Tirai emas itu dibuka dengan sekali tarikan oleh 2 wanita disamping nya.
sepasang Mata biru melihat sosok yang keluar dari tirai itu dengan gugup. Rasa gugup nya terbayar dengan penampilan seorang wanita bertubuh tinggi dengan porsi tubuh ideal. Gaun pengantin disana tampak menyempurnakan wanita ini. Dengan manik permata yang bertaburan membuat wanita ini seperti bintang yang paling bersinar, sangat memukau, paras nya juga tak kalah dari gaun itu, wajah oriental yang terlihat seperti patung porselen dari dinasty cina zaman dulu, dan sepasang mata indah berwarna cokelat muda, kecantikan nya memang sejak dulu dan sampai sekarang pun rasa kagum nya tak pernah pudar.
Tidak ada yang bisa menggantikan wanita ini dengan yang lain.
Wanita ini tersenyum tipis, ada rona tak hidup di pancaran matanya tapi ia terlihat fokus pada keadaan nya sekarang, tangan nya menyambut calon suami nya yang sudah siap untuk sesi prewedding hari itu.
Sebuah kecupan yang membuat orang di sana mesem mesem iri dengan pasangan tampan dan cantik ini tampak mengundang decak kagum. Kedua nya terlihat seperti sepasang Raja dan Ratu yang saling melengkapi.
" sangat indah" puji Jordan kembali mengusap tangan bersarung tangan putih gading itu, matanya terus memuja pada calon istrinya disana.
" terimakasih " sahut Alena menggenggam tangan Jordan dengan kuat, ia merasa tersanjung, tatapan Jordan memberinya kekuatan dengan hal ini. Ia tidak mau membuat kecewa pria ini untuk kesekian kali dan saat nya ia melangkah tanpa melihat kebelakang, meski ironis kesedihan masih menyita sisi hatinya. Dan biar lah masa itu menjadi bagian masa kelamnya.
Sesi prewedding berjalan lancar. Cukup 1 hari Jordan dan Alena menimbun banyak foto buat persiapan perkawinan mereka nanti. Yang tentu tidak akan lama lagi, hanya hitungan beberapa hari.
Semua persiapan sudan Jordan siapkan, bahkan ia memakai nama nama ternama untuk persiapan acaranya nanti. Kebahagiaan akan datang sebentar lagi, Jordan yakin itu.
"Alright, just call me later. I'll go there first"
Jordan menepuk Fotografer nya, berpamitan untuk menemui Alena. Wanita itu baru selesai mengganti baju nya dengan baju yang ia pakai saat pergi tadi pagi.
Hari sudah orange, sinar matahari disana tampak malu malu menutup diri. Menghentikan aktivitas besar disana.
" Baik, terimakasih" Alena memberikan pakaian yang selesai ia pakai kepada mba asisten disana.
Tempat itu berada di pinggiran pantai, mirip lagi syuting begitu banyak yang dilibatkan hanya dalam pengambilan foto dan video dalam perkawinan mereka nanti.
" Apa kamu capek?" Tanya Jordan membuyarkan lamunan Alena sebentar. Angin pantai sibuk memainkan rambut panjang nya.
" Sedikit" Jawab calon istri nya ini dengan alis menurun. Tentu saja melelahkan seharian berpose dan mengikuti arahan tim fotografer disana. Apalagi pelaksanan acara yang sebentar lagi. Semua nya seolah bergerak cepat walau dalam konsep Jordan semua harus sempurna, dan ia hanya menyerahkan semua pada Jordan.
Jordan mengusap anak rambut di kening Alena " Kita cari Restoran disekitar sini, aku agak lapar" Kata nya lalu merangkul wanita ini dan segera meninggalkan jejak kaki ditempat pemandangan indah disana.
Tak jauh dari sana memang ada Restourant yang menyandang konsep pinggir pantai. Meja meja bertema romantis berjejer di Hari sudah petang sehingga pas sekali dengan alam indah di depan mata, sunset dan makan malam yang romatice seolah menjadi hiburan tersendiri setelah seharian penuh berjibaku dengan kamera. Sepenatan seolah terbayar dengan ciptaan Tuhan yang indah disana.
Alena memegang perut nya yang agak nyeri. Pasca operasi pengangkatan bayi nya yang di nyatakan meninggal dalam perut masih berasa walau tak sesakit awal. Tapi kalau lelah seperti ini rasanya masih membuat nyeri nya sedikit terasa.
" Kenapa?" Tanya Jordan memperhatikan Alena meringis.
Wanita ini menggeleng dan mengabaikan sedikir rasa sakit disana.
" Apa sebaiknya kita pulang??"
" Ga perlu. Cuman kebawa cape saja. Tapi liat pantai seperti ini rasanya sayang dilewatkan" Ungkapnya dengan mata teduh melihat deburan ombak dibawah cahaya orange dimana sang Fajar sudah saatnya balik keperaduan.
Ia bisa merasakan kehangatan menjalar di kulit lengan nya. Jordan mengusap lengan nya " Apa kamu masih memikirkan nya??"
Perhatian Alena terhenti sebentar kearah Jordan. Ia berjanji akan berusaha keluar dari keterpurukan yang baru menimpanya dan serasa tidak adil kalau ia mengatakan iya setelah berjanji.
" Aku sedang menjalani proses nya j.." Sahutnya juga tak bisa berbohong. J mengurai sentuhan nya, ia menatap sebentar pandangan Alena lalu tersenyum. " Aku mengerti. Berbagi lah dengan ku kalau kamu sulit merasakannya."
Alena mengangguk, hati nya semakin merasa lebih baik, dukungan dari J cukup banyak membantunya.
" Bagaimana keadaan pria itu?" Tanya nya mengingat salah satu orang J yang berani bertarung nya demi menyelamatkan nya dari truk disana, J bilang ia memang menempatkan seseorang di dekat rumah Alena dan saat kejadian orang itu yang menyelamatkan nya dengan menabrakkan diri ke depan Truk agar tidak mengenai mobilnya.
" Pria? Siapa?"
Alena memiringkan kepalanya. " Aku melihat mobilnya terbakar, aku ingin melihat keadaan nya, dan ingin mengucapkan terimakasih secara langsung"
Jordan mengangguk angguk, senyum nya terlihat getir tentu saja ia hanya mengarang untuk pria yang menyelamatkan Alena. " Dia masih dirawat. Apa kamu mau membesuknya?.
" Boleh! Sepulang dari sini!"
Jordan mengangguk, ia sudah menyiapkan semua nya. Orang palsu dengan cedera asli. Luka bakar.
Sepulang dari sana J membawa Alena ke sebuah rumah.
" Dia tinggal disini?" Alena mengedarkan pandang kedepan rumah minimalis disana.
"Iya, masuk lah" J mengamit kembali tangan Alena dan membawnya masuk. Didalam kamar ada seorang pria diatas kasur. Terlihat ada perban melilit luka bakar nya lengan. Perawakan pria ini kurus dan tinggi.
" Selamat malam Mr. Jordan.. Silahkan duduk" Kata pria ini ramah.
" Malam juga Haris, ini Alena dia ingin mengucapkan terimakasih padamu karena sudah menghindari nya dari kecelakaan malam itu" Kata Jordan mewakili.
Haris, pria ini menoleh kearah wanita cantik disebelah Jordan. " Oh. Iya Nona Alena, anda terlalu berlebihan sudah mengunjungi saya kesini" Sahut Haris tersanjung dengan niat wanita itu.
Alena maju dan duduk dibawah disebelah pria seumuran nya ini. Ia menarik tangan Haris dan mengusap punggung tangan laki-laki ini secara implusit. Sedangkan Jordan sidkit ngeh dengan tindakan Alena. Sisi cemburunya tidak menguar hanya cemas apa yang wanita ini lakukan.
Alena hanya memegang tangan itu beberapa detik dan melepas nya.
" Maaf, hmm aku sangat tertolong atas tindakan kamu. Itu sungguh tindakan yang bisa dibilang gila! Menabrakan diri ke Truk besar itu."
Wajah Haris memerah dan agak salah tingkah " Itu bukan masalah Nona...ini sudah konsekuensi pekerjaan saya"
Alena menatap sepintas wajah Haris, ia kadang bisa membaca gerakan wajah seseorang. Lalu tersenyum tipis.
" Aku sangat berterimakasih dan berhutang nyawa"
" Jangan bicara seperti itu Nona. Mr. Jord sudah memberikan konseukuensi yang sepadan... Nyawa pun akan kami berikan untuk kesetian kami pada tuan kami"
Mendengar itu Alena menoleh pada Jordan yang tersenyum kearahnya. " Terimakasih Jord.."
" Jangan berterimakasih padaku Alena, aku menyesal tidak ada disana waktu itu"
Sahut Jordan lalu menggiring Alena agar berdiri. Melihat wanita itu duduk dilantai dengan membungkuk didepan Haris membuatnya tak nyaman.
" Oh.. Malam itu kamu yang mana? Aku sempat tak sadarkan diri tapi aku agak tersadar setelah ada yang mengangkat ku,aku ingat tangan yang mengangkat ku terluka waktu itu" Tanya Alena membuat 2 pria didalam sana menjadi gugup. Itulah kenapa tadi Alena mengusap tangan Haris. Alena mengetahui tangan pria itu terluka sedangkan tangan Haris tidak terluka.
Haris melihat Jordan sekilas yang menatap nya tajam. Ia tau tidak boleh bersikap mencurigakan, wanita didepen nya ini tampak polos tapi punya insting kuat.
" Anda salah mengira Nona. Itu bukan luka tapi gumpalan darah anda waktu itu, hmm maaf mengingatkan nya kembali" Sahut Haris terdengar masuk akal.
" Jangan membahas nya lagi Alena. Aku tidak ingin kamu kembali larut dalam kesedihan. Bayi mu akan sedih melihat kamu begini" Bisik Jordan mengusap bahu Alena.
" Ya.. Aku tau" Sahut Alena sepintas melihat kearah Haris lagi tersenyum tipis. Ia bisa melihat sorot pria ini yang menutupi kegugupan nya.
" Tolong kabari pase penyembuhan mu. Kalau sembuh total! Kami ingin mengajak mu makan malam sebagai tanda ucapan terimakasih ku" Kata nya kemudian langsung disambut Haris dengan sukacita.
" Tentu Nona. Saya akan memberitahu kan perkembangan saya, terimakasih atas kepedulian anda"
Alena memgangguk.
" Sudah malam, Haris mungkin ingin istirahat, kami permisi dulu"
" Oh iyaa Nona Mr. Jord. Semalam malam. Sekali lagi Terimakasih" Seru Haris disana mengangguk angguk saat Alena dan J permisi keluar dari Kamar itu. Ada seorang pria lain mengantarkan mereka keluar.
*
*
*
" Kenapa sepi. Dimana 2 teman mu?
Tanya Jordan mengantarkan Alena masuk mension nya sendiri.
" Mereka akan pulang sebentar lagi! Kakak Susan minta ajak ke Kota Tua, jadi Nita sekalian ikut mau jalan jalan juga katanya" Jawab Alena sesuai alasan 2 sahabatnya itu tadi pagi.
Jordan mengangguk angguk percaya. " Apa sebaiknya aku tunggu mereka sampai pulang, kamu sendirian disini!"
" Tidak perlu! Aku sendiri bukan nya kamu menetapkan penjaga didepan sana! "
" Oh itu benar! Aku akan memanaskan lasagna sebentar! Perut ku masih sedikit lapar. Kamu mau?"
" Boleh! Aku ganti pakaian dulu" Sahut Alena lalu meninggalkan Jordan di ruang tamu menuju kamar nya.
Alena menuju tepi ranjang, duduk dengan pikiran di kepalanya, mengingat bagaimana manis nya Haris berbohong, ia ingat yang di tangan pria itu bukan darah. Karena saat itu ia menggenggam tangan pria itu darah dan luka itu berbeda. Ada tekstur daging tercabik disana. Bahkan suara rintihan yang ia dengar membuat nya yakin itu sebuah luka. Hanya saja kalau bukan rasa sakit yang tajam kembali datang ia tidak akan hilang kesadaran lagi. Bisa saja ia melihat wajah pria itu. Apalagi aroma nya waktu itu tidak bisa menebak. Aroma darah lebih menguar.
Yang membuat nya bertanya kenapa Jordan berbohong, apa ada yang ia tutupi.
Alena menuju Dapur, disana sudah tercium bau lasagna di microwave yang khas dengan daging nya. Jordan baru saja mengeluarkan nya dari sana.
" Aku akan menambah mozarella nya! Kamu suka mozarella yang banyak kan.." Kata nya dan mencari keberadaan bahan makanan instan itu dalam kulkas.
Alena mengiyakan. Ia lalu duduk manis disana. Memperhatikan pria itu sibuk dengan talenan.
Jordan mengiris tipis tipis keju itu lalu menaburi nya diatas lasagna yang panas. Keju itu sebagian meleleh dan membawakan kehadapan Alena " Ini sangat enak" Ucap nya lalu mengambil sendok dan garfu. Mengambil sedikit bagian dan membiarkan nya dingin di udara, menghadap kearah Alena dengan jarak sangat dekat.
" Aku bisa makan sendiri J"
" Tidak Alena. Aku akan menyuapi mu! " Kata pria ini lalu mengarahkan makanan itu kemulut Alena.
Alena membuka mulut menunggu suapan J masuk. Tapi sendok itu malah menikung dan masuk ke mulut nya sendiri.
" Ya.. Kamu curang" Pekik Alena serasa dikerjai. Didepan nya Jordan hanya mengunyah sambil melihatnya dengan jail.
" Enak sekali apalagi sambil menatap calon istri sendiri"godanya tersenyum lebar.
Wajah Alena memerah walau ia hanya mendengar rayuan receh dari J.
" Kita akan menikah, sebentar lagi..., apa yang kamu rasakan terhadap ku Alena?
Alena tertunduk dengan tersipu. Didepan nya adalah pria yang sudah lama menunggu nya. Bahkan menerima nya dalam bentuk apapun. Tentu ia sangat tersanjung dan menghormati J, terlebih saat pria ini menyodorkan diri untuk mengakui bayinya waktu itu sebagai bayinya memperhatikan dan merawat selama kehamilan nya dengan sangat perfect itu membuat dirinya harus memberikan hatinya pada J, sejak itu ia melabuhkan hatinya untuk J. Karena J orang yang tepat Saat itu, nanti atau mungkin selamanya.
" Mencintai mu Jord" Ucap nya membalas tatapan Jordan yang membuat nya selalu terseret arus dari warna mata indah itu. Sepasang mata berwarna biru jambrut.
Jordan merasa bahagia mendengarnya ia melepas sendok disana dan melumat bibir Alena dengan dalam. Mengecap dan Mengitari isi mulut Alena dengan lembut. Alena ikut membalas nya dengan kecupan. Kedua nya saling mengecap dengan mesra.NCBax
Hingga deru ponsel Jordan terdengar mengusik dua insan ini.
Alena mengurai ciuman nya. " Angkat lah dulu! Aku mau minum" Katanya lalu mengusap pipi Jordan sejenak dan beranjak dari sana. Menuju pintu kulkas.
" Hallo.."
Jordan melirik kearah Alena yang memunggunginya, yang menghubunginya adalah Hitler paman nya.
" Selamat malam keponakan ku yang agung..."
" Ada urusan apa?" Sahut J sinis. Ia menjawab telepon itu sambil berjalan keluar dari dapur.
" Kenapa dingin sekali! Pulang lah dulu. Aku punya hadiah untuk mu" Kata Hitler sambil terkekeh disana.
" Paman, aku beritahu! Ancaman mu tak berlaku! Aku dan Alena akan tetap menikah! Dan ambil kembali hadiah mu! Itu cocok untuk budak seks mu!" Jawab Jordan membuat geram Hitler. Ia tak menyangka kalau Jordan mengetahui ia menyelipkan Valen ke apartement nya.
" Oh benarkah! Kamu belum coba kan bagaimana reaksi Alena kalau rekaman nya ia dengar"
Jordan mengepalkan tangan nya! " Silahkan saja! Aku tidak takut sama sekali! Dan aah.. Aku bahkan sudah menemukan dimana simpanan mu berada saat ini. Bagaimana reaksi Bibi Sofia kalau tau kamu menyimpan anak anak haram mu di Australia?? Ia pasti tidak menyangka kalau istri muda mu lebih muda dari Tiffany..."
Perkataan Jordan tentu membuat Hitler disana tidak bisa meneguk air liur saat itu juga. Tentu saja istri belia nya sudah ia simpan dengan aman.
" Aku juga penasaran bagaimana Bibi Sofia tau kalau peliharaan mu itu adik Valen sendiri? Keponakan tersayang nya. Aku rasa aku dapat dukungan dari Bibi Sofia kalau Valen tidak pantas jadi istriku! Bagaimana paman. Apa anda masih bermain main dengan ku?" Kali ini suara Jordan lebih tegas. Ia cukup puas dengan hasil yang ia dapatkan untuk membalas tindakan paman serakah nya itu. Apalagi ia tahu kalau yang mengerahkan truk itu adalah paman nya. Ia harus menggunakan extra beberapa detektif di penjuru dunia, untuk mencari kelemahan Hitler. Dan tentu. Laki laki tak pernah lepas dari namanya perempuan. Pria itu sangat menyanyangi istri pertama nya. Dan ini akan menjadi boom besar untuk Hitler.
" Kamu-" Suara Hitler tercekat. Jordan makin angkuh membuat paman nya ini merasa terancam.
" Ini balasan karena paman sudah berani menyentuh Alena! Aku akan buat hal serupa pada belia mu itu! Bagaimana? Aku rasa ia harus berhati hati dijalan! Truk yang sama besar nya akan siap menggilas tubuh mungil nya!! Putera kalian akan menjadi yatim..!! Sungguh nasib mengerikan bukan!!"
" Keparat kamu Jordan! Bisa bisa nya kamu! Aaggggrrrh" Teriak Hitler disana seolah mau mencekik Jordan andai keponakan nya ada didepan nya.
" Paman yang lebih dulu mengganggu ku! Aku tak punya bukti menyeret mu kepengadilan atas apa yang paman lakukan! Tapi aku punya cara yang sama untuk membuat mu menderita! Dengan orang-orang terkasih mu...
Apakah kita punya bakat yang sama???
Jordan tertawa dengan bangga. Ia berharap bisa melihat wajah Hitler saat ini, sungguh sayang pria itu menghubungi nya dan ia tak sabaran menyampaikan hal itu melalui telepon.
Hitler langsung memutuskan telepon membuat Jordan hanya semakin geli sendiri. Ia lalu tertawa terbahak-bahak sampai perut nya sakit.
Di belakang Alena mendengar semua percakapan Jordan disana. Tentu itu membuat nya sangat terkejut kalau paman Jordan ingin menyelelakai nya. Kalau saja mobil SUV itu tidak menolong nya mungkin bukan hanya bayinya yang tewas tapi ia sendiri.
Buru buru Alena masuk kembali setelah Jordan mengakhiri telepon nya.
Jordan kembali dan melihat Alena sambil menyuap sendiri lasagna nya.
" Aku ada urusan, apa tidak apa apa aku tinggal?" Kata pria ini dengan senyum mengembang.
" Tentu! Habis ini aku juga mau mandi terus tidur" Sahut Alena menyuap lasagna dengan santai.
Jordan lalu mencium kening Alena dan pergi dari sana.
Alena bernafas melalui mulut, meletakkan sendok itu, kening nya berkerut dengan apa yang baru ia ketahui barusan, nafasnya terasa berat. Ia tidak tau harus senang atau apa J sudah membalaskan perbuatan paman nya. Hanya saja ia tak suka kalau J mempunyai sisi kejam seperti itu.
Ponsel nya lalu bergetar. Ada Video Call masuk disana dengan nomor tak terdaftar.
Alena membiarkan nya beberapa saat tapi ia penasaran hingga ikon telepon berwarna hijau itu ia angkat dan video pemanggil itu terhubung, suara gersekan terdengar hingga kamera sipenelepon lebih detail memperlihatkan wajah disana.
Mata Alena melebar melihat sipenelepon ini.
" Kamu!!"
Darah nya mendesir melihat Devan disana. Pria itu memperlihatkan paras nya 1 layar penuh.
" Aku dengar kamu mau membunuh ku! "
Devan tersenyum mengejek disana.
" Aku tunggu disini untuk membunuh ku! Aku tunggu dalam waktu 30 menit. Lewat sedikit kamu jangan menyesal apa yang akan kamu tinggalkan" Kata pria itu lalu panggilan terputus.
Berganti kiriman lokasi dari nomor itu.
Alena segera beranjak dari sana. Amarah nya benar benar tersulut! Apalagi dapat mengetahui keberadaan Devan. Tentu ia tak melewatkan kesempatan buat membuat pria itu menyesal sudah membunuh anak nya.