webnovel

Bab 5

Matahari mulai masuk melewati celah celah jendela yang tidak tertutup oleh horden.

Aku bisa merasakan hangatnya sinar mentari. Ku buka mataku, ku lirik jam dinding yang berwarna merah muda ternyata jam sudah menunjukkan pukul 09:47

Tetapi aku tidak peduli karena ini adalah hari libur.

Aku meraba daerah mata. Mataku sembab, mungkin karena aku menangis kemarin.

" Aduh.. gimana ini mataku sembab. Apa bisa hilang dalam waktu sehari?"gerutuku

Aku berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka. Saat aku sedang memutar keran air aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumah.

Aku cepat cepat mencuci muka dan berjalan ke arah pintu. Ku lihat orang yang mengetuk dari lubang pintu. Tetapi tidak ada siapa siapa, aku tidak melihat siapa pun di luar.

"Apa orangnya sudah pergi? Apa aku mencuci muka terlalu lama?"

Kuputuskan untuk membuka pintu secara perlahan.

Aku melihat ada tiga orang menggunakan jas hitam berdiri di depan pintu.

"Perasaan tadi saat aku lihat dari lubang pintu tidak ada siapa siapa. Kenapa saat aku membuka pintu ada tiga orang yang menggunakan jas, apa mereka... hantu. Masa pagi pagi ada hantu" kataku dalam hati

"Kalian siapa ya? Ada perlu apa?"

Saat aku sedang menunggu jawaban, satu dari ketiga orang tersebut maju dan langsung menancapkan jarum suntik ke leherku. Aku tidak bisa menghindar, gerakanku kalah cepat dengan orang tersebut. Jarum tersebut benar benar menancap di leherku, rasanya sangat sakit dan perlahan lahan pandanganku mulai kabur dan segalanya berubah menjadi hitam.

↓↓↓

Ku buka mataku secara perlahan, kuedarkan pandanganku ke seluruh bagian dalam ruangan tersebut. Tiba tiba kepalaku terasa sakit, benar benar sakit sampai sampai aku tak bisa menahan rasa sakitnya. Aku mencoba untuk memegang kepala dengan kedua tanganku, ternyata kedua tanganku diikat mengunakan rantai yang mengarah ke dinding. Rantai tersebut cukup panjang.

"Aku benar benar bingung sebenarnya aku ini berada di mana. Apa yang telah terjadi denganku? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?" pertanyaan yang terus memutar di kepalaku sampai sampai kepalaku kembali merasakan sakit yang amat dasyat.

Beberapa saat kemudian rasa sakitnya mulai hilang. Aku berusaha mengingat ingat apa yang terjadi secara perlahan agar kepalaku tidak sakit lagi

"Kemarin, aku bangun tidur terus.. terus apa lagi ya? Apa yang aku lakukan setelah bangun tidur? Apa aku siap siap pergi kerja, tapi sepertinya bukan. Lalu apa, apa aku malas malasan dikasur"

Tiba tiba aku melihat seseorang masuk melewati pintu yang tepat berada di depanku.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana. Ah.. aku tau dia pemilik mall di tempatku bekerja Leon Maxime. Ya, itu pasti dia" kataku dalam hati

"Akhirnya kamu membuka mata juga. Aku pikir kamu sudah mati, karena kalau kamu sudah mati hatiku rasanya sakit karena aku tidak bisa menyiksamu sebelum ajal datang menjemput mu"

"Kau.. bukankah kau pemilik mall di tempatku bekerja. Apa kamu yang membawaku kesini? Aku dimana? Apa aku ada salah terhadapmu? Kenapa kedua tanganku diikat menggunakan rantai? Sudah berapa lama aku disini? Aku ingin pulang, lepaskan aku aku mo-" belum selesai aku berbicara Leon memutus kata kataku.

"BERISIK" kata leon dengan nada yang sangat keras.

Tubuhku bergetar, aku benar benar sangat takut aku lupa bahwa Leon adalah orang yang sangat menakutkan.

"Haaaahh..." menghela nafas "Apa kamu kaget. Tidak seharusnya kamu menanyakan banyak hal kepadaku. Kamu hanya cukup menebus semua perbuatanmu kepadaku" kata Leon sambil memegangi daguku

"A..apa maksudmu" kataku sambil ketakutan

"Jangan pura pura tidak tau, aku sangat benci dengan orang yang pura pura lupa"

"A..aku benar benar tidak tau.. a..aku tidak pura..pura lupa a..aku mengatakan yang sejujurnya kepadamu"kataku sambil gemetaran

Tiba tiba saja Leon menampar pipiku dengan sangat keras

"Bukankah aku sudah bilang, aku paling benci dengan orang yang pura pura"

Leon sangat kesal, dia pergi meninggalkan ruangan dengan wajah yang sangat menakutkan.

Apa maksudnya, memangnya aku berbuat apa sampai sampai aku harus menebusnya.

Air mataku mengalir sangat deras membasahi pipi. Aku tidak tau kenapa ini bisa terjadi. Padahal aku tidak pernah berurusan dengan Leon. Kenapa hal ini terjadi padaku, padahal aku hanya ingin bahagia dan menjalani kehidupan yang normal.