3 jam yang lalu.
Dua laki-laki berseragam putih abu-abu memasuki toko bunga besar bernama Flower Advisor. Seorang pegawai cantik mendekati mereka berdua yang sedang melihat-lihat setiap bunga.
" Sore dek, selamat datang di FlowerAdvisor, mau cari bunga apa ya biar saya bantu, " ucap pegawai toko bunga itu dengan lemah lembut.
" Tang, beli bunga apa nih ?" bisik Furqon kepada Bintang yang sedang memegang setangkai bunga mawar merah.
" Yang ada mahkota bunga, putik, kelopak bunga, benang sari, dan tangkainya. " sahut Bintang dengan bisikan juga.
" Semua juga ada Binatang, ini pasti efek ulangan biologi tadi pagi. " balas Furqon menginjak sneaker baru Bintang.
" Jangan diinjek baru tau, mahal lagi. "
" Kenalan lah ! Santai bro gue bisa beli seribu sepatu kayak gini sekaligus sama pabrik-pabriknya kalau perlu !" ketus Furqon.
" Orang sombong gak bisa masuk surga lu !"
" Bisa gue sogok nanti. "
Pegawai toko itu terdiam memandangi kedua remaja laki-laki dihadapannya sedang bertengkar. " Bagaimana dek mau beli bunga yang mana ?"
" Bunga bank ada kak ?" tanya balik Furqon ngaco.
Pegawai toko itu terkekeh pelan, " Maaf de ini toko bunga bukan bank. "
" Gimana kalau kita beli bunga tujuh rupa aja ?" usul Bintang.
PLAK
Furqon menempelkan kepalan tangannya dengan ikhlas di jidat Bintang.
" Kita mau jenguk orang sakit. Bukan orang meninggal dodol !" ujar Furqon kesal.
" mba ada buket gak disini ?" tanya Bintang kepada pegawai itu.
" Ada de, kalau boleh tau buat siapa ya ? ibu, pacar atau saudara ?" tanya balik pegawai toko bunga itu.
" Istri dunia akhirat. " jawab Furqon sembrono.
Mata pegawai itu membulat besar mendengar perkataan Furqon yang mengejutkan dia.
" Aduh.. aduh.. anak jaman sekarang manggilnya suami istri ya. Saya aja masih jomblo lho dari lahir, " ucap Pegawai itu tertawa kecil.
" Saya dari embrio mba, " sahut pembeli lain.
Pegawai itu mengajak mereka kedalam ruangan berisi banyak buket dari berbagai jenis bunga, dan cemilan makanan.
" Mba saya mau satu buket coklat dairy milk, " Bintang menunjuk sebuah karangan bunga coklat besar.
" Kalau anda mau yang mana ?" tanya pegawai itu kepada Furqon yang memapah dagunya.
" Buket dari emas atau berlian gak ada mba ?" tanya Furqon menatap pegawai itu.
" Maaf dek ini bukan toko perhiasan. "
Furqon mengerucutkan bibirnya, memandangi atap langit-langit toko sembari berfikir panjang.
" Saya mau buket dari uang seratusan ya, "
" Oke saya siapkan ya dek silahkan tunggu dikasir. " ucap pegawai itu.
Bintang dan Furqon meninggalkan ruangan itu dan menuju kasir. Bintang merogoh kantong celananya mencari suatu benda. Namun sayangnya tidak ada.
" Fur gue gak bawa uang cash, gue ke bank dulu ya. " Bintang meninggalkan toko bunga itu tanpa mendengarkan jawaban Furqon.
Bintang masuk kedalam toko bunga itu lagi dengan tergesa-gesa dan menghampiri pegawai yang melayani mereka tadi.
" Misi mba, buket saya mana ya ?" tanya Bintang sembari mengatur nafasnya yang memburu.
" Tadi sudah di bawa sama teman anda dek, " beritahu pegawai itu.
" Teman yang mana mba saya kan gak punya teman. canda teman. " ucap Bintang tidak serius.
" Teman anda yang katanya kaya raya anak sultan, "
Bintang mengkerjab-kerjab kedua matanya, masih menahan malu dengan kesombongan Furqon yang dipamerkan kepada semua orang.
" Wah bener-bener tuh anak, kayaknya waktu pembagian otak dia datang telat deh. Makanya otaknya kurang satu ons, " cibir Bintang.
Pegawai toko bunga itu tertawa pelan mendengarnya.
" Tapi waktu pembagian kebaikan dia datang paling awal dek, " ucap pegawai sungguh-sungguh.
" Dia udah bayarin buket adik, sekaligus semua bunga yang ada disini disumbangin kepada orang sekitar. "
Pegawai itu menunjuk kearah luar tempat mobilnya diparkiran tadi. Mata Bintang mengikuti arah yang ditunjuk. Benar saja, Bintang menemukan Furqon tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan dua buah buket ditangannya.
Bintang tersenyum menatap Furqon terharu. Langsung melebarkan kedua tangannya berlari kearah Furqon.
" AGHHH SAHABAT KU !"
***
Furqon menuruni anak tangga dengan pandangan lurus kedepan. Matanya beralih melihat keempat laki-laki tadi sedang bermain catur. Furqon tersenyum licik.
" Anggap aja rumah sendiri, " celetuk Furqon dengan berani.
Keempat laki-laki itu menengok kearah Furqon yang sedang nyengar-nyengir sendiri.
" Emang rumah gue, " ketus Awan menyipitkan matanya.
" Gak boleh gitu sama calon adik ipar, " ucap Dabith menyenggol lengan Awan.
Furqon melanjutkan perjalanannya menuju kamar utama dengan menenteng buket coklat ditangannya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang. Sedikit gugup. Ia mendapati pintu kamar yang terbuka lebar. Ia mematung melihat gadis yang terbaring berbalut selimut.
" Ayo masuk, mau berdiri disitu sampai jadi patung . "
Furqon tersentak kaget mendengar gadis itu membuka bibirnya sedangkan matanya masih terpejam rapat. Furqon berjalan masuk sedangkan gadis itu membuka kelopak matanya dan duduk bersandar pada bantal.
" Hai apa kabar !" sapa gadis itu dengan senyum terhias di bibir pucatnya.
" Nih, " ucap Furqon menyerahkan sebuket coklat.
" Ah makasih. Wulan suka banget, "
Furqon menghela nafasnya lagi. Memberanikan diri menatap mata Wulan.
" Gue minta maaf ya lan, " akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Furqon.
" Iya fur, Wulan juga minta maaf ya. " jawab Wulan tersenyum canggung.
" Lo be..beneran maafin gue ?"
" Iya. Wulan maafin Furqon lahir batin, "
" Lu gak marah sama gue ?"
Wulan mengerutkan keningnya, menatap Furqon lekat.
" Ma..marah kenapa ?" tanya Wulan bingung.
" Ya kali lu marah sama gue, karena marah-marahin lu di depan toilet. Padahal gue belum tau apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya si Dabith jelasin ke gue kejadian aslinya dan gue paham sekarang. Gue minta maaf ya, " jelas Furqon dengan mata berkaca-kaca.
" Iya Wulan terima maafnya. "
Keadaan menjadi hening seketika mereka berdua saling bertukar pandang ditemani senyuman manis.
" Lan, " lirih Furqon.
Wulan menatap lebih erat mata Furqon. " Apa fur ?"
" Ja..jadi lu mau jadi pacar gue ?" tanya Furqon terus terang.
Wulan tersenyum dan mengangguk singkat.
Furqon merentangkan kedua tangannya. " Sini peluk, " ucapnya dengan nada manja.
Wulan mendekatkan tubuhnya dan memeluk erat pacar barunya. Furqon mendekap erat tubuh mungil itu.
" Jangan bosan apalagi pergi ya cantik ku. Cowok posesif dan cemburuan ini butuh kamu, " ucap Furqon dengan nada lembut.
Wulan mengangguk. " Dan kamu jangan juga bosan dan pergi yah ganteng ku. Cewek bawel dan cengeng ini butuh kamu, " lirih Wulan di telinga Furqon.
Furqon menjauhkan badannya dan duduk tegap di kursi yang berada di sebelah ranjang.
" Kamu kok egois banget si ?" ujar Furqon memajang wajah serius.
Wulan mengangkat sebelah alisnya. " Hah egois ? Kenapa ?"
" Ayah kamu manusia. Ibu kamu manusia. Kakak kamu manusia. Saudari kamu juga manusia. Kok kamunya bidadari si ?! "
Wulan terkekeh pelan.
" Ya Allah lindungi Wulan yang cantik, imut, lucu, dan menggemaskan dari laki-laki fuck boy jalur jahanam, " Wulan mengangkat kedua tangannya lalu mengusapkan kewajahnya.
Furqon mencubit gemas pipi tembam milik pacarnya.
" Makasih princess cantik udah hadir duduk diantara reluang kekosongan dan menemani kesepian. I love you. " ucap Furqon sepenuh hati.
" Kembali makasih My prince yang ganteng, kaya, dan sombong. I love you more !"