"Mr. Devil"
Author by Natalie Ernison
Setiap ucapan Zakra yang penuh dengan ancaman, kini terus terngiang-ngiang di pikiran Nathasya. Keinginannya untuk segera pergi dari jangkauan Zakra, hanya itulah yang terus ia pikirkan.
Drrtt... "Natha, malam ini apakah kamu ada waktu untuk menemaniku menonton ke bioskop??" Jenner.
"Ohh God.. tidakkah aku sedang bermimpi kali ini.."gumam Natha saat membaca pesan tersebut.
Natha: iya, aku akan pergi bersamamu kak. Tapi kakak datang pukul berapa?"
Jenner: "aku akan menjemputmu pukul.19.30 malam."
Natha: baik kak, aku akan bersiap.
Jenner: "Ok. Tunggu aku.. bye and see u."
Tak lupa smile emoticon ia sertai untuk mengakhiri pesan singkat tersebut.
"Emmm.. apa aku bermimpi lagi.." jerit Natha kegirangan, sambil mendekap guling kesayangannya. Kali ini ia benar-benar lupa akan ancaman yang telah Zakra peringatkan untuknya.
>>
Memilah-milah beberapa dress, akhirnya ia temukan dress yang menurutnya cocok untuk ia kenakan. Sebuah dress berwarna coklat soft, dengan gaya rambut di gulung dan menyisakan sedikit poni panjangnya. Make up tipisnya sudah sangat mempesona.
Senyuman bahagia tak kunjung pudar dari bibir mungilnya, dan rasa taki sabar ingin segera bertemu dengan si pria tampannya.
Beberapa saat kemudian...
Drrttt... "Aku sudah di depan gedung kediamanmu, Jenner."
Setelah membaca isi dari pesan singkat Jenner, Natha pun berjalan setengah berlari. Rasa tak sabar ingin segera menjumpai pria tampan itu. Senyuman manis seorang pria dari balik kaca mobil hitam pekat sungguh menyiksa batin Natha, akibat pesona besar itu. Yah, si pria manisnya Natha. Jenner terlihat begitu tampan saat mengenakan jaket jeans berwarna biru dongker dengan dilapisi kaos berwarna hijau kalem.
Apa saja yang Jenner kenakan sungguh membuatnya semakin tampan saja.
Mereka pun bergegas pergi, dengan senyuman yang bak bunga sedang merekah bertaburan di awan-awan cinta.
"You're so beautiful.." puji Jenner sambil terus menyetir, dan sesekali menoleh ke arah Natha.
"Thank you kak Jenner." jawab Natha gugup dengan pipi merona.
***
Menonton bioskop, berbincang-bincang, tertawa lepas, entah sedang menceritakan hal apa. Hanya itulah yang kini menghiasi malam indah keduanya. Sedang asyiknya berjalan disepanjang area pertokoan sekaligus malam pameran. Ada sebuah stand ice cream yang cukup menggugah selera Natha, hingga mampu membuat langkahnya terhenti.
Jenner menyadari ada sesuatu yang telah menarik perhatian Natha, dan pandangan mata Jenner pun mengarah ke salah satu stand ice cream.
"Nath, kamu tunggu sebentar, jangan kemana-mana," titah Jenner lalu segera beranjak pergi.
Tak lama setelah kepergiannya, ia pun kembali dengan membawa dua ice cream yang terlihat sangat menggoda.
"Untukmu Nath.." Jenner memberikan ice cream itu, dan mereka pun terlihat begitu menikmatinya.
Drrttt.. "Malam ini aku akan pergi ke kota B. Kuharap kamu menjalankan peringatanku dengan baik love." Zakra.
Kesenangan di wajah Nath kini berganti dengan aura ketakutan dan tertekan. Isi pesan singkat Zakra benar-benar mampu menghancurkan moodnya.
"Ada apa Nath??" tanya Jenner sambil memiringkan diri ke arah Nath.
"Tidak kak, hanya isi pesan group." Jawab Nath dengan raut wajahnya yang seketika itu berubah.
"Nath, ini sudah cukup malam, aku akan mengantarmu pulang."
"Oke kak, thank you for tonight.
"Yes.. ayo kita pulang.."
Jenner yang penuh kasih sayang dalam berbicara maupun bertindak, benar-benar semakin membuat rasa tenang itu seketika kembali.
>>>
Malam kebahagiaan singkat itu sungguh sangat berarti bagi Nath. Ia terus teringat akan senyuman tulus Jenner padanya.
"Tuhan, mengapa aku tidak lebih dulu bejumpa dengan kak Jenner.." rintih batin Nath sambil mendekap gulingnya, dan perlahan terlelap.
>>
Seminggu sudah Zakra menghilang dari pandangannya, entah apa yang sedang Zakra lakukan diluar sana sungguh tidak penting bagi Nath.
Drrttt... "besok sore datanglah ke apartemenku di gedung C xxx. Zakra."
"Apa lagi yang pria gila itu inginkan? jika aku tidak datang, maka akan sangat gawat. Tapi lebih gawat lagi jika aku harus datang.." gumam Nath yang terlihat mulai cemas.
Rasa ingin menolak pun memenuhi kepalanya, namun itu bukanlah pilihan yang tepat. Kehidupannya yang sempat tenang selama beberapa tahun ini sudah benar-benar berakhir.
****
Ting tong... suara bel apartemen kediaman Zakra, yang bahkan baru kali ini Nath ketahui.
Tak membutuhkan beberapa menit membuat Zakra membuka pintu.
"Masuk love.." Zakra meraih tangannya hingga terperosok ke dalam pelukansi pria bertubuh kekar dengan tatapan mata penuh dengan hawa dingin dan aura menakutkan.
"Kenapa membuatku menunggu love??" tanya Zakra sambil menarik Nath ke dalam pangkuannya di sebuah sofa di ruang tengah apartemennya.
"Maaf kak, ada beberapa hal yang terlebih dulu harus kuselesaikan." Jawabnya gugup, dengan wajah sendu.
"Kenapa kamu menjadi seperti ini?" tanya Zakra sambil memandangi wajah cantik wanita yangs aat ini berada di atas pengkuannya.
"Apa yang kakak maksud?"
"Aku kehilangan gadis kecil ceriaku yang dulu.." ujar Zakra dengan wajah sendunya.
"Apa yang harus aku jawab kak?" ucap Nath dengan nada memelan dan menahan rasa takutnya.
"Kenapa dulu kamu meninggalkanku sayang? kenapa aku kamu buat gila dan benar-benar gila setelah kepergianmu."
Pandangan Zakra kini tidak lagi dingin, namun seketika menjadi seperti seekor anjing
kecil yang butuh belaian.
"Kak, saat itu aku benar-benar kehilangan akal, aku begitu takut apa yang akan terjadi kedepannya."
"Tapi bukankah aku sudah berjanji akan bertanggung jawab sayang! mengapa kamu pergi tanpa jejak, aku bahkan hampir depresi..." ucap Zakra dengan nada lirih dan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Kak, aku hanya ingin menuruti keinginan keluargaku, mereka telah berjuang untukku," balas Nath dengan air mata yang sudah mulai membanjir pipi polosnya.
"Tapi aku pun membutuhkanmu, mengapa kamu tidak pernah mengerti diriku.." ucap Zakra lagi dengan nada yang semakin lirih.
"Aku benar-benar.... arghh...!!" seketika Zakra bangkit dan menghempaskan tubuh mungil Nath di atas sofa dengan cukup keras.
Argh.. "kenapa kakak seperti ini!" Pekik Nath yang sedang kesakitan akibat hempasan Zakra, dan pinggulnya mengenai ujung pinggir sofa.
Emmhhhtt.. Ia menahan rasa sakit itu dan tangannya mencengkram bekas benturan itu dengan air mata yang semakin deras.
"Aku benci diabaikan, apalagi ditinggalkan!!!" bentak Zakra sambil menjambak rambut panjang sang wanita yang saat ini sedang meringis kesakitan.
Emmm... Nath menahan ringisan kesakitannya, saat tangan besar Zakra menjambak rambutnya, sementara benturan pada pinggulnya masih sangat nyeri.
Zakra membalikkan tubuh Nath, lalu mulai mencumbuinya dengan brutal, hingga tak ada ruang untuk bernafas sejenak.
Ia memainkan lidahnya dengan sangat lincah ke dalam rongga mulut Nath. Kini hanya rasa sakitlah yang Nath rasakan, akibat cengkraman kasar Zakra yang kini berada di pinggulnya. Zakra melepaskan kecupannya, lalu menahan kedua tangan Nath di samping kepalanya. Cengkaraman yang begitu kuat sungguh membuat Nath semakin kesakitan, namun ia berusaha menahan ringisan rasa sakit itu.
Zakra memulai lagi kegiatannya, entah kenapa Zakra enggan untuk memperawani Nath. Sebrutal dan sekejam-kejamnya ia bertindak, namun tak sampai hati untuk memperawani Nath. Rasa cinta yang teramat besar dan hasratnya tertahan selama bertahun-tahun. Sungguh membuat Zakra begitu tersiksa. Walau begitu banyak wanita yang mungkin telah berhasil ia tiduri, namun sosok Nath sungguh tak tergantikan.
****