MKC 56
...
Entah bagaimana, malam hari jadi gerimis. Suasana pun berubah syahdu. Terutama ketika Anggoro yang tiba-tiba menyeruak datang ke dapur.
"Dek, elo itu kalo datang gak usah di dramatisir kenapa sih? Gue lagi bantu nenek masak. Mending elo pergi sana gih. Gabung sama ayah dan ibu saja di depan." cerocos gue, setelah berhasil menata hati yang kaget dan jantung hampir copot.
Entah bagaimana, Anggoro tiba-tiba nongol dari balik pintu dapur dengan muka dibuat datar. Menampilkan rambut jambulnya yang kaku tanpa dibuat-buat. Lalu Anggoro berbisik pelan seperti kecoak yang kecepit pintu.
Nenek melihat Anggoro hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala penuh haru. Bukan kali ini saja Anggoro bertingkah tidak jelas. Memang dasar!
"Teteh mah gak asyik banget. Mentang-mentang mau ke Gubeng dan tinggal di kota besar jadi sombong." kekeh Anggoro, pura-pura manyun manja.
Ih, najis banget kalau dilihat.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com