"Oh, kamu pembantu disini? Ta…pi… kamu kan hamil, kenapa kamu mengambil pekerjaan doble?" tanya Rossa dengan tatapan penuh selidik dan mengintimidasi gwanita hamil di depannya.
"ka….karena, suami saya bekerja di luar kota," jawab Jesica. Mendengar jawaban Jesica Rossa mengernyitkan. Jesica menyadari ekspresi aneh Rossa karena jawabannya tidak masuk akal. Ia segara mencari alasan lain agar tidak membuat Rossa curiga. "Em… saya mau ke dapur dulu," pamit Jesica. Tanpa menunggu jawaban dari Rossa maupun Billy, Jesica langsung pergi meninggalakn kamarnya. Namun, saat menuruni anak tangga ia baru ingat seandainya Rossa membuka lemari akan tahu jika dia yang tidur dikamar itu. "Bodoh bangaet aku,kenapa aku jawab gitu, kan nggak masuk akal," gumam Jesica seraya melangkah dengan cepat keluar darikamarnya. Dia juga menoleh kebelakang beberapa kali karena takut Rossa melihat barang pribadinya yang ada di kamar itu,
"Aduh! Gimana dong kalau dia sampai ngecek kedalam lemari dan laci," gumam Jesica dengam meremas jarinya. Ia masih memikirkan cara lain agar Rossa keluar dari kamarnya. Dan tiba-tiba….
"Non!" panggil Wulan seraya memegang bahu Jesica.
"Eh!" celetuk Jesica yang tersentak oleh suara Wulan yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Astaga... Kenapa sih kok ngagetin?" keluh Jesica.
"Maaf," ucap Wulan.
"Non, kenapa sih kok ngakunya pembantu?" tanya Wulan.
"Sudah, kamu diem aja. Kamu kalau di tanya dia bilang aja aku pembantu kayak kamu," jawab Jessica.
"Tapi-"
"Sssttt!" potong Jesica dengan jari telunjuk di bibirnya.
"Kami ikuti saja ya, please." Jesica memohon kepada Wulan dengan matanya yang melas.
"I-iya," kata Wulan dengan terpaksa. Ia tidak ingin berdebat dengan majikannya.
"Sekarang bantu aku, buat ngalihin Rossa dari kamar itu, kalau dia buka lemari bakal berabe. Ya kali pembantu tidurnya di kamar atas," ucap Jesica.
"Baik." Wulan langsung pergi ke kamar Jesica dan mengatakan bahwa sarapan sudah siap untuk Billy.
Jesica meremas tangannya karena khawatir jika Rossa curiga dengannya. Billy yang berada didalam kamar berdua dengan Rossa merasa tidak nyaman. Rossa yang agresif dan hubungannya dengan Jesica berputar-putar di kepalanya. Ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya kepada wanita yang masih menyandang sebagai kekasihnya tersebut. namun, kebahagiaan yang dicurahkan oleh Rossa membuat Billy tidak tega.
"Nanti tamani aku jalan-jalan ya," punya Rossa.
"Aku lama nggak jalan-jalan di Jakarta," imbuhnya.
Billy masih belum bisa menyetujui permintaannya. Ia ingin pergi dengan Jesica. Karena dia masih berhutang penjelasan dengan istrinya.
"Mungkin ini waktu yang tepat," batin Billy.
"Oke," ucap Billy yang tiba-tiba menyetujui permintaan Rossa. Ia akan menjelaskan hubungannya dengan Jesica kepada Rossa, agar Jesica tidak perlu berpura-pura saat sedang ada Rossa.
"Yeeyyy!" seru Rossa.
Setelah Wulan memberi tahu kalau makanannya sudah siap, ia mengajak Rossa untuk keluar. Ia melihat Jesica yang sedang membersihkan dapur bersama Wulan. Sesekali ia melihat Jesica sedang memegangi perutnya. Namun, Billy tidak bisa memberikan perhatian kepada Jesica karena adanya Rossa.
Keadaan seperti itu membuat Jesica sangat terganggu. Ia juga merasa mual jika mencium parfum milik Rossa yang sangat menyengat. Wajar saja jika seorang Rossa memakai parfum yang sangat menyengat, karena ia adalah seorang model dan pacar seorang pemilik perusahaan ternama. Jadi ia harus menjaga penampilan demi pacar dan karirnya.
Billy dan Rossa akhirnya meninggalkan rumah sedangkan Jessica bersiap untuk pergi kekantor. Seharian Jessica merasa terganggu dengan pikirannya yang memikirkan Billy dan Rossa di luar sana. Ia mencoba mengalihkan perasaannya untuk tidak peduli dengan mereka berdua dengan pekerjaannya.
**
"Kamu gila!" maki Rossa dengan mata yang nanar.
"Kamu menikah dengan gadis seperti dia?" tanya Rossa dengan kesal.
"Tapi ini hanya kontrak," jawab Billy.
"Lagian, bukankah kamu tidak mengakui aku di media luar negeri," imbuh Billy.
"Oh, kamu sengaja membalasku?"
"Tidak, aku juga tidak ingin menyangkut-pautkan dia di hubungan kita, tapi keadaan yang membuatku begini."
"Aku mau kamu putuskan semua kontrak itu. jika hanya karena anak, aku bisa memberikannya, mau berapa? Satu? Dua? Atau berapa?" desak Rossa dengan emosional.
"Yakin? Kamu mau punya anak tiga?" tanya Billy dengan penuh selidik.
"I-iya," jawab Rossa dengan ragu.
"Sudahlah, ikuti saja alurnya. Kamu juga bisa menikmati dunia luarmu yang selalu dikenal dengan model yang masih jomblo."
"Lagipula, hamil akan membuat bentuk badanmu berubah. Aku tidak yakin kamu mampu menerimanya."
Setelah mengatakan kebenarannya Billy segera beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari restoran itu. Sedangkan Rossa merasa kesal dan marah dengan Billy dan Jesica.
"Aku akan menghancurkan kalian!" gumam Rossaa dengan mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Billy datang ke kantornya dengan perasaan yang lega karena telah mengatakan semuanya kepada Rossa, namun, dia tidak tahu bahwa Rossa akan merencanakan sesuatu kepada dirinya dan Jessica. Saat Billy tiba di kantor tanpa sengaja dia berpapasan dengan Jessica dan teman-temannya yang akan pergi makan siang. Billy ingin sekali menyapa Jessica namun melihat Jessica yang acuh dan tidak melihat kearahnya membuat Billy enggan menyapanya.
Billy berdiam diri di dalam ruangannya sedangkan Rossa pergi ke restoran yang berada di tempat depan kantor tempat ia bekerja bersama Mila dan putri. Jessica sangat senang karena siang itu dia tidak merasakan mual karena makanan yang dia makan dia merasa cocok dengan masakan yang ada di restoran itu. 1 jam berlalu Jessica dan teman-temannya kembali ke kantornya. Namun saat akan menyebrang sebuah mobil melaju dengan kencang hampir saja menabrak mereka bertiga.
"Woy!" teriak Putri yang geram dengan mobil putih yang melaju kencang.
"Jes, Lo nggak apa-apa kan?" tanya putri.
"Enggak kok," jawab Jesica.
Mila menggandeng dengan erat tangan Jesica agar tidak terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.
"Lo sampai kapan kerja kayak gini? Perut Lo juga semakin besar," tanya Mila.
"Kalau sudah mendekati Hpl saja," jawab Jesica.
"Cutikan?" sahut putri.
"Resign kayaknya."
Mendengar itu kedua sahabatnya segera berhenti berjalan. "Kenapa?" tanya Jesica.
"Resign?" ulang Mila.
"He'em " Jesica mengangguk.
"Kenapa lo nggak cuti saja, kan lumayan cuci tiga bulan loh," kata Putri.
"Enggak deh, aku mau urus anakku saja."
Sebenarnya setelah melahirkan Jessica tetap harus bekerja untuk menghidupi anaknya dan keluarganya. Namun, bisa bekerja di perusahaan itu lagi. Karena, pernikahannya dengan Billy akan berakhir setelah anak yang dikandungnya lahir. Dan dia tidak bisa menjaga perasaannya jika harus melihat ayah dari anaknya bisa bebas begitu saja dan bersenang-senang dengan wanita lain nantinya. Sedangkan anaknya tidak diakui. Meskipun sudah sesuai kesepakatan, Jesica masih menyimpan rasa kurang srek jika anaknya tidak di akui oleh Billy