webnovel

Buah Simalakama

Lanjutan cerita....

"A... apa maksud anda dengan persyaratan ini?" tanya Hardian dengan wajah tak percaya.

"Untuk persyaratan lainnya aku bisa memenuhi nya, namun untuk syarat terakhir mohon maaf saya tidak menj**l putri saya. Lagipula kenapa anda ingin menikahi putri saya?" tanya Hardian tak percaya dengan syarat terakhir yang diajukan pemuda dihadapannya.

"Itu syarat yang saya minta untuk anda penuhi saya kasih waktu 3 hari untuk anda memikirkannya terlebih dahulu, kalaupun anda tidak bersedia masih banyak vendor lain yang ingin bekerja sama dengan hotel ini apalagi ditambah saya akan berinvestasi di perusahaan vendor tersebut, semua keputusan ada ditangan anda. Pernikahan ini hanya sekedar bisnis saya berniat membantu anda, namun saya juga harus memiliki jaminan supaya nantinya anda tidak mengkhianati saya dan jaminan itu ya putri anda," Tjhin menjelaskan, ucapan dan raut wajahnya pun seketika berubah dingin.

Hardian menatap pemuda itu dengan tatapan tidak suka, tangannya mengepal kuat diatas meja.

"Saya tahu anda adalah pemuda yang hebat juga sangat teliti, keluarga Lee tidak akan sembarangan memutuskan sesuatu yang akan membuat rugi perusahaan, saya sangat yakin 100% kalian pasti sudah menyelidiki perusahaan Harley dan mengetahui perusahaan kami hampir tidak bisa bertahan namun kenapa anda ingin bekerja sama dan berinvestasi di perusahaan yang hampir bangkrut, apakah ada maksud lain dibalik ini semua?!" tanya Hardian dengan tetap mempertahankan wibawanya.

"Tentu saja tidak, kami lihat perusahaan anda masih mempunyai kesempatan untuk bangkit, karena masih memiliki beberapa pel****an penting sekelas artis, menteri,dan orang-orang penting lainnya mereka semua mempercayai vendor anda, yang berarti masih ada harapan dan titik terang untuk sukses kembali, tentunya dengan bantuan kami keluarga Lee. Saya yakin vendor anda akan sangat menguntungkan nantinya, " ucap Tjhin santai.

Hardian cukup berpengalaman dalam dunia bisnis walau memang tidak sehebat keluarga Lee, namun insting nya pun cukup tajam dalam hal perbisnisan karena itu sudah dia lakukan selama puluhan tahun dalam membangun bisnisnya hingga sekarang, ia cukup waspada dan menaruh curiga terhadap siapapun, apalagi tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu perusahaan dengan persyaratan menikah dengan putri semata wayangnya, padahal bertemu dengan putrinya saja belum pernah.

-Tapi benar sekali kalau seandainya Diya menikahi pemuda ini perusahaan ku bukan hanya saja tertolong dari masalah Finansial dan kebangkrutan bahkan akan semakin kuat dan menjadi besar. Tapi... tidak bisa, kalau seperti itu berarti sama saja aku seorang ayah yang sangat buruk karena telah menjual putriku sendiri demi perusahaan. (batin Hardian).

Bibir Tjhin menyeringai, saat melihat Pak Hardian sedang berpikir keras.

-Aku yakin kau akan masuk kedalam jebakanku pembunuh, dan tanpa sadar engkau akan menjerumuskan anakmu sendiri kedalam siksaan yang akan kubuat, kau tidak akan bisa menolak syarat itu karena hanya akulah jalan satu-satunya yang bisa membantu supaya perusahaanmu tetap bertahan. (ucap Tjhin dalam hati).

"Anda tidak perlu terburu-buru untuk menjawab silakan bicarakan terlebih dahulu dengan putri anda, begitu sudah mendapatkan jawaban segera hubungi Jhon Asisten saya," ucap Tjhin.

"Apakah anda yakin dengan persyaratan itu?, ehem... maaf saya hanya ingin bertanya sedikit prihal pribadi anda, apa boleh?" tanya Hardian ragu.

"Tentu, silakan," sahut Tjhin memberi izin.

"Melihat dari Wajah, perawakan,karir, dan keluarga anda yang sangat hebat bukankah anda pasti sudah memiliki wanita yang dicintai?" tanya Hardian.

"hmmm, memang saya sudah memiliki wanita yang sangat saya cintai namun dia sudah tidak ada didunia ini, karena seseorang telah...," jawab Tjhin sedikit geram.

Jhon segera memotong pembicaraan nya.

"Maaf pak itu sudah masa lalu tuan kami, seperti nya kurang pantas untuk dibicarakan disini saya hanya ingin menjelaskan kalau saat ini tuan Tjhin masih single," Jhon memberi penjelasan

" Oo oh ya maaf kan saya, pasti anda merasa kurang nyaman dengan pembicaraan ini terutama soal mantan anda yang sudah..., ah maaf.. maaf klu begitu beri saya waktu untuk memikirkan dan membicarakan nya dengan putri saya terlebih dahulu, kami pamit undur diri. "

ke dua paruh baya itu segera beranjak dari tempat duduknya, dan berpamitan untuk pulang.

"Silakan,saya antar bapak sampai Lift," ucap Jhon sambil menuntun mereka ke arah pintu lalu lift.

Tak lama Jhon pun kembali masuk ke dalam kantor Tjhin.

"Tjhin apa kau sudah gila, tadi hampir saja kau keceplosan, " teriak Jhon mengingat kan.

"Cih! Ingin rasanya kuhabisi dia sekarang juga Jhon, namun itu terlalu mudah untuknya aku akan membuat dia perlahan-lahan merasakan sakit dan siksaan, sehingga rasanya dia ingin mati." ucap Tjhin penuh dendam.

"Matamu benar-benar sudah tertutupi dendam sehingga kau sudah kehilangan akal sehatmu Tjhin, please sadarlah balas dendam itu adalah hal sia-sia yang akan membuatmu makin menderita!" Jhon terus mengingatkan, namun sobatnya itu tidak pernah menggubris nya.

"Sebaiknya kau keluar Jhon, aku benar-benar muak dengan semua nasihat-nasihatmu itu, " jawab pria itu dengan nada kesal.

"Ok.. ok, kau memang laki-laki keras kepala lakukanlah sesukamu kalau itu memang membuat mu merasa puas, namun jangan salahkan aku karena tidak mengingatkanmu apabila kamu menyesalinya nanti!" ucap Jhon kesal sambil melangkah keluar.

Tjhin dan Jhon kembali fokus ke pekerjaan mereka masing-masing.

Sementara itu Hardian dan Bram sudah kembali ke kantor.

"Bram seperti nya kita harus mencari cara yang lain aku tidak mungkin menjual putriku sendiri hanya karena bisnis, " ucap Hardian penuh dengan kekhawatiran.

" Saya paham soal itu pak, namun hanya inilah jalan satu-satunya supaya perusahaan kita bisa bertahan tidak bisakah anda mencoba membicarakan nya terlebih dahulu dengan putri anda soal hal ini, bagaimana pun ini menyangkut dengan dirinya, putri anda berhak mengambil keputusan!" jawab Bram.

Hardian hanya duduk terdiam lalu beranjak mendekati jendela kantor nya dan berpikir sangat keras.

"Ini sama saja seperti memakan buah simalakama, salah satu harus aku korbankan", gumam Hardian.

Waktu sudah menunjukan Pukul 10 malam Lediya sedang duduk di sofa menonton televisi, ia melirik ke arah jam dinding.

"Tumben sudah malam begini ayah belum pulang apakah dia lembur lagi?, tapi bukannya tadi pagi ayah bilang sudah mendapatkan kontrak kerja sama dan investasi dari hotel keluarga Lee, hmm aneh," ucap Lediya khawatir, namun segera melanjutkan tontonan Drama Korea kesukaannya.

Tak lama terdengar suara mobil Hardian dan security membuka pagar.

"Eh ayah udah pulang, " teriak Lediya.

Wanita itu segera beranjak menuju pintu dan membukakan pintu untuk ayahnya namun ia tidak melihat senyuman hangat dan kebehagian ayahnya seperti tadi pagi.

-Apa kontrak kerja sama ayah gagal dengan hotel keluarga Lee, atau mungkin ayah kelelahan karena lembur malam ini. (Batin Lediya bertanya-tanya).

Pria paruh baya itu terlihat lelah ia duduk menyandarkan tubuhnya di sofa menarik nafas panjang dan menghembuskannya berulang kali.

Lediya segera menghampiri ayahnya.

"Ayah ada apa, gimana kontrak kerja samanya?" tanya Lediya sembari memijat bahu ayahnya.

"Sepertinya ayah harus mencari cara lain nak, ayah yakin pasti bisa mendapatkan kontrak kerja sama dengan hotel lainnya dan juga pengusaha yang mau berinvestasi di perusahaan kita," jawab Hardian dengan suara lemah.

"Ayah, bekerja sama dengan hotel keluarga Lee menurutku sangat tepat untuk perusahaan kita itu bisa meningkatkan kepercayaan semua calon-calon pengantin dari kalangan pejabat dan bahkan artis besar sekalipun akan mengenal Harley, perusahaan kita akan mengalami perkembangan yang signifikan," Lediya mencoba mengutarakan pendapat kepada ayahnya.

"Tapi ada beberapa persyaratan yang ayah tidak bisa lakukan nak, apalagi kalau itu menyangkut dirimu," jawab pak Hardian dengan wajah sedih

"Haaah ada hubungannya denganku, apa maksud ayah?" Tanya Lediya sedikit bingung.

Tak lama mbok Inah datang menghampiri.

"Tuan, air mandinya sudah siap," ucap mbok Inah.

"Ok Mbok, terimakasih ya," jawab Hardian dan segera beranjak dari sofa.

"Sudahlah nak, kita tidak perlu membahasnya lagi karena ayah sudah memutuskan. Ayah mandi dulu ya sayang badan ayah sudah lengket nih," segera beranjak pergi menaiki tangga.

Hardian sebenarnya sedang menghindari pertanyaan putrinya itu.

Setelah mendengar tutupan pintu kamar ayahnya wanita itu buru-buru mengambil ponsel dimejanya untuk menelepon Bram.

"Aneh, ada apa sebenarnya dan apa urusan nya denganku?" Lediya bergumam.

Lediya mencari kontak Bram, dan segera memencet tombol telepon.

" Hallo nona Lediya ada yang bisa saya bantu?" terdengar suara Bram di sebrang sana.

"Pak, sebenarnya apa yang terjadi dengan ayah saat pertemuan tadi pagi kata ayah ada persyaratan yang dia tidak bisa melakukannya dan itu berhubungan dengan ku?" tanya Lediya penasaran.

"Eh itu anu nona... sebaiknya nona tanyakan langsung ke pak Hardian, " jawab Bram dengan ragu.

" Yaelah pak, kalau ayah saya mau menceritakannya dan menjawab pertanyaan saya ngapain saya telepon bapak," jawab Lediya dengan nada kesal.

"Ayolah pak please, ceritakan kepada saya semuanya sebenarnya ada apa?, tidak biasanya ayah dengan mudahnya menyerah dan melepaskan kesempatan yang sangat bagus itu," jawab Lediya memohon.

Karena dipaksa terus menerus oleh Lediya, akhirnya Bram pun menceritakan semuanya.

Setelah selesai mendengarkan semua cerita dari Bram, Lediya menutup teleponnya.

Bruuuuk...

Lediya tiba-tiba menjatuhkan dirinya ke lantai dan gemetar.

"Pantas saja ayah tidak bisa melakukan persyaratan itu, tapi kenapa tiba-tiba General Manager hotel itu ingin menikahiku kami belum pernah bertemu sama sekali, tapi kenapa...apa yang dia inginkan sebenarnya dengan menikahiku?" ucap Lediya tak percaya dan amat sangat penasaran.

Lediya menaiki tangga dengan gontai kakinya serasa sangat lemah, dan saat melewati kamar ayahnya terdengar suara ayahnya sedang menelepon seseorang, ya ayahnya sedang menelepon Micko kepala chef di hotel berbintang milik keluarga Lee yang dipimpin oleh Tjhin. Micko adalah teman akrab Hardian yang sudah seperti keluarga baginya.

"Mic, Aku tau hanya itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan perusahaan ku dan semua karyawan, tapi apa kamu tau persyaratan yang diajukan oleh pemuda itu? dia meminta aku menikahinya dengan putri ku, kalau aku melakukan itu sama saja aku telah menjual putri ku sendiri, dan aku tidak bisa menerima itu," curhat Hardian.

"Tjhin itu anak muda yang baik Hardi dan dia anak yang luar biasa hebat bahkan bisnis apapun yang dia kelola pasti sukses, dan juga sangat tampan hanya saja anak itu bernasib buruk dalam soal percintaan, kekasih nya meninggal sebelum dia berhasil melamar nya, dan mungkin itu yang membuat dia sangat kesepian." Micko menjelaskan.

" Lediya anak yang ceria, cantik, dan juga serba bisa menurut saya sangat cocok sekali mereka berpasangan ditambah mereka berdua sama-sama belum memiliki kekasih, cobalah kau pikirkan lagi demi perusahaan mu juga, sudahkah kau bicarakan hal ini kepada putrimu? ceritakan kepadanya dan biarkan dia yang memutuskan kan nya," ucap Micko lagi memberikan solusi.

"Saat ini aku benar-benar frustasi Mic, kalau aku mempertahankan Diya berarti aku harus merelakan perusahaanku tutup dan membuat ratusan karyawan ku menganggur, tapi kalau aku mempertahankan perusahaan aku harus merelakan putri ku menikah dengan pria yang tidak dicintai nya, kamu tau pernikahan karena bisnis itu akan melukai mereka berdua terutama Diya, putriku pasti akan tersiksa seumur hidupnya karena harus membina keluarga dengan orang yang tidak dia cintai dan tidak mencintai nya, A..aku ingin melihat Diya bahagia Mic, hiks.... hiks, " jawab pak Hardian sembari menitikan air mata.

"Ayah, engkau memang seorang ayah yang sangat kukagumi pantas tidak ada lagi senyuman hangat mu, ternyata selama ini engkau amat sangat menderita terlebih lagi tidak ada seorang pun disisimu yang bisa mendukung dan menguatkanmu, semenjak ibu meninggal ayah berjuang sendiri membesarkan ku dan membangun perusahaan dengan keringatmu sendiri, tidak mungkin kau sanggup bertahan kalau perusahaanmu sampai tutup!" Lediya berbicara kecil didepan pintu kamar ayahnya.

Wanita itu kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu masuk kedalam, dan menyandarkan dirinya di kepala ranjang, dia berpikir sejenak, dan terus terlarut dalam pikiran nya. Tak terasa sudah 30 menit berlalu dan pada akhirnya Lediya memutuskan.

"Inilah saatnya diriku membalas pengorbanan ayahku, aku akan menikahi pria itu setidaknya aku bisa membantu perusahaan juga semua karyawan Harley, dan mengurangi penderitaan ayah, aku pasti bisa," ucap Lediya sambil mengepalkan ke dua tangannya.

Lediya mengambil ponselnya dan menelepon Bram.

" Hallo nona ada apa telepon lagi? saya sudah menceritakan semuanya ke nona," jawab Bram di sebrang sana.

"Tenang pak, aku cuma ingin bapak bikin janji pertemuan antara aku dan General Manager itu besok, bilang padanya besok jam 11 siang aku akan menemui nya di restoran yang berada dihotelnya, " Lediya memberi perintah kepada Bram.

" Baik nona, tapi apakah pak Hardian sudah mengetahui hal ini?" tanya Bram.

"Shtttt, jangan beritahu ayah ya pak, biar saya yang akan memberitahunya sendiri saat sudah bertemu dengan GM itu, please," Lediya memohon.

"Baiklah nona saya akan segera menghubungi asistennya ," jawab Bram, lalu teleponpun terputus.

Lediya segera membaringkan diri diatas tempat tidurnya, dan berharap pertemuan nya besok dengan pria itu berhasil.

Bersambung....