webnovel

MAKAM GENERASI KE DUA?

Keesokannya Arsya akan pergi ke tempat yang Abimana kasih kemarin. Saat ini ia tengah menjemput Sera di kantor perempuan itu, untuk pekerjaannya semuanya sudah ia kerjakan sejak pukul 1 pagi tadi. Untung saja tubuhnya tak terlalu sakit akibat insiden kemarin.

5 menit menunggu diparkiran, Sera datang dan langsung masuk ke dalam mobil sportnya.Arsya mengenyritkan alisnya bingung, mengapa Sera tertawa selepas masuk. Apa yang salah, menurutnya tak ada yang kelihatan lucu.

"Berhentilah tertawa, Sera!" ujarnya sebal, kini mobil itu berjalan membelah jalanan kota.

Sedangkan Sera berhenti tertawa ia meraih botol air mineral dan meneguknya. "Wajahmu lucu sekali hahahaha," ujarnya. Ternyata Sera tertawa karena melihat wajahnya, mengapa humor calon istrinya sangat rendah sekali?!.

"Memang ada apa dengan wajahmu?" tanya Sera kepo saat melihat beberapa bagian wajah Arsya yang berwarna biru-biru.

Arsya menceritakan penyebab wajahnya seperti ini. Padahal bundanya sudah memberikan obat namun mengapa masih ada bekasnya, sial! Ayahnya sudah merusak wajah tampannya. Ingat, Arsya bukannya kepedean namun yang dirinya bilang itu kenyataan.

"Makanya jangan buat tante Reta nangis bonyokkan tuh muka," ujar Sera, perempuan itu memasukkan snack yang ia bawa dari kantor.

Hari ini mereka pergi sama sekali tak dikawal oleh bodyguard, masing-masing keluarga mereka mengizinkan dengan sarat jika keluar dengan mobil harus memakai pakaian terutup dan juga selalu menyalakan GPS. Sewaktu-waktu ada bahaya keluarga mereka yang akan tau terlebih dahulu.

Arsya menyerhakan lipatan kertas yang ia ambil dari saku jasnya, Sera menerima kertas yang udah kusut dan membukanya. Perempuan itu bingung alamat siapa yang tertera disini, tulisannya hampir tak terlihat karena Arsya terlalu kecil melipat kertasnya pingirnya pun sobek-sobek. Memang ya, lelaki tak bisa menjaga barang. Tapi kata itu hanya pantas untuk Arsya, calon suaminya.

"Kita mau kemana?" tanya Sera, perempuan itu melihat sekeliling di samping banyak sekali pohon-pohon besar. Tak salah lagi, tempat itu jauh dari kota lantas untuk ala Arsya membawanya kemari.

"Alamat itu lewat jalan sini," ujar Arsya tentu saja ia tau dari maps, Sera mengangguk paham.

Sera tak ambil pusing mereka akan pergi kemana, yang terpenting perlahan-lahan semuanya mulai terungkap. Jalan yang mereka lewati kali ini cukup sepi hanya ada beberapa motor dan mobil yang berlalu lalang. Perjalanan kali ini ditemani oleh suara lagu yang berasal dari radio mobil.

Hampir 20 menit perjalanan mereka tak kunjung sampai, karena merasa pegal Sera mengangkat kakinya kekursi. Arsya sendiri tak mempermasalahkan tindakan Sera, yang penting perempuan itu nyaman. Bayangkan saja duduk 20 menit lamanya pastilah pegal.

"Ambilin minum," perintah Arsya tanpa menoleh karena jalanannya berbatu.

Sera mengangguk ia mengambil air mineral dan membuka tutupnya lalu menyerhakan kepada Arsya. Setelah dirasa sudah tak haus lagi, Arsya memberikan botol itu kepada Sera.

"Masih lama ya?" tanya Sera.

"Setengah jam lagi," balasnya setelah melihat ke arah maps.

"Tidur aja, ntar bangunin," imbuh Arsya.

Sera mengangguk, matanya mulai terpejam dengan kepala menyender kesamping untung saja kursi mobil Arsya sangat lembut. Dan untung saja pekerjaannya sudah ia kerjakan semua, jadi ia tak perlu pusing tentang masalah kantor.

***

Setengah jam kemudian, mobil mereka sampai di alamat yang tertera pada kertas itu. Arsya mengenyritkan alisnya bingung, mereka berada di pemakaman umum yang sangat sepi. Dan mobilnya terparkir tepat di depan rumah tua, posisi makamnya berada di samping rumah tua itu.

Lelaki itu melihat ke segala arah dirasa aman ia membangunkan Sera yang masih tertidur. Cukup lama dirinya menepuk pundaknya, akhirnya Sera terbangun juga. Sera menggerakkan tangannya yang terasa nyeri akibat ia gunakan untuk menahan kepalanya. Arsya yang pada dasarnya peka langsung memijat tangan milik Sera dengan telaten.

Sedangkan Sera merasa geli melihat perlakuan lelaki itu, namun ia juga menikmati pijatan Arsya. Perempuan itu melihat sekeliling, ia langsung merinding kala melihat pemakaman berada di seberang sana.

"Kita di mana?" tanya Sera, tangannya sudah tak terasa sakit lagi.

"Alamat itu mengarah ke sini," jawab Arsya seadanya.

"Kita mau ngapain disini? Mau cari hantu?!" tanya Sera tak habis pikir, apalagi di sini banyak sekali pohon-pohon besar.

Ting

Suara dari HP Arsya mengkagetkan keduanya, lelaki itu langsung mengambil HPnya dan menyalakannya. Pesan dari orang yang sama, masih ingatkah orang yang memberikan pesan angka 4? Yaa... Dialah orang yang sekarang memberikan dirinya pesan lagi, tentu saja dengan tulisan yang berbeda.

'Arah jam 12, 10 kiri'

Begitulah kira-kira isi pesan itu, Arsya menujukkannya kepada Sera.

"Arah jam 12 berarti kita harus ke depan," ujar Sera, Arsya mengangguk merekapun keluar dari dalam mobil tak lupa memakai hoodie berwarna hitam, masker dan topi.

2 orang itu berjalan ke depan, dan kini posisi mereka tepat berada di pintu masuk makam. Arsya sangat yakin jika orang yang telah mengirimkan dirinya pesan, diam-diam mengawasinya.

"10 langkah ke kiri," ujar Arsya.

Mereka menghitung langkah, setelah 10 langkah mereka tepat berdiri di samping makam seseorang. 2 orang itu saling pandang, mereka berbicara lewat batin. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk ber jongkok di samping makam itu, Arsya mengamati dalam-dalam makam itu.

Itu makam sudah lama, terbukti dari tanahnya yang sudah rata dengan tanah. Namun anehnya terdapat bucket bunga mawar di atasnya, mereka yakin jika ada orang yang berkunjung ke makam ini.

"Argo Bimo G." Sera mengeja tulisan yang ada di nisan itu.

Sera dan Arsya kaget saat mendengarkan deheman seseorang, mereka langsung bergengaman tangan karena takut. Dari mereka tak ada yang berani menengok ke belakang.

Arsya menoleh ke belakang dengan gerakan takut-takut. "Om Abi?!" Pekiknya, ternyata yang berdehem tadi adalah Abimana yang sekarang berdiri di depan mereka dengan tangan bersedekap dada. Arsya dan Sera berdiri, Sera sudah tau siapa orang di depannya itu karena Arsya sendiri yang bercerita tentang dia.

"Sudah tau tujuannya ternyata, padahal saya tunggu kamu di rumah tua itu," ujar Abimana.

Arsya mengenyritkan alisnya bingung.

"Bukannya om yang kirim pesan suruh saya datang ke makam ini?" tanyanya heran.

Abimana menggeleng sembari tertawa kecil. "Saya sama sekali tak mengirimkan pesan kepadamu," ujarnya.

Lalu siapa? Dirinya pikir Abimana lah yang memberikan pesan berupa angka 4 beberapa hari lalu.

"Ini makam siapa?" tanya Arsya, ia mencoba melupakan tentang pesan itu.

"Generasi ke 2 Giory," jawab Abimana.

Arsya dan Sera terkejut mendengarkan fakta itu, Arsya sendiri tak pernah tau di mana makam dari generasi pertama berada.

"Saya pergi," pamit Abimana lalu berbalik badan.

"Pergi keruang rahasia masing-masing keluarga kalian untuk mencari tau jawaban," imbuhnya lalu benar-benar pergi dari hadapan Sera dan Arsya.

Setelah kepergian Abimana, mereka kembali melihat ke makam dengan posisi masih berdiri. Arsya sibuk dengan pemikirannya sendiri, mengapa Abimana memberikan dirinya informasi sedikit-sedikit? Mengapa tak langsung saja? Apa pria itu ingin dirinya menebak-nebak tentang masalah ini?!.

"Lebih baik kita kembali ke mobil dan membicarakan ini semua," ujar Sera, Arsya mengangguk lalu mereka pergi menuju mobil dengan pikiran yang kacau.