itu membuat kakak Bryana yang bernama Raymond Darlene, menyewa dua bodyguard untuk melindungi adik dan keponakannya. Siapa sangka? Bodyguard baru yang bertugas menjaga Bryana bernama Dean Jackson, sukses menarik perhatiannya. Pria bertubuh kekar dengan sikap yang dingin dan formal, membuat janda muda itu penasaran akan kehidupannya. Ternyata Dean adalah seorang duda mempunyai seorang putri bernama Sofia. Istrinya telah meninggal saat melahirkan. Hal itu membuatnya sangat terpukul dan tidak bisa menggantikan mendiang istrinya dengan wanita lain dihatinya. Apakah Bryana bisa mengambil hati Dean yang kesepian? Monggo dibaca saja. Story by me Art by pinterest

Nonik_Farellidzy · Urbano
Classificações insuficientes
400 Chs

Sebuah rencana

Hari yang ditunggu telah tiba. Malam nanti, Bryana akan menghadiri acara pesta pernikahan Johnny dan Soraya yang akan dimulai pukul 19:00 WIB di ballroom hotel ternama di Jakarta. Dia sudah menyiapkan gaun merah mewah berharga fantastis dan tuxedo untuk Dean yang kemarin dibeli dan langsung dipakai.

Saat sore, Bryana sedang dalam perjalanan menuju pulang ke rumah. Tentunya dia bersama Dean yang selalu bersamanya dan menemaninya. Wanita itu memainkan ponselnya sembari menunggu tiba di rumah. Sesekali dia tersenyum geli melihat foto-foto saat upacara pernikahan Soraya dan Johnny.

"Apa jadi ke pesta bersamaku?" tanya Dean yang sesekali melirik Bryana yang duduk di sampingnya.

"Tentu saja," jawab Bryana tanpa menoleh.

"Aku malu, rasanya tidak pantas jika aku ikut menghadiri pesta itu sebagai pasangan mu," ucap Dean dengan gusar sambil terus mengemudi dengan kecepatan rata-rata. Dia sangat santai dan tidak terlalu suka kebut-kebutan jika bukan dalam keadaan mendesak.

"Kenapa malu?" tanya Bryana.

"Entahlah, aku merasa kurang percaya diri saja. Jati diriku adalah seorang bodyguard," jawab Dean dengan gusar.

Bryana menghembuskan napas kasar, kemudian menoleh menatap Dean yang tetap tampan dengan mengenakan setelan pakaian bodyguard berwarna hitam, lengkap dengan seperangkat peralatan keamanan. Pria itu sangat terlihat gagah dan semakin kekar saja. Karena setiap malam masih sering melakukan olah raga dalam kamarnya di rumah Bryana.

"Bagiku setiap orang sama saja, Dean. Jangan minder hanya karena status  profesi mu, kamu bahkan sangat pantas dan terlihat seperti bos yang sering kutemui jika mengenakan jas yang keren," ucap Bryana mulai berani memuji ketampanan Dean.

Seketika Dean tersenyum merona. Dia tampak malu-malu karena mendapat pujian dari majikan yang disukainya itu, namun jika dia merasa seperti dipukul saat menyadari siapa dirinya. 'Ingat, Dean. Kamu tidak boleh terlalu berharap bersamanya. Dia adalah bos besar dan kamu hanya seorang bodyguard untuknya!' batinnya mengingatkan dirinya sendiri.

___

Setibanya di rumah, Bryana segera turun dari mobil dan langsung berjalan menuju pintu utama melewati teras di mana Calvin sudah menunggunya. Dia langsung berjongkok menelentangkan tangannya dan putranya itu langsung berhamburan memeluknya. Ah, pemandangan yang sangat indah, mampu membuat Dean yang sejak tadi berjalan mengikuti Bryana pun terkesima.

'Ya Tuhan, apa mungkin aku bisa mendapat istri yang akan menyayangi putriku? Aku sungguh melihat sosok itu pada diri majikan ku ini,' batin Dean mengeluh pada Tuhan. Dia sungguh tidak bisa membendung rasa kagumnya pada Bryana. Lalu, sampai kapan semua pertahanan itu akan tetap kokoh? Apa dia sanggup tidak menyatakan perasaannya? Atau malah Bryana yang tidak tahan ingin menyatakan perasaan pada bodyguard yang minder itu?

Calvin melepas pelukannya pada sang ibu kemudian mencium pipinya. Ughh. Bocah itu cute sekali.

"Kenapa, Sayang? Tumben sekali mama baru pulang langsung dipeluk?" tanya Bryana dengan menaikkan alisnya, kemudian mencium pipi Calvin yang agak chubby.

"Kangen mama," jawab Calvin dengan tersenyum geli meraba pipi ibunya yang mulus.

"Pasti ada maunya," tebak Bryana. "Calvin mau apa, Hem?"

"Nonton," singkat Calvin.

"Nonton apa?" tanya Bryana dengan mengerutkan keningnya.

Dean masih berdiri di belakang Bryana, begitu pula Louis yang masih berdiri di belakang Calvin, sedangkan Lauren sudah kembali masuk ke dalam rumah.

"Nonton film, ada yang balu di bioskop," jawab Calvin dengan lidahnya yang masih belum fasih huruf "R".

'Ke bioskop? Gimana ini? Aku harus ke pesta.' Bryana berkata dalam hati sambil menatapi putranya. Dia merasa akan sangat kecewa pada dirinya sendiri jika tidak menuruti keinginan Calvin, namun dia juga ingin datang ke pesta. Apalagi, semua sudah disiapkannya dengan rapi, tidak boleh gagal dong.

Dean melihat kegelisahan Bryana. Dia paham pasti majikannya itu sedang dilema. Pria itu beralih melirik Louis yang selalu bisa diandalkan untuk merayu dan menenangkan Calvin.

"Jill, mungkin Louis bisa menemani Calvin untuk nonton di bioskop," ucap Dean.

Bryana beranjak berdiri dan melirik Dean yang memberinya saran dan membuatnya jadi semakin suka pada bodyguard nya itu. Dia beralih melirik Louis yang berdiri santai memasukkan tangan ke dalam saku celananya.

"Louis, tolong nanti kamu temani Calvin ke bioskop. Lauren juga akan ikut menemani," seru Bryana memutuskan.

Louis langsung tersenyum hangat. "Siap, Nyonya."

Louis tersenyum karena membayangkan akan duduk bersama Lauren dan puas bersamanya sementara Calvin tidak akan mengganggu karena fokus nonton film. Astaga, apa yang akan dia lakukan pada baby sister cantik itu?

Bryana beralih menatap Calvin, kemudian menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah. Dean masih di teras bersama Louis. Dan yang mereka bicarakan adalah?

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Dean sembari menatap aneh pada Louis.

"Karena aku akan berduaan dengan Lauren," jawab Louis dengan senyum nakalnya, kemudian mendudukkan dirinya di pinggir teras sambil menatap langit yang perlahan berubah berwarna oranye karena sudah semakin sore.

"Berduaan, apa kamu akan meninggalkan Calvin? Jangan macam-macam!"

"Hey, bukan begitu maksudku!" Louis menatap heran pada Dean yang langsung menuduhnya akan menelantarkan Calvin.

"Lalu apa?" tanya Dean.

"Aku bisa berduaan ngobrol banyak dengan Lauren saat Calvin sedang asik nonton, karena selama ini saat kami mengobrol selalu saja diganggu dia," jelas Louis.

"Hahaha ... Karena tugasmu memang menjaganya!" Dean terkekeh geli.

Louis melirik kesal pada Dean yang mentertawakan nya. Dia teringat rekannya itu sudah memanggil Bryana dengan nama asli, bukan dengan sebutan bodyguard pada nyonya nya, hingga membuatnya menyimpan banyak pertanyaan di benaknya tentang kedekatan bodyguard dengan bos nya itu.

"Oiya, sejak kapan kamu memanggil Bryana dengan nama aslinya?" tanya Louis dengan tatapan menyelidik.

"Belum lama," singkat Dean.

"Woww, ini adalah suatu kemajuan."

"Kemajuan apa maksudmu?" tanya Dean heran.

"Aku memantau kedekatan kalian berdua. Kamu menyukainya, kan?" Louis malah balik bertanya.

Dean terdiam dan langsung menekuk wajahnya, menatap lantai dan melihat semut hitam berjalan bersama beberapa semut lain. 'Aku memang menyukainya, tapi aku tidak akan bisa mengungkapkan. Aku harus introspeksi diri,' jawabnya dalam hati.

"Hey, kenapa malah diam?" Louis menepuk pundak Dean.

"Kami hanya dekat sebagai teman saja, jangan berpikiran aneh-aneh," seru Dean kemudian melirik arlojinya yang menunjukkan waktu pukul 17:45 WIB. Dia segera beranjak berdiri.

"Aku harus bersiap, karena dalam waktu 30 menit aku harus sudah siap mengantar nyonya Bryana," ucapnya kemudian.

Louis ikut berdiri dan berjalan menuju masuk ke rumah bersamaan dengan Dean.

"Mau ke mana?" tanya Louis.

"Ke pesta pernikahan," jawab Dean.

Louis terdiam dan teringat kemarin melihat Dean pulang dari kantor dengan mengenakan setelan tuxedo mahal. "Apa kamu akan ikut masuk ke pesta itu??" tanyanya dengan antusias.

Dean hanya menanggapi pertanyaan itu dengan tersenyum dan mengangguk. Diam-diam dia merasa senang karena bisa menjadi pasangan Bryana. Namun terkadang rasa minder masih menghampiri hatinya dan membuatnya sadar diri kalau hanya dijadikan pasangan pesta sementara saja.