"Mr. Devil"
Author by Natalie Ernison
Setiap kali pertemuan antara Nathasya dan Zakra, selalu saja akan ada isak tangis dan ringisan kesakitan dari mulut mungil Nathasya. Entah mengapa, Zakra begitu berbeda dari dirinya yang dulu penuh kehangatan walau terkadang memaksa namun tak sebegitu tega. Zakra yang sekarang ialah, sosok yang begitu dingin, kasar dan bahkan tak segan menyiksa wanita yang beberapa tahun pernah sangat ia puja.
Nathasaya sebagai seorang designer disalah satu perusahaan yang cukup memiliki nama. Selain besar, para pegawai yang terpilih bekerja di perusahaan tersebut pun melalui beberapa seleksi yang cukup ketat. Sama seperti biasanya, Natha/ Nath selalu mengerjakan setiap tanggung jawabnya dengan baik dan rapi, sehingga tak jarang ia selalu mendapat pujian aas kerja kerasnya.
*****
"Huhh, akhirnya pekerjaan ini selesai juga.." gumam Nath sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya, setelah seharian penuh duduk di depan layar komputernya.
Dengan sedikit gerakan kecil, Nath memereng-merengkan kepalanya agar otot-otot lehernya tidak terlalu tegang. Jam pun menunjuk pukul. 21:47, sudah saatnya Nath bergegas pulang dari jam lemburnya dan merapikan meja kerja miliknya.
Selesai merapikan meja kerjanya, Nath pun beranjak dari ruang disignnya.
Gruruk gruruk...
Suara dari dalam perutnya. Saat sedang melangkah keluar dari gedung utama perusahaan tempatnya bekerja, langkah secara tiba-tiba terhenti. Sepertinya ada sesuatu yang tengah mengganggu dan harus segera diselesaikan.
"Sepertinya sejak siang tadi aku belum memakan sesuatu..".
Secera cepat, Nath melangkah setengah berlari hendak mencari rumah makan yang masih buka, karena jam yang kini sudah menunjuk pukul. 10: 15.
Drrttt... ponsel Nath yang sedari tadi terus bergetar, lalu dengan cepat Nath menyentuh layar ponsel miliknya tanpa memperhatikan siapa yang sedang memanggilnya.
"Hallo..." ucapnya saat menerima telepon tersebut.
"Kenapa terlihat panic begitu, apakah kamu sedang mencari sesuatu..?" ucap seseorang yang sedang berbicara dengannya via telepon selular, dan suara yang sangat ia kenali.
"Kak Jenner..." ucap Nath dengan wajah yang mendadak tersenyum bahagia.
"Yes akhirnya kamu sadar juga... Coba balikkan dirimu ke arah belakang sekarang!" seketika itu juga Nath membalikkan dirinya, dan seorang pria tampan sedang bejalan ke arahnya dari seberang jalan yang sudah mulai sepi.
"Kamu terlihat panic Nath, dan membuatku heran.." ujar Jenner yang tengah berdiri dihadapannya dengan senyuman tipis.
”Ahh maaf kak, aku lapar. Karena sejak siang aku belum sempat makan siang.” Ujar Nath dengan senyuman ramahnya.
"Ohh begitu... baiklah, mari kita makan malam bersama.
"Apakah nona Nathasya tidak merasa keberatan??" tanya Jenner sambil menundukkan kepalanya ke arah Nath.
”Yes, dengan senang hati kak.” Tukas Nath dengan wajahya yang mulai merona.
"Kita naik mobilku saja, dan nanti akan kubawa kamu ke resto favoriteku." Ujar Jenner lalu mempersilakan Nath memasuki mobil sport miliknya.
***
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih sepuluh menit, mereka pun tiba di sebuah resto yang terlihat sederhana, namun siapa sangka harga menu-menu makanannya tidaklah sesederhana tampilan dekorasi.
"Resto xx"
”Makanan disini memang sangat enak kak..” ujar Nath sambil menikmati makanannya.
"Iya, aku sering ke sini sendiri dan bahkan para pelayan sudah sangat familiar denganku."
”Iya jelas kak, aku tidak heran. Karena kakak memang sejak dulu sudah sangat popular.”
"Tidak juga Nath."
"Ups, makanmu cukup berantakan.." dengan gesit, Jenner meraih sisa makanan yang berada di pinggir bibir Nath. Hal sederhana memang, namun mampu membuat pipi mulusnya terlihat sangat merona.
”Thank you kak.” ucap Nath sambil menahan senyuman kegirangannya, dan Jenner pun terlihat tersenyum.
"Senyuman pria ini memang sangat berbeda, dan mampu membuatku kehilangan fokusku sejenak.."batin Nath.
Senyuman Jenner memang sangat menawan, dengan bulu-bulu halus di bagian rahang, namun terkadang bulu-bulu terlihat cukup lebat dan semakin membuat para wnaita begitu gemas.
Sedang asyik berbincang-bincang, tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul. 23.09.
”Kak Jenner, ini sudah tengah malam,” ujar Nath sambil menunjukkan jam tangan miliknya.
"Ok, mari kita pulang dan aku akan mengantarmu pulang.."
Setiba dikasir Nath berniat melakukan pembayaran atas makanan yang telah ia pesan, namun tangan Jenner menahannya, dan memberi sebuah isyarat, makanan tersebut sudah ia bayar.
"Sudahlah, aku traktir..." ucap Jenner sambil menuntun Nath menuju loby.
>>>
”Kak Jenner thank you atas traktirannya.”
"Yes, selamat beristirahat Nathasya." Ucap Jenner sambil mengusak kepalanya dengan pandangan gemas. Wanita yang kini dihadapannya memang sangat menggemaskan, namun dibalik semua itu ada sosok yang sedng menyaksikan momen terbaik bagi Nath.
Sepanjang langkahnya menuju kamar, Nath terlihat begitu bahagia dan terus tersenyum.
Setibanya di kamar, Nath segera membersihkan diri, dan membenamkan wajahnya saat sedang berada dalam bathtub.
Sedang asyik menikmati mandi.
Srakkk...
Suara tenda plastic yang menutupi bathtub tiba-tiba terbuka.
"Kenapa baru mandi sekarang??" tanya seorang pria yang tengah berdiri di depannya.
”Kak Zakra!” ucap Nath dengan wajah yang menegang dan kaku.
"Iya sayang.. aku sangat merindukanmu.." Zakra menundukkan diri, dan meraih sebuah kursi mini dan duduk disamping bathtub.
”Apa yang kakak lakukan, aku sedang mandi, tolong keluar!” titah Nath sambil meringuk dan berusaha melindungi diri, karena firasatnya sedikit tidak enak.
"Kenapa love, bukankah menyenangkan jika kita mandi berdua?" ujar Zakra sambil mencengkram dagu Nath dengan cukup kuat.
"Lepaskan aku kak, kenapa kakak selalu seperti ini?” lirih Nath sambil berusaha melepaskan cengkraman Zakra.
"Cepat selesaikan mandimu! aku sedang tidak ingin basah-basahan." Titah Zakra, lalu melepaskan cengkramannya.
Setelah beberapa saat kemudian, Nath pun melangkah perlahan dari dalam kamar mandi, menuju lemari pakaian. Nath meraih sebuah piyama, namun saat sedang ingin mengenakan pakaian.
Grepp...
Zakra mendekapnya dari arah belakang, hingga membuat handuk yang kini menutupi sebagian tubuhnya pun terjatuh. Kini tubuh putih mulusnya benar-benar membuat mata Zakra menjadi dipenuhi nafsu birahi.
"Kenapa tubuhmu sangat menggodaku sayang.." Zakra membalikkan Nath dan melemparkan ke arah kasur, membuat dirinya terlentang.
Sesegera mungkin Nath berusaha beranjak, namun apa daya Zakra begitu cekatan menahannya. Zakra mencengkram kedua tangan Nath ke samping, dan memulai memandangi tubuh putih mulus tanpa sehelai benang itu secara seksama. Matanya begitu tajam dan seakan ingin segera memangsanya dengan begitu ganas.
”Lepaskan aku kak Zakra!” lirihnya dengan air mata yang mulai berlinang.
"Kenapa sayang, apakah kamu tidak ingin merasakan surga dunia??" ujar Zakra sambil mencumbui Nath.
Sebuah kecupan yang cukup kasar menyambar bibir mungil Nath, sebuah kecupan yang menuntut dan membuat suhu Nath berubah menjadi sedikit panas. Entah rasa apa itu, sehingga suhu tubuhnya terasa panas dan ada sesuatu didalam dirinya yang membuatnya tidak nyaman. Kecupan kasar Zakra berhasil melumpuhkan pemberontakkan Nath.
Nath hanya bisa pasrah dengan apa yang Zakra tengah perbuat atas dirinya. Rasa sakit di area pergelangan tangannya sudah tak ia hiraukan lagi, karena bobot tubuh Zakra yang tengah menindihnya justru lebih menyiksanya.
"Aku masih ingin menikmati tubuh ini perlahan-lahan, dan akan tiba waktunya, benda antikkulah yang akan melahap bagian terpenting milikmu. Tapi saat ini aku hanya ingin terus menikmati semua ini.." ujar Zakra sambil terus menjelajahi tubuh Nath.
Sementara Zakra sendang melakukan kegiatannya, Nath hanya bisa terus terisak dan menahan suara erangan rasa sakit pada bagian pinggangnya, akibat remasan kasar dari Zakra. Zakra hanya ingin Nath merasakan rasa keputus asaannya, selama mereka terpisah beberapa tahun silam.
"Menangis lagi!!" bentak Zakra lalu mencengkram batang leher Nath dengan cukup kuat.
”Ampun kak, tolong jangan seperti ini...” lirih Nath dengan wajah penuh kelemahan.
"Kenapa harus selemah ini hahhh!!" Zakra membangunkan tubuh polos Nath yang tidak mengenakan busana/ sehelai benang pun.
”Lepaskan aku kak, aku mohon...” lirihnya.
"Arggghh.. lemah!!"
Plak....
Sebuah tamparan mendarat di pipi Nath, sebuah tamparan yang cukup kuat hingga membuatnya merasa nyeri dan panas.
Emmmhhh..
Nath berusaha menahan isak tangisnya saat Zakra lagi-lagi mencengkram kedua bahunya dengan sangat kuat. Saking kuat dan kasarnya cengkraman itu, Nath pun terus terisak dan tak berani berkata-kata lagi.
"Aku seperti ini karena kamu! kamu pergi tanpa kabar berita!!" bentak Zakra, dan lagi-lagi ia mengungkit masalah beberapa tahun silam, padahal seharusnya dialah yang layak disalahkan.
"Sudahlah, malam ini aku tidak bergairah... aku muak dan sangat muak!!"
Brakkk...
Suara bantingan pintu saat Zakra beranjak pergi, entah kapan lagi ia datang untuk menyiksa Nathasya.
Nathasaya sudah mulai menyukai Jenner Reuel, dan sosok Jenner telah memulihkan luka hati dan rasa trauma beratnya. Namun kehadiran Zakra kembali cukup membuatnya tersiksa. Saat ini Nath benar-benar merasa putus asa, ia tak tahu harus berbuat apa lagi.
Ingin mengadu pun tak tahu harus mengadu kepada siapa. Ingin bunuh diri, bukanlah pilihan yang tepat baginya, karena ia masih ingin menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Suara tangisannya kini semakin menjadi-jadi, jika mengingat apa yang telah Zakra perbuat. Pengkhianatan Rania sang sahabat karibnya, bersama Zakra sang kekasih tercinta, masih terngiang-ngiang. Namun apa yang ia dapat, justru dirinya yang dibuat semakin menderita dan sungguh teramat menyakitkan baginya.
***