webnovel

Empat Puluh Empat

Nita menggosok sepatu boots kulit nya beberapa kali. Ia masuk kedalam Cafe lalu berjalan dengan sedikit tertatih, bagaimana tidak boots yang ia pakai punya heel yang tinggi dan runcing. Ia sangat tak biasa mengenakan jenis sepatu itu apalagi rok seksi ala ala catwomen ini. Rok dari kulit membalut sempurna di bagian pinggang dan pangkal paha nya. Kalau bukan misi yang Susan berikan ia ogah mengenakan pakaian catwomen ini, sangat menyiksa tapi dari karakter Rudy. Pria ini diam diam menyukai wanita dengan dandanan menggoda, seksi juga punya tantangan kuat.

Rudy mantan sirambut klimis memang punya idaman  cewek yang ala ala barat.

Seperti saat ini Nita memakai make up dengan gaya barat, lipstik merah darah dan serba serbi yang menurut Susan itu jenis yang Rudy sukai. Dengan stelan rok dan jaket kulit. Berbahan separo di lengkapi boots tinggi hingga pangkal paha, ia berasa menjadi orang lain.

Matanya mengedar kedalam cafe tempat janji temu nya dengan Rudy. Ia berhasil menghubungi Rudy setelah puluhan kali menelepon. Pria itu menghilang beberapa hari sejak kontak mereka sebulan yang lalu.

Dan disini. Pria yang sudah menanggalkan rambut ala ala klimis Superman itu duduk di dekat jendela Cafe, mengenakan stelan jas semi formal tapi  tidak terlalu culun lagi.

Mata nya sudah menunjukkan ketertarikan saat melihat Nita yang muncul dalam balutan itu. Bahkan ia tidak menyangka kalau Nita yang biasa hanya mengenakan pakaian cewek feminim pada umumnya akan menemuinya dalam pakaian unik dan menantang itu. Imajinasi liar nya menyusup masuk dalam otak nya, gadis itu berhasil menyedot rasa takjubnya.

" Hey.. Lama nunggu" Sapa Nita dengan suara dingin tapi menggoda di telinga Rudy apalagi bibir wanita ini terlihat penuh dengan gaya sensual. Perbedaan lain dari Nita yang ia kenal. Nita biasa nya banyak bicara, membual hal yang tak penting tapi lebih agresif.

" No.. Baru sampai. Kamu kapan ke Jakarta?" Rudy tak hentinya menatap Nita dengan tatapan memuja, seolah tersihir ia mengagumi Nita malam ini.

" Hampir seminggu sih! Jengukin Alena! So! Kamu sudah pesan?"

Rudy berkedip ia mulai gugup dan menekuri buku menu di tangan nya.

" Aku sudah! Silahkan kamu pilih"

Mmm,,, nita mengambil buku menu itu dengan sengaja menyentuh jari Rudy.

" Damn it.. Ini hal menggelikan yang pernah ia lakukan" Runtuk Nita dalam hati. Tapi bibirny berhiasan senyum nakal kearah Rudy. Yang tampak masih terbawa dalam imajinasi liar saat kulitnya bersentuhan dengan Nita. Terlebih wanita ini membuka bibirnya dan tersenyum menggoda. Susah payah Rudy meneguk air liurnya. Ada yang bangkit darisana dan ia merasa resah seketika hawa disana menjadi pengap.

Setelah waitress datang dan pergi mencatat pesanan Nita. Nita kembali membuat pria didepan nya ini merasakan aura nakal nya. Melihat respon Rudy yang menatapnya liar muncul tantangan tersendiri. Biasanya Rudy pria acuh dengan segala sahutan super pendek ala robot, kali ini pria ini seperti berada dibawah kendalinya. Ia merasa bangga pada Susan memang ahli dalam menilai pria, semula ia ragu dengan rencana mereka tapi setelah melihat nya langsung ia senang dan menikmatinya.

" Hmm setelah ini, kita kemana?" Umbar Nita to the point. Matanya mengawasi tajam pada mangsa didepan nya ini.

Jujur saja ia memang tertarik pada Rudy sejak pertama dikenalkan. Hanya saja kontak mereka biasa biasa saja.

Rudy pria yang datar dan sangat cuek dan sangat pendiam berbeda dengan nya yang banyak omong, lama lama pertemuan nya menjadi garing. Hanya kali ini Nita merasa ada ketertarikan dimata Rudy.  Sekali menyelam minum air. Ini bisa ia gunakan untuk menedekati manusia robot didepan nya ini.

" Kemana? Aku akan mengantar mu pulang" Sahutnya masih ambigu tapi nadanya sedikit meragukan.

" Benarkah. Apa kita langsung pulang. Ugh aku kecewa sekali..." Dengan iseng tangan Nita merambat ke tangn Rudy. Mengusap jempol pria itu dengan lebih sensual.

Bravo..

Rudy tampak grogi, ia bergeram ke kanan dan kekiri tapi tak menepis tangan Nita.

" Sudah lama kita tidak hang out! Kamu juga sudah tidak di Batam kan! Bagaimana kalau habis ini kita jalan jalan mmm??"

" Jalan jalan" Ulang Rudy lambat mata nya menilik ke iris mata gadis manis didepan nya ini. Soflen yang Nita gunakan warna hijau sangat memikat dan Senyum nakal wanita ini juga membuat nya tak berkutik.

" Tentu.. " Sahut Rudy merasa hawa panas menyelimutinya lebih menggelora.

Setelah makan malam Nita ikut masuk kedalam mobil yang dikemudikan Rudy.

" Kita kemana?"

" Ke suatu tempat, ku yakin kamu pasti suka" Jawab Nita dengan teka teki yang malah membuat Rudy berpikir gadis ini sedang mengatur kencan yang nakal. Imajinasi nya kembali aktif. Sungguh Rudy dengan lingkungan yang seharusnya bisa membawa dirinya pada siapapun tapi tidak untuk urusan cewek. Ia bukan petualang wanita bahkan minim dengan wanita. Hingga ia punya kriteria sendiri untuk wanita dalam imajinasinya. Apalagi kesukaan nya pada membaca tidak terkecuali novel romansa dewasa membuat nya hanya tertarik pada sosok wanita berbau ala novel seperti Nita saat ini. Dan kalau benar imjinasi nya berkelana ia sangat gugup. Ini kencan pertama nya seumur hidup. Apalagi dengan kriteria yang tepat. Ia tidak akan menyia-nyiakan malam ini.

Baiklah, jawab laki laki ini lalu menginjak pedal gas. Disebelah nya Nita tampak anggun dengan caranya duduk. Tak ada omongan yang bawel seperti sebelumnya membuat nya menebak nebak apa yang wanita ini pikirkan. Adrenalin nya sebagai laki laki seolah di asah malam ini.

Berbeda dengan Nita  ia berusaha fokus pada Misi nya. Ia dan Susan sudah latihan hal ini. Menjadi karakter orang lain memang cukup sulit tapi serasa mudah karena yang ia hadapi pria yang ia sukai.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah rumah.

" Well.. Teman ku mengadakan pesta! Ada tarian menarik disana. Apa kamu tidak masalah menemani ku masuk?" Tanya Nita masih tetap pada ritme suara gadis bernuansa sensual.

" Pesta" Rudy menyanyangkan dugaan nya meelset, tapi kata pesta dan tarian yang menarik membuat nya penasaran.

" Tentu, kenapa tidak" Jawab nya mengulas senyum.

" Yeess" Nita bersorak riang dalam hati.

Ia lalu menggandeng Rudy memasuki rumah yang sudah di atur oleh Susan.

Sedikit mempermak suasana pesta malam yang nakal agak binal di rumah yang sudah disiapkan Susan dibantu teman teman nya untuk memenuhi pesta buatan itu.

Saat pintu di buka seorang pria menyambut Nita dan Rudy. Pria ini menyambut tangan Nita lalu menciumnya.

" Malam nona cantik.." Kata pria itu disambut ringan oleh Nita, berbanding kebalik oleh Rudy yang merasa tak nyaman dengan sambutan penjaga disana.

Nita kembali menggandeng Rudy untuk masuk kedalam.

Beberapa orang menyapa Nita, semua tampak biasa di dalam sana.

" Pesta nya di belakang" Bisik Nita terus mendempetkan tubuhnya pada Rudy. Menggiring pria itu menuju halaman belakang dan disana pesta sesungguhnya

Rudy meneguk liur melihat pesta yang ia pijaki ini. Bagaimana tidak disana ada kolam renang yang berisi pria dan wanita dalam pakaian renang yang seksi. Bahkan ada wanita sebagai pelayan dengn kostum catwomen. Tubuh mereka ramping dibalut kain berbahan kulit sintesis yang ketat. Lengkap penutup mata dan ada ekor nya.

Susan salah satu catwomen berkostum itu.

Music mengalun mengikuti pesta disana dan ada panggung kecil dengan tarian seorang wanita dengan gaya hawai. Mengenakan bikini tapi ada rumbai rumbai menutupi. Ia menari mengikuti ritme music yang dilantunkan membuat gairah naik siapa saja melihatnya.

Plak...

Suara hentaman cambuk membuat Rudy terperanjat kaget.

Seorang wanita berbalut catwomen menyambuk lantai, itu Susan. Ia sengaja membuyarkan kekaguman Rudy pada acara pesta disana.

" Trims.. " Nita mengambil alih cambukan itu, Susan mengedipkan sebelah mata nya lalu berlalu.

" Peraturan pesta ini kita harus melepas pakaian kita" Kata Nita dengan menekuri cambukan ditangan nya. Membuat mata Rudy tak berkedip bagaimana tangan lentik ini mengukur panjang cambuk ditangan nya, serasa ada yang ikut ngilu disana. Perasaan gugup dan gejolak hasrat muncul apalagi mata Nita instens memberikan sinyal sesuatu yang bernuasa sensual.

Tangan nya lalu meremas bahu Rudy dan pria ini seolah kaget.

" Bagaimana.. ?" Bisik Nita tepat dibelakang telinga Rudy.

Pria ini semakin meremang. Ia mengangguk antusias.

Nita mengacungkan jempol kebelakang, Susan melihat nya dan tersenyum.

Perlahan Nita melucuti pakaian nya dulu. Bukan telanjang tapi bikini yang tidak terlalu  senonoh tapi tetap saja imajinasi liar Rudy tercipta. Wanita didepan nya ini sudah sangat membuat nya terhipnotis, dengan sendiri nya ia juga melepas stelan kemeja nya. Jam tangan, sabuk pinggang, celana hingga ponsel.

Nita dan Susan menilik ke benda tujuan mereka itu dengan instens. Semula Rudy tampak ragu meninggalkan ponselnya di keranjang yang ditunggu pelayan didepan mereka namun karena sudah terbuai oleh suasana dan pemandangan indah di depan mata, otak pintar nya kali ini tersendat tercemar racun yang diciptakan Nita dan Susan.

Serasa berhasil keranjang berisi pakaian serta semua yang dikenakan Rudy dibawa menjauh dari sana. Sementara itu Nita menggiring nya memasuki Kolam renang disana sudah ada pesta busa yang membuat kolam itu bermandikan busa yang melimpah. Sisa nya ia serahkan pada Susan.

Susan mengambil ponsel milik Rudy dan menyerahkanya pada ahli nya. Ada seorang teman nya yang bisa membuka kunci sandi setiap ponsel. Dan itu perlu orang khusus.

3 menit teman nya ini berhasil membuka ponsel itu. Susan berbinar menerima ponsel itu lalu jemarinya menari liar melihat informasi informasi disana. Semua percakapan pesan ia rekam dan mengirimnya ke nomornya. Ia yakin ada percakapan yang bisa memberinya informasi tentang Devan. Rudy adalah kaki tangan Devan tentu Rudy merupakan kunci dari gerakan Devan.

Setelah selesai ia mengembalikan kondisi ponsel itu seperti semula. Mengantarkan nya ke tempat penyimpanan pakaian, membiarkan Nita bereksperimen disana dengan Rudy, anggap itu bonus dari yang ia siapkan malam ini. Dan berharap Nita bisa menggali informasi lainnya dari Rudy selain ponsel itu.

Susan melepas kostum aneh itu dan mengganti dengan baju biasa. Ia duduk di ranjang kamar yang ia tempati. Melihat isi video rekaman layar yang ia dapatkan.

Membaca semua isi nya. Mata nya makin kebawah dan makin intens, hingga melebar tak percaya.

" F*ck" Umpat nya sambil meremas rambutnya.

" Alena harus tau ini" Seru nya segera beranjak dari sana. Ia segera mengambil jaket dan kunci mobil.  Meninggalkan rumah sewaan yang ia atur malam ini.

Apartement Eric berada di daerah Fatmawati.

Jarak nya cukup dekat tapi karena jalanan agak macet membuat Susan sampai lebih lama.

Sesampainya disana ia segera menuju flat kekasih nya itu.

" Kenapa buka nya lama sekali" Omel wanita ini ketika pintu itu terbuka. Ia langsung nyelonong masuk. Si empu nya hanya terbengong bengong sambil menguap nguap lebar. Maklum jam dokter yang lagi libur kerjaan nya hanya tidur seharian.

" Kamu beb.. Huuaahmmmp... Kenapa ga telepon dulu. Aku kan bisa titip makanan" Celetuk Erik masih menguap nguap dan merenggangkan persendian nya. Susan mendelik mengabaikan komentar Eric. Ia masih mengebu dengan apa yang ia temukan.

" Aku kesini bukan niat mengunjungi mu.. Aku perlu penjelasan mu tentang obat ini" Kata Susan menyodorkan  SC bungkus obat yang ia temukan dari chatting Devan dan Rudy.

Eric mengambil ponsel Susan dan melihat foto itu. Bibirnya membaca nama bungkusan obat yang sudah terkoyak disana.

" Itu obat apa?

Bibir Eric komat kamit sambil mengingat ingat dan cukup lama, membuat Susan gemes melihat nya.

" Kamu dari mana dapat obat itu? Tuding Eric balik membuat Susan makin gemas dan memutar mata.

" Jawab saja!

Okey baiklah. Tapi aku lapar  bikin kan aku mie instant dulu bagaimana??" Senyum Eric mengembang. Berbanding terbalik pada Susan yang melotot horor padanya, saat ini ia sangat mengebu ngebu tinggi. Tapi kekasih nya ini malah mengulur ulur nya. Dan mau tak mau ia membuatkan mie juga buat kekasih nya itu.

" Bau mu enak.. Apa sekalian bisa dimakan habis ini??" Tanya Eric yang bergelayutan di belakang Susan memeluk perut rata Susan dengan nakal.

Susan sengaja meletakkan sendok panas ke tangan Eric hingga pria itu memekik.  " Panass"

" Makanya jangan mesum! Ini hampir selesai! Katakan sekarang itu obat apa??" Cecar Susan sangat tak sabaran.

" Makan aja belum kok. Nanti nya habis makan" Sahut pria ini lalu melenggang sambil menyanyi nyanyi duduk manis di meja makan. Susan menyipitkan matanya.

" Baiklah. Ini mie terbaik..  Yang ku buat khusus untuk Dr. Eric"  Kata Susan berepilog lalu membuat gula banyak banyak ke dalam panci beriskan mie instan itu.

Mie gulali.. Kekeh nya geli.

" Aku menunggu mu sweety..."lolong Eric dengan nada panjang.

Susan segera menyajikan karya terindah nya disana. Aroma mie membuat hidung Erik memanjang. " Sangat enak.. Aku tak sabaran" Katanya sudah memegang garfu dan sendok.

Susan tersenyum tipis. Ia lalu duduk dan meletakkan mie itu didepan Eric.

Saat pria itu mau menyentuh nya Susan segera menariknya lagi.

" Katakan itu obat apa?"

" Ayolah sweetie.. Aku lapar, habis makan ya..."rengek dokter muda ini.

Susan menggeleng kekuh. " Cukup katakan Eric. Setelah ini kamu menikmati makan malan mu"

Eric mendengus " Baiklah.. Itu obat halusinasi" Jawab nya dengan malas. Kalah bernegosiasi dengan pacarnya sendiri.

" Halusinasi? Maksud nya apa?"

" Tuhkan.. Makanya aku minta makan dulu! Kamu pasti nanya macam macam lagi. Selesai aku makan okey..

" Tidak! Jelaskan dulu" Seru Susan menarik mangkuk mie lagi saat Eric ingin merebutnya.

Eric meringis seperti anak kecil yang mengambek. Tapi Susan tak bergeming. Wajah Susan sangat serius seperti mau mengadili nya saja.

" Itu obat kalau diminum bisa bikin halusinasi, ya biasanya untuk para tahanan agar mengalami delusi, mimpi buruk dan ketakutan yang berlebihan. Biasanya dipakai agar mereka mengaku atas kejahatan mereka. Itu obat ilegal adanya dari negara luar. Rusia misal nya" Jelas Eric detail membuat Susan menatap nya seperti busur panah. Otak nya berkeliaran menjamah arti obat itu ada dalam rekaman pesan Rudy. Devan mengirim foto obat itu untuk Rudy. Tak ada percakapan memang setelah foto itu. Dan ini masih abu abu. Apalagi obat itu pernah ia lihat baru baru ini di ruangan Alena. Tepat nya sebelum insiden yang menimpa Alena. Dan kalau dilihat dari urutan nya Alena mengeluh ia selalu mimpi buruk berhari hari dan mengatakan Devan ingin membunuh anak nya.

Jadi obat itu sengaja di berikan pada Alena untuk membuat ia delusi, mimpi buruk terus menerus.

Susan masih menganga takjub. Sungguh mengerikan orang yang memberi obat itu kepada Ibu Hamil. Tujuan nya untuk??

" So.. Sudah kan. Aku bisa makan malam ku.. Sweetie.." Eric mengambil kesempatam saat Susan melamun, menarik mangkuk mie itu dengan tatapan memuja alias lapar.

Dengan lahap ia memasukan mie kedalam mulut nya. Sontak rasa aneh dalam mulut itu membuat pria ini berhenti mengunyah  wajah nya menjadi ungu. Mie itu segera ia muntahkan dengan ekspresi jijik, rasanya aneh. Asin bercampur manis tak terkira,ia pun muntah mengeluarkan isi perut yang lain.

Susan melongo kaget dan segera ia kabur dari sana sebelum pacar nya itu mengomel atau menghukum nya. Tapi telat Eric lebih dulu menangkap nya dan benar benar mehukum nya sebagai kudapan pengganti makan malam nya.

*

*

*

Nita mondar mandir gelisah menunggu Susan di lobby Hingga wanita itu muncul keluar dari lift. Gadis ini langsung berlari kecil menghampiri.

" Your crazy? Malah bersama Eric?

Sulut Nita dongkol. Sahabat nya itu meninggalkan nya di pesta buatan itu dan malah berada di apartement Eric. Nita juga melihat pakaian Susan yang berantakan dan  mendengus melihat ada kissmark di leher bawah Susan. Ia bisa menebak sahabat nya ini habis ngapain aja dengan Eric.

" Yang gila ternyata aku! Oohhh... Susan" Pekik Nita nyaring.

" Jangan berisik!," Susan melototi keributan Nita yang menurutnya hanya memperbesar masalah. Bisa bisa suara Nita membangunkan penghuni apartemen disana.

Mereka beriringan keluar gedung itu menuju parkiran mobil.

" Rudy bagaimana? Apa bisa menggali informasi dari nya?" Tanya Susan sambil menjalankan mobil.

Nita mendengus menepuk jidat nya. " Aku rasa ia itu memang sudah di system Devan buat tutup mulut! Kamu tau saat aku menanyakan tentang boss nya! Dia langsung mengambil baju nya dan pergi! Katanya cuman satu. " Pak Devan tidak sehina itu!"  Gila banged kan! Padahal aku baru saja mau mengikat nya dengan rantai" Cerita Nita berkobar penuh semangat juga kekecewaan di akhir kalimat.

" Kamu tanya apa kedia?" Tanya Susan tetap fokus menyetir.

"Aku tanya apa Devan yang menyerang Alena!"

Susan menepuk jidat nya sendiri. Nita sangat polos atau terlalu bodoh. Tentu saja pertanyaan itu langsung dihindari Rudy. Kesetian nya no 1 dengan Devan.

" Kamu nanya nya to the point! Sudah aku bilang perlu trik untuk menguasai Rudy! Dia pasti bisa menebak kalau ini tujuan mu menemui nya dengan penampilan baru dan kepesta itu.

Nita meringis " Aku pikir ia sudah mulai percaya dengan ku Sus. Dia tampak sangat mengebu ngebu saat aku ajak nonton seks dominan, eeeh ga tau nya dia malah kabur. Tapi Sus sebelumnya dia bilang kalau ia akan sibuk di London. Apa menurut mu Devan dan dia melarikan ke London? "

Susan melirik Nita singkat" Mungkin juga! Apa dia bilang kapan pergi?"

" Ga bilang sih! Oh ya apa yang kamu temukan di ponsel nya?? "

" Sesuatu yang membuat mu ga percaya" Jawab Susan dengan wajah serius, membuat Nita semakin penasaran.

" Kamu bilang Rudy ngomong kalau Pak Devan tidak sehina itu! Ah.. Apa maksud nya ia mengatakan dengan jelas kalau bukan Devan pelaku nya? "

Nita berpikir dan mengangguk angguk. Iya juga sih. Jadi apa kesimpulan mu? Lalu apa yang kamu temukan?

" Menurut ku. Kalau Rudy bilang itu bukan ulah boss nya  berarti memang bukan dia. Penyerangan diperusahaan hanya simbol agar Alena memikirkan kebencian nya pada Devan dengan dan proses obat itu beriringan dengan kasus itu. Secara tidak langsung itu membentuk pola pikir Alena kalau Devan harus ia benci dan mungkin kebetulan mereka bertemu! Devan mengatakan sesuatu yang membuat kerja obat itu semakin tepat. Berhasil menciptakan delusi pada Alena, secara tepat pelaku nya berhasil membuat ini seolah olah perbuatan Devan"

Nita hanya melongo antara takjub dan heran. " Oobat.. Obat apa?"

" Obat yang kutemukan dari percakapan Rudy pada Devan di ponsel nya. Aku menemui Eric karena itu. Kata Eric itu obat ilegal untuk menciptakan delusi, ketakutan berlebihan dan halusinasi hebat. Kau tau. Obat itu yang diminum Alena sebelum ia mengalami kejadian itu"

Mulut Nita makin luas dengan nafas tertahan.

" Serius? Siapa yang tega memberikan obat itu pada Alena? Aa apaa itu juga akan mempengaruhi janin Alena? Rasanya mengerikan memberikan obat jenis itu untuk Ibu hamil"

" Mungkin saja! Obat ilegal mana boleh sembarangan diminum orang apalagi yang sedang hamil. "

Nita mengelus dadanya" Jahat betul pelakunya. Artinya tujuan pelaku nya ingin membuat bayi Alena meninggal kan! Dan mengkambing hitam kan Devan. Begitu kan"

Susan juga berpikiran sama. Itu asumsi yang bisa mereka perkiraan saat ini atau bisa juga tidak. Tentang obat itu ada di percakapn Rudy masih membuat terkaan Devan mungkin saja terlibat dan Rudy hanyalah orang yang berpihak padanya.

Nita mencengkram Susan dengan gemetar " Apa ini perbuatan keluarga J?

" Entahlah Nit! Ini sangat rumit. Aku rasa kita perlu bicara dengan seseorang untuk memastikan kebenaran yang Rudy sampaikan..

" Siapa?

Susan tidak menjawabnya karena mereka sudah sampai di parkiran mension J.

" Besok lagi kita bahas! "

Nita mengangguk. Mereka kalu keluar dari mobil dan memencet bell pintu Mension itu.

Lama tidak ada yang membuka. Susan mendorong pintu. Ternyata tidak terkunci.

" Kenapa tak dikunci ini jam 2 subuh. Alena...

Kedua nya menghambur masuk kedalam mension besar itu. Pertama tama kamar Alena.

Kamar itu kosong, tataan nya rapi bak tak tersentuh, ac nya mati. Seolah memang kamar itu akan ditinggalkan.

" Aku cari di dapur" Seru Nita lalu berlari kecil.

Susan ikut berlari ke ruangan lain, naik kelantai 2 dan balkon.

Kedua nya tampak kelelahan mencari Alena. Tapi sosok itu tidak ada disana. Sampai dipanggil beberapa kali pun hasil nya nihil.

Sudah setengah jam mengitari ruangan disana Alena tetap tidak ada.

Dengan nafas memburu serta kelelahan berkeliling dan wajah cemas kedua nya tampak sangat khawatir.

Alena tidak ada disana. Perempuan itu jiwa nya masih labil dengan kepergian bayi nya yang belum lama ini. Apalagi ia ada riwayat Depresi.

Susan dan Nita ketakutan setengah mati menebak nebak kemana Alena apakah ia baik baik saja.