Nay, lo nggak muak sama penampilan lo yang sekarang" ucap salah satu teman Anayya. Upss bukan salah satu tapi satu-satunya teman yang dimiliki Annaya
" Napa? Lo malu temenan ma gue, pergi gih gue nggak peduli" balas Anayya kepada Tasya.
Anayya tidak peduli terhadap Tasya, karna sejak awal pun Tasya yang kukuh datang mendekatinya walau berkali-kali diusir oleh Anayya.
" Nggak gitu nay, Cuma gue nggak suka banyak orang yang suka hina lo" ucap Tasya membenarkan.
" Gue tau Sya, dan gue nggak peduli sama mereka. Lagipula apa salah dengan penampilan gue?"
" Hahaha lo nggak punya kaca di rumah? Tampilan lo tu kaya badut njirr" ucap Tasya tertawa.
Ya penampilan Tasya lebih mirip wajah gambaran badut. Make up tebal bukan tebal tapi lebih putih dari make up biasanya. Di bagian bawah mata ada gambar hati berwarna hitam yang digambar di sana. Anayya juga memakai lipstik yang berwarna warni setiap hari ganti, pernah sehari Anayya berganti lipstik 3 warna Merah, unggu, hitam. Seminggu sekali dia ganti warna rambut dari hijau, pink, biru, unggu, dan lain-lain. Jelas bertolak belakang dengan mahasiswa matematika yang kacamata, rapi, lebih ke tipe-tipe anak nerd bukan semacam badut berjalan seperti Anayya.
"Husttt Aksesoris berjalan, jangan sombong-sombong dong disapa kakak tingkatnya kok diem aja" ucap Rere. Rere adalah salah satu mahasiswa jurusan Arsitektur. Dia memang sering mengejek Anayya.
Anayya tidak menghiraukan tatapan sinis dari Rere dan teman-temannya. Anayya langsung menghadap ke Tasya dan menarik tangan menjauhi Rere.
"Tuh kan bener, baru juga gue ngomong Nay!" ucap Tasya sebal ketika ada yang menghina penampilan Anayya.
" Udah lah, gue cabut dulu ya mo balik" ucap Anayya memakai earphone dan menuju ke parkiran untuk mengambil sepedanya.
Di perjalanan ke arah apartemennya Anayya melihat ada mobil yang berhenti di tengah jalan. "mungkin mogok " batin Anayya. Dia menepikan sepedannya di samping mobil dan menghampiri pemilik mobil yang sedang menelepon.
"mas mogok ya?" tanya Anayya. Pemilik mobil menghadap ke sumber suara.
" Astagfirullah, kaget saya. Maaf emmm iya sedang mogok " balas pemilik mobil dengan ekspresi terkejutnya melihat penampilan Anayya yang diluar kewajaran. Anayya memakluminya
"Boleh saya bantu?" tanya Anayya lagi
"Boleh, apa bisa?" ucap pemilik mobil. Anayya mengangguk dan segera melihat masalah apa yang mengakibatkan mobilnya mati. Setelah beberapa menit Annaya mengecek Anayya meminta agar pemilik mobil menghidupkan mesinnya dan akhirnya menyala.
"makasih ya. Kenalin saya Davin mahasiswa kampus disana" ucap Davin. Anayya hanya melihat kearah tangan Davin.
" Lain kali kalo nggak bisa benerin mobil. Naik sepeda aja kaya saya. Gue pamit" ucap Anayya memasang kembali earphone yang sempat dia lepas dan pergi dengan sepedanya.
Davin melihat Anayya mengoes sepeda yang semakin menjauh. Dia tersenyum melihat ada wanita tersebut.
🌼🌼🌼
Di apartemennya Anayya memutuskan untuk membersihkan dirinya.
Dret drettttt dreettttt
Tetangga Rese calling
Anayya melihatnya langsung mengangkat telp dengan malas.
"..... "
"ngapain?"
"....."
" Udah lo jangan sok akrab sama gue. Lo pergi sendiri aja punya gue masih banyak"
Anayya langsung mematikan sepihak telephone tersebut.
Tok tok tok
Huffff
" mau apalagi bocah itu" ucap Anayya menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
"mau apala.... MAMA? PAPA? Ngapain kesini" Anayya terkejut pasalnya bukan tetangganya tapi orang tuanya.
Tanpa kata orang tua Anayya memasuki apartemen anaknya.
" jelek banget anak mama" ucap Risa melihat penampilan anaknya.
" Ma..." tegur Anayya malas
" Nay, besuk mama sama papa mau pergi ke new york, ada pekerjaan yang gak bisa diwakilkan disana" ucap Roni, papa Anayya.
"Berapa lama?" tanya Anayya.
" 2-3 bulan " jawab Roni
" oh ya udah. Hati-hati" ucap Anayya meninggalkan kedua orang tuanya di ruang tamu.
Roni menghembuskan nafas lelah. Sifatnya lah yang sudah diwariskan ke anaknya. Jadi dia harus sabar lahir batin. Melihat itu, Risa mengenggam tangan suaminya sebentar dan berjalan menghampiri Anayya yang berada dikamarnya.
Risa melihat Anaknya yang berbeda. Dulu dia bukan anak yang pendiam, risa merasa sedih dengan apa yang dialami putrinya itu. Risa melangkah mendekati Anayya dan mengelus kepalanya.
"Nayya gak papa" ucap Anayya meyakinkan Risa.
"Mama udah nitipin kamu ke Daffa buat jaga kamu kalo ada apa-apa" ucap Risa.
" Ma, Nayya udah bilang Nayya nggak papa. Bukannya udah biasa. " jawab Anayya.
" Mama pamit ya kamu baik baik aja, kalau nggak kuat bilang mama. Mama tau Anayya anak mama papa yang kuat. Apapun masalahnya kamu tetap bisa mengatasinya. Cobalah lebih terbuka nak. Mulai bersikap seperti dulu. Mama harap setelah mama kembali Anayya jadi Anayya yang dulu, yang sering senyum, sering ketawa, sering buat rumah hampir terbakar gara gara eksperimen gila. Mama lebih suka kamu ekspresif seperti itu." ucap Risa tersenyum haru kepada Anayya.
" Daffa tadi bilang katanya mau ajak kamu belanja. Mungkin sebentar lagi dia datang. Mama sama papa pamit pulang dulu ya," pamit Risa. Anayya mengangguk
"cepat kembali" ucap Anayya.
Setelah orang tuanya meninggalkan apartemennya. Anayya melihat isi kulkasnya. Ada beberapa barang yang habis. Anayya mengambil tasnya lalu melangkah keluar apartemennya. Ketika Anayya membuka pintu apartemen Daffa berdiri di depannya.
"yuk belanja" ajak Daffa.
" gue bisa sendiri" ucap Anayya.
Daffa mengikuti Anayya ke supermarket.
" Davin...." teriak daffa. Anayya melihat daffa.
" gak usah teriak, bukan hutan" ucap Anayya. Yang ditegur pun hanya cengingisan dan menghampiri Davin.
" eh lo daf, ngapain kesini?" tanya Davin.
"Itu nganter istri joker belanja" jawab Daffa menunjuk Anayya.
"eh lo lagi, padahal tadi kita ketemu ya. Jangan-jangan jodoh." ucap Davin menoleh ke Anayya. Sedangkan Anayya pergi menuju rak sayuran meninggalkan Daffa dan Davin.
" Lo kenal Anayya?" tanya Daffa.
" Oh jadi namanya Anayya. Tadi dia bantu benerin mobil gue" jawab Davin dan dianggukin oleh Daffa.
"Gue susul dia dulu ya bro" ucap Daffa pamit dan segeran menusul Anayya.
Daffa mencari Anayya di rak sayur dan melihat Anayya yang sedang memilih beberapa sayur dengan wajah seriusnya.
"Lo kenal Davin?" tanya Daffa.
"Ga" jawab Anayya singkat.
"Oh jangan deket-deket dia kalau lo nggak kenal." jelas Daffa.
" Gue juga nggak kenal lo" ucap Anayya Skakmat untuk Daffa.
" Gue juga kalau bukan karena nyokap lo nggak bakal ndeketin lo. Inget nyokap lo udah nitipin lo ke gue selama dia pergi. Gue cuma njalanin apa yang diamanahin kegue. Kalau lo risi gak masalah asal lo baik-baik selama gak ada gue atau nyokap bokap lo. Yuk pulang udah kan?" ucap Daffa. Anayya mengangguk
Anayya melirik Daffa. Dia merasa ucapannya terlalu keterlaluan ke Daffa.
Setelah dikasir Daffa membayar belanjaannya serta Anayya. Sedangakan Anayya sudah menunggu di mobil.
Daffa berjalan membawa belanjaan ke bagasi mobil. Dan menuju ke arah kemudi.
"Maafin gue" ucap Anayya ke Daffa.
Daffa melirik ke Anayya.
" gak perlu minta maaf sama orang yang nggak lo kenal" ucap Daffa dan melajukan mobil ke apartemennya. Perjalanan mereka dilewati dengan keheningan.
"nih belanjaan lo." Daffa memberikan belanjaan ke Anayya.
" gue balik ke apartemen gue" ucap Daffa.
Anayya merasa bersalah ke Daffa. Dia memang tidak mengenal dekat Daffa. Tapi selama ini Daffa yang sudah menjaga Anayya selama tinggal di apartemen.
Anayya hanya tidak mau bergantung pada siapapu dia ingin melakukan semuanya sendiri.
Daffa seorang mahasiswa arsitektur dikampus yang sama dengan Anayya cuma Daffa lebih tua 1 tahun dari Anayya. Selama 2 tahun Anayya tinggal di apartemen selama itupun Daffa menjaga Anayya. Mama Daffa dengan Anayya berteman cukup lama sejak Sekolah Menengah Pertama. Walaupun Anayya sebal dengan Daffa yang terlalu mencampuri urusannya tapi kadang Daffa sangat membantunya saat masa sulit.
" Lo harusnya gak gini Daf" ucap Anayya lirih.