Fio terlihat sibuk dengan Model-model yang di datangkan Vincent Fashion.
Semua terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing baik itu para model juga para pekerja di gedung itu.
Saat semua sedang asik dengan pekerjaannya, seorang wanita mendekati Fio.
Dengan dress Pink dan highhells hitamnya, wajah gadis itu memakai riasan tipis menambah cantik di wajahnya.
"Hai Fio" sapanya lembut.
Fio menoleh suara itu di ikuti beberapa orang di ruangan itu, termasuk Criss yang melihat dari jauh.
"Hai" Fio kembali melihat ke arah model yang sedang berdiri berfose bersiap untuk pengambilan gambar.
" kamu sibuk siang ini" gadis itu memegang legan Fio.
"Jovanka aku sedang sibuk sekarang kita bicara nanti" Fio seolah kesal dengan kelakuan gadis itu.
"Jovanka kamu duduk di sini dulu, tunggu pemotretan selesai" Neo memberi sebuah kursi kasihan pada gadis yang di abaikan Fio.
"Makasih" Senyum gadis itu pada Neo.
Criss yang memandang kejadian itu hanya diam, dia tau bahwa gadis yang di pujanya menyukai Fio.
"Husstt, siapa itu?" Tanya Mira pada Dea yang tidak duduk jauh darinya.
"Jovanka, anak yang punya Vincent fashion" Ucapnya sambil tersenyum.
"Genit ya" Mira terlihat tidak suka melihat Jovanka yang datang lalu memegang lengan Fio tanpa izin.
"Begitulah, gadis cantik yang kaya" Dea melangkah menjauhi Mira yang masih terlihat kesal memandang ke arah Jovanka.
Gadis cantik itu hanya duduk memandangi Fio dari belakang sambil sesekali terpesona akan ketampanan Fio dan gaya collnya.
Setelah memberi istirahat pada anggota nya Fio menghampiri Jovanka yang masih duduk di kursi.
"Ada apa sampai datang ke ruang pemotretan?" Fio bertanya datar sambil mengambil air mineral yang langsung di teguknya.
"Aku hanya ingin melihat para model dan pekerjaan mu" senyumnya pada Fio.
"Oh..mereka model yang hebat" Ucap Fio.
"Pasti hebat" Xander mendatangi Fio dan Jovanka.
"Bagaimana pekerjaan Fio menurut mu?" Tanya Jovanka.
"Dia luar biasa" Xander membanggakan Fio.
"Oh ya Fio, apa kamu sibuk siang ini?" Gadis itu bertanya sambil melirik ke arah Fio yang sedikit berpikir.
"Ada apa?" Tanya Fio.
"Aku dapat undangan makan siang di sebuah restoran dan aku ga punya teman ke sana" Jovankan memegang lengan Fio.
"Aku ada janji siang ini" Fio segera menjawab sambil melepaskan tangan gadis itu dari lengannya.
"Yahh..gimana dong padahal aku udah di suruh datang"
"Criss, sini deh" Fio memanggil Criss yang terlihat pura-pura sibuk, dan Criss langsung datang menghampirinya.
"Ada apa dengan Criss?" Xander terlihat bigung pada Fio.
"Criss kamu gak ada acara siang ini kan?" Tanya Fio pada Criss yang terlihat bingung.
"Mmm gak ada" jawab Criss sambil menggeleng pelan.
"Nahh, siang ini aku ada janji jadi gak bisa ikut acara makan siang sama Jovanka kamu bisa ikut gak?" Fio melihat Criss sambil memberi kode agar Criss mau.
"Ahhhh..boleh boleh" Criss terlihat girang.
"Tapi Fio.."
"Aku sibuk banget hari ini Jovanka, kebetulan Criss gak begitu sibuk jadi kamu sama Criss dulu ya" Fio memukul pundak Criss yang tersenyum bahagia.
Wajah gadis itu terlihat kesal, Xander yang tau Fio hanya menghindari sepupunya itu hanya tersenyum tidak mau ikut campur urusan mereka.
"Jadi makan siang nya jam berapa Jovanka?" Tanya Criss mengalihkan pandangan gadis itu dari Fio yang semakin jauh.
"Nanti aku kirim pesan ke kamu" gadis itu melangkah seolah kesal dengan hal yang terjadi barusan.
"Hei..dia memang suka begitu" Xander memukul pundak Criss yang terlihat bigung melihat Jovanka yang pergi begitu saja.
Setelah pemotretan waktu makan siang pun tiba, Criss yang mendapat pesan dari Jovanka segera menuju restoran yang sudah di janjikan.
"Sea jam makan siang nih" Lea keluar dan menunjuk jam tangannnya.
"Ia ini udah mau turun kok" Sea senyum ke arah Lea.
"Criss udah turun?" Lea menunjuk meja Criss yang terlihat kosong.
"Ia dia di ajak makan siang sama buk bos dari Vincent" Sea tertawa.
"Wahh..tadi dia ke sini?"
"Ia dengar-dengar dari yang lain dia pegang-pegang Fio, trus di Fio nolak makan siang sama dia katanya ada janji" Sea sedikit berbisik.
"Hahha..Fio masih aja begitu, kan sayang cewek cantik" Lea menggelangkan kepala nya dan meninggakan Sea yang masih terlihat sibuk dengan beberapa berkas.
Langkah Lea menyusuri lantai Satu gedung Fashion itu, terlihat beberapa menu makanan di sana di ambilnya dan duduk di sebuah meja yang mengarah ke parkiran gedung itu.
Dinikmati setiap makanan yang ada di piringnya sesekali di sesapnya jus nenas kesukaannya.
"Sendiri aja " Fio mengambil posisi di depan Lea yang sedikit terkejut.
"Ia, Biasa nya Criss di sini" Lea mengaduk makanan di piringnya.
"Maaf, aku terpaksa mengorbankan Criss untuk makan sama Jovanka"
"Kenapa Fio? Kamu gak suka sama dia?" Tanya Lea.
"Begitulah, hati ku masih untuk orang lain" Fio sedikit tertunduk.
"Bagaimana pemotretan hari ini lancar?" Lea mencari topik pembicaraan lain.
"Lancar, mereka model-model hebat yang sudah tau pekerjaan" Fio tersenyum pada Lea.
"Baguslah, semoga lancar sampai akhir kontrak"
Kembali Fio tersenyum ke arah Lea yang duduk di depannya.
Sesekali Fio terlihat membuat Lea tertawa kecil karna cerita nya.
"Pasti Criss bahagia sekarang"
"Ia, sepertinya dia benar-benar menyukai Jovanka" Terang Lea.
"Ia, nama itu selalu di sebut-sebut" Fio tertawa mengingat Criss yang selalu menyebut nama Jovanka.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Silahkan" Lea tersenyum.
"Apa aku mengganggu?" Tanya Mira ke arah dua orang itu.
"Ahh tidak, duduk saja Mira" Lea mempersilahkan gadis itu.
"Kenapa kamu tidak makan bersama Dea dan Sisi?" Tanya Fio sedikit ketus pada Mira.
"Aku cuma pengen makan bareng kamu" Mira tersenyum ke arah Fio.
"Emmhh emmhh" Lea sedikit tersenyum melihat kedua orang itu.
"Tidak apa-apakan Lea" tanya Mira.
"Mmm gak apa-apa, apa aku mengganggu?" Lea bertanya sambil tersenyum.
"Gak kok " Mira tersenyum ke arah Lea.
"Baiklah kalian lanjutkan makan nya aku duluan ya" Lea hendak melangkah membawa piringnya sisa makanan.
"Lea, kenapa kamu selalu memberi waktu untuk ku dan orang lain, kenapa kamu selalu menghindar?" Fio menarik tangan Lea agar berhenti.
"Fio di sini banyak orang, lepaskan tangan ku" Lea berbisik sambil berusaha melepas tangan Fio.
"Kenapa? Kamu takut mereka tau?"
"Tidak ada yang aku takuti" Lea menarik tangan nya lalu pergi.
Beberapa orang terlihat memandang ke arah meja dimana Fio dan Mira duduk.
Seketika suasana meja itu bisu, Fio tertunduk menahan amarahnya seakan Lea terus mendorongnya mendekati wanita lain.
"Apa kamu benar-benar mencintainya?" Mira bertanya pelan.
"Apa urusan mu?"
"Aku hanya ingin tau" Mira masih memandang wajah Fio yang kesal.
"Ia aku dulu mencintainya dan sampe sekarang aku masih mencintainya" Fio melihat raut murung Mira saat mendengar ucapannya.
"Kejarlah, semoga kau beruntung" Mira tersenyum kecut, kemudian pergi dengan sedih di dadanya.
Fio duduk sambil menghisap batang rokok, pikirannya masih tentang makan di cafetaria tadi.
Kenapa Lea selalu menghindar darinya, apa Lea begitu membencinya, apa tidak ada celah untuk nya bisa mendapat hati Lea.
"Hei, di sini rupanya" Criss menepuk Fio pelan.
"Ohh bagaimana makan siang kalian?"
"Biasa aja, lebih ke tanya jawab dari pada makan siang"
"Maksud mu?"
"Dia lebih banyak bertanya tentang mu dari pada mencari topik pembicaraan lain" Criss kesal dengan penjelasannya.
"Haa...ada apa dengan wanita-wanita itu" Fio menghisap rokoknya dalam.
"Siapa wanita yang kau maksud?" Criss mengerutkan kening.
"Jovanka dan Mira, kenapa mereka sangat tertarik dengan hidup ku"
"Mereka menyukai mu" Criss terlihat putus asah.
"Itulah masalahnya, aku tidak tertarik pada mereka" Fio menghembuskan nafas panjang.
"Haaa...padahal aku sangat menyukainya" Criss menyalakan rokok di bibir merahnya.
"Susah di jelaskan " kembali lelaki tampan itu menghembuskan nafas panjang.
Entah berapa batang rokok yang mereka habiskan, mereka bercerita pengalaman mereka.
Kadang ada tawa kecil di sana kadang ada kesal terlihat di wajah mereka.
Langkah mereka kembali ke dalam gedung fashion itu, pekerjaan sudah menunggu mereka.
Dengan pikiran dan rasa kesal di dada mereka berusaha menyelesaikan pekerjaan hari itu.
**
Lea duduk dengan secangkir kopi di tangannya matanya jauh memandang ke luar gedung melihat parkiran yang luas dan pepohonan hijau.
Dia masih berpikir kejadian tadi siang, semakin hari semakin Fio aneh ke padanya.
Dia masih belum bisa melupakan Bi, bagaimana dia bisa menerima orang lain di hati nya.
Bi pergi belum genap 2 bulan, dia masih sangat mencintai cinta pertamanya itu.
Air matanya menetes tak terasa, sedih itu selalu sukses membuatnya menangis.
Di hapusnya air mata itu, kopi yang sudah dingin itu pun di letakkan di meja tangan nya merapikan meja kemudian melangkah dari ruangan itu.
"Sea kalau ada laporan lain, tolong kirim ke Email saya" Lea berpesan pada Sea.
"Baik"
Lea memandang lurus ke arah Lift lalu pergi meninggalkan gedung yang didirikannya itu.
Pikirannya berkecamuk.
Jalanan yang ramai tidak di perdulikan lagi, mobilnya tetap melaju kencang sesekali dia di teriaki orang-orang di jalan karna hampir terjadi kecelakaan, Lea tetap tidak perduli.
Gerbang rumah mewah itu terbuka, mobil Lea masuk ke dalam halaman rumah itu.
Langkahnya cepat menelusuri ruang tamu.
Begitu kamar itu di buka ya, tubuh rampingnya di jatuhkan kasar kemudian menutup matanya.
"Haaa mengapa dunia serumit ini, "
Mata indah itu tertutup, hanyut dalam mimpi indah.
Lea tertidur dari sore hingga malam hari.
Makan malam di lewatkannya tidak ada rasa lapar di sana, hatinya hanya bingung dengan apa yang terjadi.
Jika tidak bisa memiliki mengapa harus ada rasa cinta, jika tidak bisa bersama mengapa yang tinggal harus kecewa?