webnovel

Moon Eclipse

Clara : Gadis biasa yang terjebak didunia berbeda, memiliki sifat pemberani, pintar dan melakukan apapun yang dia suka. Alveno : Pangeran kerajaan Orion yang tampan dan disukai rakyatnya. Sayangnya ia bersifat songong, pemarah dan terlalu percyaya diri. Pada gerhana bulan di malam yang penuh bintang seorang perempuan berjalan ditengah kebisingan kota. Dengan air mata yang terus menetes, dan keadaan yang tidak baik sama sekali setelah kesedihan yang menimpanya. Sebuah kecelakaan terjadi dan membuatnya menatap gerhana bulan total saat menutup mata. Saat ia terbangun, ia sudah berada disebuah dinasti berbeda, zaman yang berbeda dengan zaman yang sebelumnya.

ghkamilah · Fantasia
Classificações insuficientes
153 Chs

24

Acara gadis terpilih ketiga sudah berakhir, dua hari lagi akan ada perayaan pesta yang akan diadakan sekaligus menjadi adu keanggunan.

Masyarakat sudah mulai bubar seperti biasanya, ratu Angelina dan para petinggi kerajaan juga sudah meninggalkan tempat mereka.

"Wah.... Aku rasa mereka sangat cocok" ucap Rose. Clara, Rose dan Bianca sedang berdiri bersama menyaksikan putri Brienna sedang berbicara berdua dengan pangeran Alveno.

"Hah? Cocok? Aku justru lebih setuju jika antara kalian yang menjadi permaisuri daripada Brienna"

"Putri Brienna...." Koreksi Rose yang tahu Clara jarang sekali menggunakan sebutan kasta jika memanggil orang lain seperti pangeran Alveno atau Putri Brienna dan Bianca.

"Heheh ....." Cengir Clara

"Aku senang berteman dengan kalian, diantara kita berempat salah satunya akan menjadi permaisuri dan lainnya menjadi selir. Melihat kita akrab seperti ini aku rasa tidak akan ada masalah" ucap Bianca

"Apa memang harus menjadi Selir?" Heran Clara, sejak awal ia memang bertujuan tidak menjadi apapun bagian dalam istana

"Kenapa? Aahh.... Kau mau jadi permaisuri yah?" Goda Bianca

"Gak lah, aku mau bebas.... gak menjadi permaisuri ataupun selir sama sekali"

Bianca dan Rose saling tatap.

"Kau serius? Aku kira kau benar-benar bercanda saja kemaren" ucap Rose

"Untuk apa aku berbohong?, Mungkin diriku yang dulu akan senang.... Tapi tidak dengan diriku yang sekarang"

Putri Brienna yang sedang bersama pangeran Alveno akhirnya pergi karena dipanggil oleh ratu Angelina. Akhirnya pangeran Alveno langsung merasa lega, dari tempatnya ia melihat Clara dan dua gadis terpilih lainnya sedang mengobrol.

"Oh iya aku mau mencari teman ku Diva. Sampai jumpa.... Oh iya Rose. Menginap lah di istana, aku kesepian. Kita sekamar saja"

"Aku? Emm..... Aku tidak bisa"

"Kenapa?"

"Aku rasa aku tidak cocok berasa disana. Lagian rumah ku tidak lah jauh seperti Putri Brienna dan Bianca. Aku juga tidak diundang oleh ratu, atau dalam bahaya karena menyelamatkan pangeran"

"Tapi kau gadis terpilih..... ayolah.... Aku akan meminta izin pada Ratu Angelina, jika aku berhasil mendapatkan izin. Kau harus mau yah?"

Karena Clara memelas dengan wajah yang dibuat memohon dan lebih harap Rose tidak bisa menolaknya sama sekali. Ia pun mengangguk untuk menyetujui.

"Yes!!.... Aku akan bertanya langsung sekarang. Jangan pulang dulu yah..., ingat! jangan pulang. Aku akan mencari mu nanti. dah Bianca.... eh putri Bianca, Rose" ucap Clara sambil berjalan mundur

Sesuai rencananya yang sudah ia rencakan tadi pagi Clara segera berjalan menyusuri istana menuju tempat Diva. Ia tidak terfikir untuk mengganti gaunnya yang menurutnya lebih cantik dari model gaun yang sudah pernah ia pakai selama di Istana.

"Ck... Ngapain dia disitu" batin Clara melihat Alveno berada dikoridor sebelah kiri, jika ia terus berjalan tentu dia harus memberi hormat dan menyapa dulu.

Alveno yang sudah melihat Clara terus melangkah agar nantinya mereka bertemu, dan sesuai peraturan Clara harus memberi hormat nanti, seperti menyapa. Ia sengaja mengikuti Clara karena sedang tidak ada kerjaan, tepatnya ia sedang bosan. Ia memiliki pekerjaan yang ditumpuk.

"Eh dia mau kemana?" Heran Alveno melihat Clara berbalik putar arah.

"Clara!" Panggil Alveno

"Aish..... Kenapa kau manggil-manggil sih" batin Clara

Mau tidak mau Clara berbalik lagi dan melihat kearah Alveno dengan senyuman yang tentunya dibuat se natural mungkin. Ia segera mendekat mengikuti Alveno yang juga berjalan mendekat.

"Siang pangeran" sapa Clara

"Kau hendak kemana?"

"Aku mau menemui Diva"

"Owh... Aku mau menemui tabib istana, kita berbarengan saja"

Dengan terpaksa dan tak bisa menolak Clara berjalan beriringan bersama Alveno. Hingga Clara teringat akan perkataan dayang yang memberikan baju yang ia pakai.

"Oh iya, apa memang kau yang mengirim peti berisi gaun padaku?"

"Iya, dan ternyata dugaan ku benar. Kau memakai warna merah"

"Dari mana kau mendapatkan baju seperti ini?"

"Aku pergi pada.... Aku lupa namanya, yang jelas ibumu yang memberi tahu dimana kalian biasa membeli dan memesan baju"

"Jadi ku benar-benar kerumah ku" ucap Clara

"Bukankah harus? Paman Sam harus tahu alasan sebenarnya kau harus tinggal di istana. Dan aku sudah meyakinkannya bahwa kau akan aman disini"

Dilain tempat Brienna baru saja selesai mengunjungi ratu Angelina, dayang pribadinya langsung mengikutinya sejak ia keluar dari ruangan.

"Apa kalian melihat pangeran Alveno?"

"Tidak tuan putri"

"Kalau begitu kapan Rezvan akan kembali kesini?"

"Berdasarkan hitungan hari seharusnya hari ini"

Brienna sudah lama mengutus Rezvan untuk kembali ke istana Gimbora untuk menyelesaikan urusannya dan juga memenuhi panggilan ayahnya sang raja. Ia berpesan agar penjahit andalannya ikut kembali ke kerajaan Orion untuk merancang gaun yang akan ia pakai dua hari lagi.

"Iya, aku penasaran siapa yang akan dipilih pangeran, tapi hanya Clara yang mendapat peti itu.... Bukankah itu sebuah tanda?"

Brienna menghentikan langkahnya ketika mendengar para dayang yang sedang berbisik di salah satu ruangan yang ia lewati.

"Tanda?" Heran Brienna. Ia pun melirik kedua dayang pribadinya

"Apa kalian tahu gosip ini?"

"Ampun tuan putri, kami dengar pagi ini pangeran Alveno memberikan sebuah peti kayu berisi gaun dan pernak pernik yang dipakai nona Clara tadi"

"Gaun?" Ucap Brienna tak terima

"Ampun putri"

Dengan geram Brienna kembali berjalan menuju kamarnya, dia berusaha menahan emosinya agar tidak meluap.

"Tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisanya Clara mendapatkan gaun dari Pangeran Alveno. Aku tidak boleh kalah"

"Kalian!" teriaknya

"Ya tuan putri?"

"Saat Clara mandi nanti, segera ambil baju pemberian pangeran Alveno dan bakar diam-diam. Jangan sampai ketahuan"

Para pelayan menunduk mengerti.

"Diva!!" Teriak Clara setelah sampai ditempat temannya itu biasa berada dengan tabib untuk menumbuhkan tanaman obat dan juga belajar.

"Clara, sudah ku bilang jangan lari" ucap Diva pelan saat Clara langsung menerjang nya.

"Aku sudah lama tak bermain dengan mu. Lagian sekarang kau selalu sibuk"

"Kau juga sibuk"

"Aku? Waktu ku kosong... seharian" keluh Clara sambil merentangkan tangannya. Lagi-lagi Diva menarik kedua tangan Clara dan melipatnya kedepan agar terlihat anggun.

"Kau bisa belajar.... Melukis..... Menyulam.... Banyak"

"Masalahnya aku gak suka belajar, gak pintar melukis, apalagi menyulam"

Clara terus mengikuti divya yang tak pernah berhenti bergerak. Mulai mengamati tumbuhan, mencatat. Membaca catatan begitu seterusnya. Sedangkan Alveno asik mengamati mereka sambil berbicara dengan tabib.

"Lalu aku harus bagaimana agar kau tidak bosan?"

"Ayo jalan-jalan keluar istana"

"Tidak!"

Clara dan Diva terkejut mendengar suara keras Alveno tiba-tiba. Bahkan kuas catatan Diva langsung terlepas dari tangannya.

"Tidak boleh keluar tanpa ku, kau tahu kondisi bahaya nya dirimu jika keluar"

"Aku bisa menyamar, kau saja sering menyamar untuk keluar"

Mata Diva melototi Clara, begitu juga dengan Alveno.

"Ada apa? Kenapa kalian terkejut?" Heran Clara lagi, ia pun menyadari ada tabib istana di samping Alveno yang berpura-pura tak dengar akan apa yang Clara katakan.

"Upsss"

Dari dalam hutan yang menjadi jalan yang harus dilewati Rezvan jika hendak menuju kerajaan Orion, ia melihat orang lain yang juga memacu kuda dengan kencang seperti dirinya dari kejauhan yang samar-samar ditutup oleh pepohonan. Layaknya seorang laki-laki yang suka tantangan, Rezvan memacu kudanya agar ia tidak kalah dengan orang itu. Arah mereka terus menerus dalam arah yang sama.

Selang beberapa saat lawan Rezvan kembali memimpin, seolah ia tahu rezvan mengajaknya bertanding.

"Wuahha.... Perlombaan yang asik"

Rezvan kembali memacu kudanya hingga mereka berdua saling kejar mengejar berlomba menjadi yang tercepat.

Setelah hampir sampai pada pemukiman mereka berdua semakin melambat dan semakin dekat satu sama lain. Perlahan mereka bisa melihat siapa lawan mereka dalam pacu kuda tadi.

"Pangeran Charlos?"

"Panglima Rezvan?"

Mereka berdua saling tertawa saat melihat satu sama lain.

"Kau mau ke istana?"

"Ya, aku baru saja kembali"

"Kita sama. Ayo"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju istana Orion.

Sepanjang perjalanan mereka dapat melihat slogan ataupun undangan untuk acara dansa yang akan menjadi adu keanggunan.  Semua masyarakat akan antusias untuk ikut dan heboh memesan gaun untuk pesta kerajaan.

"Apa kau sudah ada pasangan?" Tanya Pangeran Charlos

"Belum, tapi aku menyukai seorang gadis sudah sejak lama, dan sekarang dia.... hampir jadi milik orang"

"Lalu kau pasrah begitu saja?"

"Aku tidak ada pilihan"

"Tidak ada pilihan? Dia mencintai orang lain? Bahkan jika di mencintai orang lain aku akan berjuang jika ada di posisi mu"

Rezvan tertawa mendengar penuturan Charlos

"Bagaimana dengan mu pangeran? Sudah menemukan calon permaisuri mu?"

"Hemm.... Sedang berjuang"

Sepanjang perjalanan saat melewati pemukiman warga banyak yang tertarik melihat mereka, tak jarang gadis-gadis juga menampakkan diri.

Sesampainya di istana mereka langsung dipersilahkan masuk oleh pengawal istana, dan kebetulan sekali setelah mereka berjalan masuk ke istana mereka melewati tempat Clara, Diva dan Alveno berada.

"Diva! Kakimu berjalan!" Teriak Clara histeris

"Hah? Mana!!" jawab Diva tak kalah histeris sambil melompat dari tempatnya.

"Hahaha, aku hanya bilang kakimu berjalan, kenapa kau heboh?"

Tabib istana yang sudah yang merupakan guru Diva tersenyum sambil menggeleng kepala, ia merasa lucu dan merasa hidup melihat kedua gadis itu saling bercanda.

Alveno yang juga ada disitu ikut tersenyum-senyum dan tertawa kecil sendiri melihat Clara sejak tadi. Perempuan itu terus menerus mengoceh dengan Diva, ikut belajar dengan temannya dan bercanda ria. Tabib istana melihat dan mengamati ekspresi Alveno saat menatap kearah Clara.

"Jadi dia orangnya yang mulia?"

"Apa?"

"Apa dia yang berhasil?"

"Aku belum menentukan siapapun.... Belum ada"

Tabib kerajaan pun teralihkan dengan Rezvan dan pangeran Charlos yang sedang berjalan mendekat.

"Eh itu ada pangeran Charlos sama Rezvan. Aku baru ingat belakang ini aku jarang melihat mereka" ucap Diva

"Oh... Ozey bilang Rezvan kembali ke istananya. Pangeran Charlos juga"

"Ehmm... Jadi gimana hubungan mu dan Ozey?"

"Er..... Gak ada hubungan kok"

Clara tersenyum penuh arti seolah sedang mengejek Diva yang sudah ketahuan tapi mengelakkan diri.

"Serius Ra.... Hubungan mu sama Rezvan gimana?"

"Huss....." Tegor Clara yang tak mau ada gosip dan salah paham karena orangnya sedang di dekat mereka.

.

.

.

.

-jangan lupa mengundi dan beri komentar yah ❤️-

-maaf atas banyaknya typo yang berserakan-