webnovel

BAB 20 . ADA APA DENGAN MANTAN?

Pak Ardian dan Ibu Mulia adalah kedua orang tua Mutiara.Mereka berdua juga berjuang agar puteri mereka itu bisa keluar dari penjara.

"Ayah dan ibu tetap mendukungmu,nak.Jangan bersedih."kata Pak Ardian kepada Mutiara saat jam besuk.

"Iya,ayah."kata Mutiara sambil tersenyum.

"Ayahmu sudah menyewa pengacara terbaik untukmu."kata Ibu Mulia.

"Syukurlah,bu."kata Mutiara.

Ibu Mulia ingin sekali membelai kepala puteri tunggalnya itu,namun apa daya tangan tak sampai.Beliau hanya bisa meneteskan airmata.

"Ibu,jangan menangis.Disini aku baik-baik saja."kata Mutiara tegar.

"Ibu hanya memikirkan bagaimana masa depanmu kelak,nak...."kata Ibu Mulia.

"Ibu jangan khawatir.Ada Allah yang bisa membantuku."kata Mutiara.

Ibu Mulia menghapus airmatanya.Mutiara lega melihat ibunya tidak bersedih lagi.

"Ayah mau bertanya kepadamu,nak?"tanya Pak Ardian serius.

"Apa itu,ayah?"tanya Mutiara penasaran.

"Belum lama ini ayah mendengar ada seorang pemuda bernama Sahrul yang sangat sibuk mengurus agar kau bisa keluar dari penjara.Para polisi sibuk membahasnya sehingga ayah tak sengaja mendengar percakapan mereka."jawab Pak Ardian."Apa Sahrul adalah kekasihmu?"

Mutiara tersenyum mendengarnya.

"Sahrul adalah sahabatku,ayah."jawab Mutiara.

"Betulkah?.Sikapnya melebihi sikap seorang sahabat kepadamu."kata Pak Ardian.

"Itu hanya gosip berlebihan yang dihembuskan para polisi,ayah."kata Mutiara."Apa ayah sudah melihatnya langsung?"

Pak Ardian menggeleng.

"Dia adalah seorang CEO yang sangat sibuk,ayah.Wajar jika ayah belum melihatnya."kata Mutiara.

"Jadi,kau belum memiliki kekasih?"tanya Ibu Mulia.

"Belum ada,ibu."jawab Mutiara.

"Saat kau keluar dari penjara nanti semoga kau lekas menemukan jodoh."kata Ibu Mulia.

"Aamiin,bu."kata Mutiara.

Jam besuk usai.Pak Ardian dan Ibu Mulia segera keluar dari ruang besuk.Mutiara tersenyum kepada mereka sebelum berpisah.Sejak masuk penjara Mutiara memang tidak pernah terlihat mengeluh sama sekali.

Ba'da Isya.Ada lagi kunjungan di kantor polisi.Padahal jam besuk sudah lama usai.Para polisi yang berjaga heran dengan kunjungan ini.

Yang berkunjung adalah Sahrul.

"Kenapa kemari malam-malam,pak?"tanya salah satu polisi yang bernama Edwin."Apa ada kasus yang mau dilaporkan?"

Sahrul menggeleng.

"Aku kemari mau tidur di kantor polisi."jawab Sahrul.

"Kenapa harus disini,pak?"tanya Edwin mewakili pertanyaan dari semua polisi yang ada disitu.

"Saya akan menjaga Mutiara."jawab Sahrul tulus.

"Kami bisa menjaganya,pak.Dia aman disini."kata Edwin.

Sahrul tidak mengindahkan perkataan Edwin.Dia malah sudah menyiapkan kantung tidur dan perlengkapan menginap yang lengkap.Para polisi jadi tidak tega mengusir Sahrul.

"Jangan-jangan anda adalah suami rahasia ibu Mutiara,pak?"tanya Edwin penuh selidik.

"Kami belum menikah."jawab Sahrul.

Para polisi mulai bergosip ria saat Sahrul sedang makan malam di kantin kepolisian yang tak jauh dari kantor polisi.Mereka sepakat kalau Mutiara dan Sahrul adalah sepasang kekasih dan sangat cocok jika mereka lekas menikah.

Bukan hanya sehari Sahrul datang tidur di kantor polisi.Jika dia sedang tidak ada urusan bisnis di luar kota atau luar negeri maka pemuda kaya ini akan datang tidur di kantor polisi.

"Apa kau tidak berpikir untuk tidur di rumah saja dulu?"tanya Emal kepada Sahrul suatu hari.

"Tidak.Aku harus tetap sedekat mungkin berada di sampingnya."jawab Sahrul tulus.

"Menurutku kalian cocok."kata Emal memberi restu.

"Do'akan,ya.....Aku memang sudah jatuh cinta kepadanya."kata Sahrul berbunga-bunga.

"Ya Allah....ini kabar baik."kata Emal ikut senang.

Sahrul kemudian menuju ke kantor polisi seperti biasa.Kali ini dia lebih cepat kesana lantaran tak banyak pekerjaan di kantornya.Saat tiba di kantor polisi dia berpapasan dengan kedua orang tua Mutiara yang baru saja selesai membesuk Mutiara.Pak Ardian langsung mengenali Sahrul lantaran beliau sudah melihat fotonya dari para polisi yang sudah lebih mirip paparazi itu.

Sahrul berbincang bersama Pak Ardian dan Ibu Mulia.Mereka membahas banyak hal tentang kasus Mutiara.Sidang perdana sebentar lagi akan segera digelar.Sahrul berharap Mutiara bisa segera bebas dari penjara.

"Kabarnya kau juga tidur di kantor polisi?"tanya Pak Ardian kepada Sahrul.

"Bapak dengar darimana?"tanya Sahrul heran.

"Pak Edwin dan kawan-kawan"jawab Pak Ardian.

Sahrul menepuk jidatnya.Kenapa para polisi di tempat ini begitu ringan menyebarkan kabar tentang dirinya yang tidur di kantor polisi.

"Apa kau mencintai Mutiara?"tanya Ibu Mulia."Gosip tentang kalian sudah tersebar di kantor polisi ini."

"Seharusnya polisi hanya sibuk mengurus kasus,tak kusangka mereka juga mahir dalam bidang lain."kata Sahrul.

"Apa tak masalah bagimu untuk menyukai seorang narapidana?"tanya Pak Ardian.

"Bagiku Mutiara adalah gadis yang baik.Aku memang mencintainya.Apa bapak dan ibu mau merestui jika aku kelak menjadi suaminya?"tanya Sahrul sungguh-sungguh.

Sahrul agak gugup saat meminta restu.Dia khawatir akan mendapat penolakan.Dari pengalaman cintanya di masa lalu dia banyak belajar.Dulu dia sama sekali tidak berani mengatakan isi hatinya kepada kedua orang tua Nadia sehingga sampai Nadia berencana menikah dengan Rehan,kedua orang tua Nadia tidak mengenalnya.Kini setelah putus dari Nadia dan menemukan cinta baru,Sahrul tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.Sedini mungkin dia akan memperkenalkan dirinya kepada orang tua gadis yang dicintainya.Bukankah restu orang tua adalah restu Allah?.

Kini dia sudah mengatakan semuanya di hadapan kedua orang tua Mutiara bahkan sebelum Mutiara tahu kalau dia mencintainya.

"Asalkan kau mau menjadi selimut untuk Mutiara maka kami merestui.Cintailah kekurangannya dan cintai juga kelebihannya."kata Pak Ardian.

Sahrul lega mendengarnya.

"Kalau ibu bagaimana?"tanya Sahrul kepada Ibu Mulia.

"Jika Mutiara mencintaimu maka ibu merestui."jawab Ibu Mulia."Apa kau sudah menyatakan isi hatimu kepada Mutiara?".

"Belum,bu."jawab Sahrul.

"Kenapa belum?"tanya Ibu Mulia.

"Aku masih takut ditolak olehnya."jawab Sahrul.

"Katakan saja isi hatimu.Tak baik memendam rasa cinta."kata Ibu Mulia.

Percakapan usai karena kedua orang tua Mutiara masih ada urusan lain.Sahrul mengantar mereka sampai keduanya masuk dalam mobil.Kedua orang tua Mutiara kemudian pergi dari kantor polisi,Sahrul kembali masuk ke dalam kantor polisi.Para polisi yang layaknya paparazi lekas beralih gerak berpura-pura seolah sedang membahas sebuah kasus kejahatan.

Handphone Sahrul berdering.Ada telepon dari Ajeng.

"Ya.Ada apa?"tanya Sahrul penasaran.

"Ada kabar buruk."jawab Ajeng.

"Kabar buruk apa?"tanya Sahrul resah.

"Suamiku baru dapat kabar dari WA groupnya.Dia kebetulan satu grup dengan Nadia dalam sebuah grup pertemanan."jawab Ajeng.

"Lalu?"tanya Sahrul cepat."Ada apa dengan Nadia?"

"Bukan Nadia tapi Rehan."jawab Ajeng.

"Ada apa dengan Rehan?"tanya Sahrul.

"Rehan sudah wafat,Sahrul."jawab Ajeng."Mutiara bisa dijatuhi hukuman mati kalau begini."

...........