"Tuan, ternyata pelaku tabrak lari itu adalah pak Hardian Putra Jap, Pemilik Harley!" Jawab Jhon dengan hati-hati.
" Apaaa!!!" Tjhin terlonjak kaget dan berdiri sembari menggebrak mejanya.
"Ceritakan semua info tentang pemilik Harley itu Jhon tidak perlu berbicara formal, kita sedang berada didalam kantorku tidak akan ada yang mendengarkan pembicaraan kita, duduklah, " pria itu memberi isyart kepada asisten nya itu untuk segera duduk.
Tjhi kembali duduk di kursinya, matanya melirik ke arah proposal yang tadi sudah ia buang kedalam tong sampah lalu segera mengambil dan membuka proposal itu kembali.
Jhon pun menjelaskan dengan detail semua hal yang ia dengar dari orang suruhannya ditelepon tadi.
"Pak Hardian Jap, sebenarnya cukup dikenal sebagai Owner yang baik, dan pekerja keras dia memiliki seorang putri berusia 25 tahun putrinya lah yang mengelola Bridal & Fotografer Harley, Istrinya sudah meninggal saat putrinya berusia 3 tahun maka dari itu dia sangat menyayangi putri semata wayang nya, dan.... . "
Belum selesai Jhon menjelaskan, Tjhin sudah menimpali perkataan nya.
"Tadi kamu bilang dia memiliki seorang putri dan dia amat sangat menyayangi putrinya itu, apakah putrinya itu sudah menikah?" tanya Tjhin sembari menatap dengan serius proposal itu.
"Menurut info yang saya dapat putrinya itu belum menikah dan sedang berfokus pada karirnya saat ini, tapi kenapa u menanyakan soal putrinya? pelakunya itu ayahnya bukan anaknya jangan berpikir macam-macam Tjhin putrinya tidak bersalah, " Jhon yang mengetahui maksud dibalik pertanyaan Tjhin berusaha mengingatkan dan menasehati sobatnya itu.
Jhon paham dengan apa yang ada dalam pikiran teman masa kecilnya itu karena mereka sudah bergaul dekat dari kecil, Jhon sangat mengetahui sifat sobat sekaligus bosnya itu yang bisa berbuat apa saja bahkan bisa dibilang Tjhin sanggup mencelakai orang beserta keluarga orang tersebut yang telah berani menyakiti kekasih atau keluarga yang dicintainya.
"Udah kayak emak-emak u Jhon bawel, lanjutkan ceritanya, " jawab Tjhin seolah tidak mau mendengarkan nasihat Jhon.
"Huuuh, s****n u Tjhin," Jhon mendengus kesal.
"Sejak COVID-19 melanda Indonesia perusahaan nya mengalami berbagai persoalan terutama masalah Finansial, makanya perusahaan nya saat ini sedang gencar mencari gedung-gedung dan hotel-hotel berbintang yang mau bekerja sama dengan mereka, dan mencari para investor, supaya perusahaan nya tetap bertahan, " Jhon melanjutkan cerita nya.
"Hmm bagus, atur waktu pertemuanku dengan pria itu secepatnya bilang kepadanya aku akan menandatangani kontrak kerja sama dan berinvestasi di perusahaan nya apabila dia memenuhi beberapa syarat dari ku. O ya 1 lagi kamu tidak perlu mencari gadis untuk berpura-pura menjadi pasanganku nanti" Perintah Tjhin dengan seringai miring.
"Maksudmu? jangan bilang kamu akan..., " tanya Jhon menatap curiga tuannya itu.
"Benar sekali yang kau pikirkan Jhon, Aku akan menikahi putri pembunuh itu dengan begitu aku bisa puas membuat dirinya dan putrinya tersiksa pelan-pelan. Aku memang tidak bisa memenjarakan nya karena tidak adanya bukti tapi aku bisa membuat nya menyesal juga tersiksa seumur hidupnya karena telah membunuh Jeje, melalui putri tercintanya itu," jawab Tjhin tersenyum penuh kemenangan.
"Tjhin, Kau benar-benar sudah di butakan oleh dendam sehingga ingin mencelakai wanita yang tidak bersalah, apa menurut mu Jeni akan senang disana?, cobalah untuk melupakan Jenifer dan kejadian itu karena hanya akan menyiksa dirimu sendiri dan menjadikan mu seorang pria yang sangat kejam, Jeni pasti tidak menginginkannya yang dia inginkan adalah kebahagiaan mu," Jhon mengingatkan.
"Sh*t Up, kamu tidak akan pernah mengerti Jhon aku melihat didepan mataku sendiri betapa k**i nya pria itu memperlakukan Jeje yang memohon dan meminta di selamat kan olehnya, dia begitu saja kabur meninggal kan Jeje yang tubuhnya bersimbah darah karena ulahnya, kalau saja saat itu dia segera membawanya atau menelepon Ambulance Jenifer pasti masih bisa selamat, dan aku pun tidak perlu melakukan ini semua," teriak pria itu.
Tjhin memejamkan mata menahan perasaan sakit di hatinya yang sulit disembuhkan, air matapun mengalir di pipinya.
Jhon menatap sendu sobatnya itu, ia menyadari betapa sobatnya itu amat mencintai Jenifer namun ia berfikir kalau tindakannya sangat berbahaya ia harus tetap berusaha mengingatkan sebagai seorang sahabat.
" Tapi Tjhin... ," Jhon belum menyelesaikan perkataan nya Tjhin sudah menyela nya.
"Cukup... cukup Jhon kumohon!, kalau kamu masih menganggap aku temanmu lakukan saja perintah ku, sekarang keluarlah aku ingin sendiri saat ini, " pinta Tjhin.
"Baiklah kalau itu keinginan mu aku akan melakukan nya. Kuharap kau tidak melakukan hal yang bertentangan dengan nuranimu, aku permisi," Jhon pun segera melangkah kan kakinya keluar ruangan sobatnya itu.
Tjhin menjatuhkan dirinya ke lantai menyandarkan diri dikaki meja kerjanya, terlihat kesedihan dan rasa frustasi diwajahnya dia tidak tau harus hidup seperti apa lagi. Sejak Jeje meninggalkannya pria itu merasa separuh jiwanya telah pergi bersama kekasih nya itu.
Skip
Sementara itu di Harley Comp, Hardian sedang berada di kantornya melihat berkas hutang piutangnya bersama Asisten kepercayaannya Bram.
"Tuan, seperti nya kita harus mengurangi jumlah karyawan, dengan kondisi seperti ini kita tidak akan sanggup membayar gaji mereka, sudah 1 tahun ini kita memaksakan semua karyawan kerja seperti biasanya sampai meminjam uang di bank sedangkan pemasukan kita selama Covid ini tidak bisa menutupi pengeluaran yang begitu besar, " Bram menjelaskan.
Hardian pun menarik nafas panjang.
"Kalau aku mencutikan atau memberhentikan para karyawan pasti mereka akan menganggur, gimana nanti nasib keluarga mereka Bram, " Jawab Pak Hardian penuh kecemasan.
Sesungguhnya Hardian memang seorang pimpinan yang sangat royal dan perhatian dengan semua karyawannya, dia tidak akan pernah memecat mereka kecuali karyawan nya melakukan kesalahan yang amat fatal, baginya semua karyawan adalah keluarganya maka dari itu pak Hardian sangat dikagumi oleh semua karyawan sehingga mereka sangat setia pada perusahaan yang di pimpin olehnya.
Ponsel Bram berdering, dia menatap layar untuk melihat siapa yang menelepon, matanya terbelalak kaget melihat nomer yang tertera.
"Pak, ini telepon dari Asisten General Manager hotel keluarga Lee," terpancar wajah bahagia Bram.
" Oh ya cepatlah angkat Bram, seperti nya kita akan mendapatkan kabar baik dan Proposal kita diterima. Mereka tidak akan mungkin menelepon vendor yang mereka tolak, " ucap Hardian penuh bahagia karena kini dia memiliki setitik harapan.
"Hallo pak Bram, General Manager kami ingin bertemu dengan Pak Hardian selaku pimpinan Harley Comp untuk membahas penandatanganan kerja sama hotel kami dengan Vendor bapak, namun ada beberapa syarat dari kami yang harus Pak Hardian penuhi, kalau beliau setuju dengan semua persyaratan itu kami juga berniat untuk berinvestasi di perusahaannya. Besok jam 9 pagi datang lah ke Hotel kami," Jhon menjelaskan.
" Baik pak kami akan datang besok, terima kasih banyak pak," jawab Bram.
"Akhirnya kita bisa mendapatkan kontrak itu pak namun katanya ada beberapa syarat yang perlu bapak penuhi terlebih dahulu, kalau kita setuju barulah mereka akan menandatangani kontrak kerja sama dengan kita bahkan berinvestasi pada perusahaan kita, " Bram menjelaskan dengan penuh semangat.
"Oh ya, namun apa persyaratan nya itu?".
Hardian bahagia mendengar nya, namun ada perasaan ragu dengan persyaratannya nanti.
"Apapun persyaratan nya aku akan berusaha memenuhi nya walau nanti mereka meminta setengah saham dari perusahaan ini bahkan lebih dari itu pun aku akan menyanggupi nya Bram, asal perusahaan ku tetap berdiri dan karyawan ku bisa tetap bekerja, juga terjamin kehidupan mereka dan keluarga nya, " jawab Hardian pasrah.
-Kau sungguh pimpinan yang luar biasa pak, begitu peduli walaupun kami hanya karyawan dan selalu menganggap kami keluarga mu, Terima kasih pak Hardian. (batin Bram).
Skip
Pagi-pagi sekali Hardian sudah bangun dan berpakaian rapi, di ruang tamu terlihat mbok Inah sedang mengelap meja.
"Mbok, tolong bikinin saya kopi ya," ucap Pak Hardian sambil tersenyum.
Hardian segera melangkah menuju sofa kesukaannya untuk membaca koran.
" Baik tuan, sebentar ya, " Jawab Mbok Inah segera menuju dapur.
Tak lama terlihat Lediya pun menuruni tangga, dia baru bangun dan masih memakai piyamanya.
"Pagi Ayah, kok tumben masih pagi begini ayahku sudah terlihat tampan," Ledek Lediya saat melihat Hardian sudah berpakaian lengkap dengan jas abu-abu kesukaan nya.
" Ayah ada janji pagi ini dengan General Manager Hotel berbintang dari keluarga Lee sayang, akhirnya ayah mendapatkan kontrak kerja sama dengan hotel mereka dan katanya mereka juga mau berinvestasi di perusahaan kita jadi ayah tidak perlu lagi mengurangi karyawan dengan memecat mereka, ayah sungguh tidak tega melakukan hal itu. Kalau kita mendapatkan itu semua perusahaan tidak akan bermasalah lagi dalam Finansial," Hardian bercerita dengan wajah penuh bahagia.
Akhirnya Lediya melihat senyuman hangat ayahnya sudah kembali lagi, selama 1 Minggu belakangan ini Diya tidak pernah melihat ayahnya tersenyum, ataupun berbicara dengannya sehingga membuat dirinya sangat cemas.
"Waaah hebat selamat ya ayah, semoga pertemuan ayah nanti dengan general manager hotel itu berjalan lancar, Semangat ayah!" Diya memberi semangat lalu mengecup pipi ayahnya tercinta.
" Ayah, Diya mandi dulu ya hari ini aku juga ada janji bertemu dengan calon pengantin untuk bahas design baju pengantin yang mereka inginkan, pokoknya Diya doakan pertemuan ayah pagi ini sukses!" Lediya segera menaiki tangga langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
"Tuan ini kopinya, silakan diminum, " Mbok Inah menaruh kopi di atas meja.
" Terimakasih Mbok," ucap Hardian.
15 menit kemudian datanglah Bram, security membukakan pagar untuk mempersilakan Bram masuk, mbok Inah segera membuka pintu begitu mendengar suara bel dari luar.
" Oh tuan Bram, silakan masuk, " mbok Inah mempersilakan Bram dengan senyum ramahnya.
Bram pun masuk kedalam rumah langsung menuju tempat pimpinannya yang sedang duduk membaca koran.
"Pagi pak Hardian, sudah siap untuk berangkat sekarang pak?" tanya Bram.
"O tentu, saya sudah siap dari pagi Bram ini kan pertemuan penting tentu saja tidak boleh sampai telat, ayo kita berangkat sekarang, " jawab Hardian.
Sebelum beranjak dari sofanya Hardian sempatkan menyeruput sedikit kopinya, setelah itu ia bangkit berdiri lalu melangkah pergi diikuti oleh Bram di belakang nya.
Setelah 1 Jam perjalanan sampailah mereka di Hotel Mewah milik keluarga Lee, didepan pintu utama hotel itu terlihat Jhon sudah menunggu mereka.
"Selamat Pagi Pak, silakan ikuti saya," ucap Jhon sambil memberi isyarat supaya mereka mengikutinya.
Jhon mengarahkan mereka untuk masuk kedalam lift, Jhon menekan tombol menuju lantai atas kantor General Manager.
Sesampainya di depan kantor, Jhon mengetuk terlebih dahulu.
Tok... tok.. tok
" Masuk, " terdengar suara dari dalam.
Jhon segera membuka pintu dan mempersilakan mereka masuk, disitu Tjhin sudah duduk dibalik meja kantornya.
"Selamat pagi Pak Hardian dan Pak Bram," Tjhin berdiri memberi salam ke mereka berdua.
" Selamat pagi juga nak Tjhin," jawab Hardian dan Bram bersamaan, sembari menjabat tangan Tjhin.
" Silakan duduk pak," Tjhin mempersilakan mereka untuk duduk.
Tjhin memperhatikan Pak Hardian dengan seksama.
-Oh jadi ini si pembunuh itu kelihatan begitu kebapak an, baik dan berwibawa. Tidak akan ada yang menyangka kalau dia adalah seorang pembunuh k**i, akhirnya kau kutemukan bersiaplah sebentar lagi aku akan memberimu pembalasan berlipat x ganda. (batin Tjhin).
Merasa diperhatikan begitu intens oleh pemuda di depannya, Hardian merasa canggung lalu mencoba berbicara terlebih dahulu.
" Saya sering melihat anda di televisi. Anda pemuda yang sangat hebat dan begitu tampan. Di usia anda yang boleh dibilang masih belia namun prestasi juga bisnis perhotelan anda begitu luar biasa. Pasti banyak sekali wanita-wanita yang mengantri untuk dijadikan istri oleh anda, " Hardian berbasa basi.
" Terimakasih pak, saya sangat tersanjung mendengar pujian anda, " jawab Tjhin memaksa senyuman.
Tak lama terlihat Jhon dengan seorang OB masuk menghampiri mereka, OB itu membawa 2 cangkir teh lalu meletakkan nya di depan Hardian dan Bram.
"Silakan diminum pak, " Jhon mempersilakan.
Hardian dan Bram pun mengambil cangkir tersebut lalu meminumnya dengan perlahan.
Setelah selesai meminum teh yang di berikan oleh OB tadi, Hardian pun kembali berbicara.
" Sebelumnya terimakasih karena hotel anda mau bekerja sama dengan kami, bahkan ingin berinvestasi di perusahaan Harley, lalu....," ucapan Hardian terhenti sebentar.
" Lalu...?" tanya Tjhin sembari mengerutkan kening nya.
Hardian menelan Salivanya sebelum melanjutkan pembicaraan.
" Tentang persyaratannya, apa yang bapak inginkan untuk saya penuhi?" ucap Hardian sedikit gugup, karena ada sedikit ketakutan dalam dirinya prihal persyaratan yang diajukan pemuda di depannya ini.
-Demi perusahaan dan para karyawan yang ada juga putriku, apapun persyaratan itu aku akan menyanggupinya. (batin Hardian).
"Baiklah saya langsung saja tidak perlu panjang lebar lagi, Jhon berikan persyaratan kita untuk mereka baca, " perintah Tjhin.
"Silakan di baca dengan seksama syarat-syarat kami ini pak, " Jhon menaruh catatan persyaratan itu di hadapan Hardian.
Hardian pun membaca satu persatu persyaratan dengan seksama, namun saat ia sampai di persyaratan terakhir tiba-tiba matanya terbelalak kaget.
"A... apa maksud anda dengan persyaratan ini?" tanya Hardian dengan wajah tak percaya dengan persyaratan terakhir yang diajukan pemuda dihadapannya itu.
Bersambung...