MKC 66
...
Setelah beberapa hari berlalu, gue sama sekali tidak ingat pernah menyentuh ponsel yang masih terus gue letakkan di dasar ransel sekolah. Ponsel tersebut berada diposisi yang tidak menyenangkan diantara buku-buku sekolah dan dompet pulpen yang gue masukkan dengan paksa.
Terlebih dengan kejadian mendadak yang menurut skenario ayah adalah cara terbaik untuk gue. Sayangnya, buat gue merupakan sebuah pemaksaan mutlak tanpa bisa proses banding.
Lagi pula, tidak ada Mahkamah Agung yang akan mau mendengar keluh kesah dari seorang anak kecil seperti gue. Yang bahkan belum berhasil mendapatkan KTP atau legalitas untuk memilih wakil rakyat. Gue terlalu lemah untuk berkata tidak saat itu.
Jangankan bersuara, untuk bernapas saja terlalu sulit saat gue menemukan lima panggilan internasional dari nomor tidak dikenal. Akan tetapi, gue sangat yakin itu adalah ulah dari Mister J atau salah satu dari dua antek sekaligus sepupu bule Mister J.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com