MKC 94
...
Sekolah sudah kembali sibuk. Dengan menggenggam ponsel super kecil yang gue dapat di pasar murah alias konter hape bekas, tanpa khawatir gue berjalan menuju kelas yang masih sepi. Berangkat paling awal adalah salah satu ciri anak teladan yang hanya Anggi Sekar Arum bisa lakukan.
Bukan sombong. Tapi fakta yang tidak terbantahkan. Pertanyaannya adalah mengapa?
Jelas. Karena gue sedang ingin sendiri. Meresapi kesendirian itu lebih nikmat dari pada minum kopi pahit. Atau segelas es teh tawar. Jelas gue bisa sedikit merebahkan kepala tanpa perlu diganggu Mei atau Khansa.
Beruntung banget kelas kami berbeda satu sama lain. Gue enggak perlu sok kenal dengan anak lain karena memang tidak perlu. Anak kelas gue saat ini enggak banget.
Mereka lebih suka mengejar pelajaran atau prestasi. Pertemanan yang mungkin terjadi seperti di Prembun tidak akan bisa terlaksana dengan baik di sekolah ini. Kecuali di kamar Asrama Bersama. Hanya Mei dan Khansa satu-satunya teman gue.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com