MKC 85
...
Meski begitu, gue tidak punya banyak waktu untuk mengeluh. Setelah gue memastikan kabar burung yang Mei bisikkan adalah sebuah fakta tidak terbantahkan, gue hanya bisa menunduk mencoba menangis.
Namun gagal.
Tangisan tidak membuat keadaan berubah atau menjadi lebih baik. Semua ini seperti mimpi buruk yang tidak tahu lagi harus gue syukuri atau ingkari. Di satu sisi gue sedikit senang karena gue belum bisa bertemu Mister J terlalu sering. Tapi disisi lain gue merasa tidak adil.
Kenapa gue tidak dilibatkan saat ayah mengambil keputusan itu?
Kenapa gue harus menjadi orang terakhir yang tahu dan itu pun bukan ayah yang menyampaikan?
"Elo harus bisa sabar, Nggi. Kadang yang kita anggap tidak enak itu adalah sebuah pilihan yang orang tua elo ambil demi kebaikan elo juga." suara Khansa lembut itu biasanya bisa meredam amarah. Tapi kali ini gue tidak bisa tinggal diam.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com