Setelah itu, mereka bertiga berbaring di atas kasur. Biasanya, sebelum tidur Sistina memulai pembicaraan. Kini, dia langsung tertidur dan mengabaikan kedua sahabatnya. Melihat sikapnya, membuat Mona dan Linda semakin cemas terhadapnya. Mereka penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka tidak berhak menggali paksa kecuali Sistina sendiri yang menceritakannya.
Lampu kamar pun dimatikan, mereka bertiga mulai tertidur. Suhu sejuk mulai dirasakan, suasana hening membuat mereka tertidur semakin lelap. Jiwa Sistina, melayang masuk ke dalam lorong mimpi. Ketika terbangun, dia berada di halaman depan rumahnya. Dia masih mengenakan gaun putih dan sepatu kaca, layaknya seorang putri. Sebuah tulisan hologram, bertuliskan selamat ulang tahun yang ke sepuluh tahun.
"Sini sayang, saatnya memotong kue," panggil Sang Ayah.
"Iya ayah!" serunya dengan bersemangat.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com