Gia sesekali melirik ke arah laki-laki tampan yang berada disampingnya. Hari bahkan sudah menunjukkan semakin malam, tapi Javier sama sekali tidak menunjukkan niatnya untuk pulang ke rumah. Bukannya Goa merasa tak nyaman atau ingin mengusir Javier, tapi Gia hanya merasa bersalah pada Javier. Pasalnya, Javier melewatkan kelasnya hari ini hanya untuk menemaninya di rumah sakit.
"Kenapa?" tanya Javier memecah keheningan.
Gia hanya menggeleng. "Udah malam."
Javier kembali mengangguk. "Tahu."
Gia menghembuskan napasnya kasar. "Maaf. Bukannya aku mau usir kamu, tapi sekarang udah malam, mau jam sepuluh malam tapi kamu belum pulang. Pasti dicariin sama orangtua kamu nanti."
Javier tak langsung memberikan jawaban, melainkan menatap ke arah lorong rumah sakit yang semakin lama semakin tenang, dan semakin sepi pula. Nyaris tak ada orang yang melalui lorong ini, terlebih ruangan yang dipilih Gia bukanlah ruangan bisa yang akan ditempati banyak orang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com