Daffa menjalankan aktifitas sehari harinya salah satunya adalah menganggu tetangga apartemennya Anayya, gadis aneh yang pernah Daffa kenal.
Hari ini Daffa ingin mengajak Anayya pergi berbelanja karena stok makanan instan di apartemennya habis. Mau bagaimana lagi dia tidak bisa memasak. Jadi kalau ada yang instan mengapa harus dengan cara yang susuh?
" Hallo Anayya jelek kek badut"
"..."
"Belanja yuk😬"
"...."
Seperti biasa Anayya menjawab telephonenya dengan dingin dan menutupnya dengan sepihak.
Tok tok tok
Daffa membukakan pintu apartemennya. Dan melihat kedua orang tua tetangganya.
" eh om tante," sapa Daffa dan menyalimi kedua orang tua tetangganya dan mereka tersenyum ramah
" mari masuk om tante" ajak Daffa mempersilahkan keduannya.
" Tidak usah nak Daffa, tante cuma mau titip Anayya selama om sama tante pergi ke luar negri untuk menyelesaikan masalah disana. Tante harap Daffa bisa menjaga Anayya dengan baik. Maaf sekali lagi tante merepotkan" ucap tante Risa, mama Anayya.
Daffa mengangguk dan tersenyum.
"Tante. Daffa mau ijin ngajak Anayya belanja kebutuhan" tanya Daffa. Risa menganggukan kepala.
Melihat itu mama dan papa Anayya pamit Daffa segera bergegas mandi dan datang ke apartemen Anayya.
Daffa bimbang antara ingin menemui Anayya atau tidak karna dari awal ajakan Daffa sudah ditolak oleh Anayya. Setelah lama berdiri didepan pintu apartemen tiba tiba Anayya membuka pintu apartemen dengan tas kecil yang dipakainnya.
Setiba meraka di supermarket. Mereka memilih beberapa barang untuk persediaan diapartemen masing-masing. Saat belanja Daffa bertemu dengan Davin. Siapa yang tidak kenal Davin, si ganteng dari Arsitektur. Daffa mengakui itu. Walaupun Daffa rasa masih cakepan dia dimana-mana.
Yang membuat Daffa terkejut adalah Anayya dan Davin saling kenal. Entah apa yang membuat se tidak mood ini untuk melanjutkan acara belanja berbelanja.
Kata-kata Anayya membuat Daffa menjadi malas melakukan aktivitas apapun
"sial, lo pikir lo siapa" batin Daffa marah. Daffa memilih untuk tidur untuk meredakan kemarahannya.
Disisi lain Anayya yang sedang menyusun belanjaan dikulkas. Dia menyusun dengan mood yang berantakan.
"apa gue salah ngomong ya. Bukanya biasanya gue ngomong gini dan dia nggak masalah. Bodo amat dah mending masak" batin Anayya.
Hari ini Anayya memasak makan malam dengan menu yang simpel yaitu Soup Ayam resep dari mendiang neneknya. Entah dorongan dari mana dia memasak dengan jumlah yang lebih.
Anayya berfikir untuk memberikan sedikit untuk Daffa pasalnya dia sudah banyak merepotkan Daffa sejak dulu.
Bagi Anayya, Daffa adalah sosok menyebalkan sekaligus baik hari. Anayya memilih bersifat dingin ke Daffa karna dia tidak ingin baper dan juga tidak ingin Daffa mengetahui sisi lemah dari seorang Anayya.
Hanya Anayya sendiri yang boleh mengetahui dirinya bukan orang lain.
Setelah masakannya selesai Anayya segera menyusun ke kotak makan untuk diberikan ke Daffa (Nasi + soup). Ragu, satu kata itu yang selalu terngiang di pikiran Anayya.
" Hufttttt" Anayya menghembuskan nafas untuk mengusir keraguannya.
Anayya mengetuk pintu beberapa kali dan alhasil tidak ada yang membukakannya. Berkali kali Anayya mengetuk tapi tidak ada sahutan. Akhirnya dia memutuskan untuk langsung menekan password dan masuk kedalam.
Anayya menatap isi apartemen Daffa.
"hmm tidak ada yang berubah. Emmm kemana dia?" batin Anayya.
Anayya meletakan masakannya di meja pentri dan menusunnya di mangkuk serta piring Daffa. Lalu dia menghampiri kamar Daffa yang sedikit terbuka.
"ternyata dia tertidur. Pantes sepi banget" ucap Anayya pada dirinya sendiri.
Lagi lagi Anayya menghembuskan nafas melihat bahwa betapa kotornya apartemen tetangganya itu. Dia berinisiatif untuk sedikit membersihkannya. Bungkus snack berceceran di depan Tv, baju baju yang tergeletak di sofa, PS yang tidak dikembalikan pada tempatnya. Cukup membuat Anayya sangat lelah.
🌸 🌸 🌸
Keesokan harinya Anayya berangkat kekampus dengan sepeda ontel kesayangannya. Jarak apartemen ke kampus 500 m jadi cuku dekat untuk tidak membawa kendaraan bermesin. Kadang jika lelah dia lebih memilih meninggalkan sepedanya dikampus dan pulang dengan menggunakan ojol.
"nay, jadi kerumah gue kan?" tanya Nissa.
"Rumah lo jauh, gue capek kalau naik sepeda" jawab Anayya.
"Alah lo kaya sama siapa aja. Gue anter deh pulangnya" ucap Nissa.
"hmm" Anayya.
Bagi Anayya janji adalah janji Jika tidak bisa ditepati maka diingkari.
Cukup simpel motto hidupnya.
"oh ya kebetulan dirumah lagi ada abang gue. Biasanya dia diapartemen" ucap Nissa melihat ke arah mobil yang terparkir di depan rumahnya.
"yuk masuk" ucap Nissa.
"BANG OY LO DIRUMAH?" teriak Nissa sambil menelusuri rumahnya.
" GAK USAH TERIAK GUE denger" teriak Abang Nissa.
Nissa dan Anayya serentak menoleh ke sumber suara. Dan raut wajah Anayya sedikit kaget.
"jadi dia kakaknya Nissa" batin Anayya.
Davin PoV
Hari ini gue pulang ke rumah untuk mengambil beberapa barang yang ingin gue bawa ke apartemen. Sudah jam segini dan gue pikir gue pengen ketemu adek gue yang bandel itu.
"ABANGGG LO DIRUMAH" Teriak Adek gue.
Hmm sudah ku duga dia pasti akan segera pulang.
" GAK USAH TERIAK GUE DENGER" Teriak gue.
Gue kaget dengan sosok disamping adek gue. Cewe yang menolongnya dan membuat dirinya penasaran.
Ya disana berdiri Nissa dan Anayya.
"Lo kok bisa temenan sama badut ini sih nis?" tanya gue
" siapa? Anayya?" jawab Nissa dengan tatapan bingung. Gue menangguk
"Gue balik deh nis, gue udah tepatin janji buat kerumah lo. Udah sore gue takut dicariin bokap" ucap Anayya.
Adiknya menatap Anayya dengan tatapan pasrah. Anissa menatap gue dengan senyum jailnya.
"Oke gak papa, tapi dianter abang gue ya!" ucap Anissa.
Gue yang denger terkejut. Bagaimana mungkin adiknya itu membiarkan dia mengantar temannya. Padahal mereka sudah lama tidak bertemu.
Gue menangguk tapi Annaya menolak
PoV end
"Nggak usah gue udah dijemput orang di depan perumahan" jawab Anayya.
" Oh ya udah mau gue anter ke depan?" ucap Anissa. Anayya menggeleng dan berpamitan kepada davin dan Anissa.
💮💮💮