Bocah berusia sepuluh tahun itu menatap malas ke arah piring yang berada di hadapannya. Menu yang sama seperti pagi tadi Hanya nasi, telur mata sapi gosong dan sedikit kecap manis.
Setiap hari selalu sama. Tidak peduli itu pagi, siang, atau malam. Ryushin selalu diberi papanya olahan dari telur untuk dijadikan lauk pauk.
Terkadang telur gulung, terkadang telur ceplok, telur dadar, kadang juga telur rebus. Maka dari itu, dilihat dari segi mana pun, Ryushin terlihat mirip telur. Bulat oval.
Terkadang, hanya akhir bulan saja Ryushin merasa benar-benar makan enak. Tidak ada yang lebih enak dari mie instant ditambah telur. Benar bukan? telur lagi.
"Kenapa hanya diperhatikan makanannya? Cepat makan dan tidur, Shin?" perintah pemuda tampan berusia awal dua puluh lima tahunan, Jangjun.
Jangjun duduk di hadapan bocah berusia sepuluh tahun tadi, putranya.
Keringat dingin bercucuran dari pelipis pria yang masih menggunakan pakaian kotor.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com