Sudahlah, apa gunanya kau berteriak?
Seperti lontaranmu yang diselimuti oleh lirik lagu, yang diartikan padaku; manusia setengah dewa. Sudahlah, jangan berkamuflase sebagai balita yang merengek. Lekas usap air hidungmu, kembali berjalan, lihat alas kaki, lihat juga apa yang kau pijak.
Sudahlah, kau tahu aku berlagak idiot.
Sudahlah, aku tahu kau itu dinding.
Yaaa!! kokoh 'terlihat, lalu didiamkan hingga runtuh sendiri.
Sungguh, pergunakan sempurnanya kedua mata!! ingat kau kepalai keluargamu.
Tentu saja, spontan aku merasa geli, maksudku tertawa lebih geli dari terbahak-bahak. Pasalnya, kau mengolok-olok gerakanmu sendiri yang jelas-jelas aku hampur tidak perduli. Tentu, tiap manusia diisi hawa nafsu, egoisme, atau emosional. Akupun tak luput perihalnya, rasanya seperti ingin tertawa di depan sifatmu yang lugu itu. Aku tak bosan-bosan tertawa sendiri, ohh tidak, tertawa dalam mata terpejam maksudku.
Aku liar, aku brandal, aku tak punya etika, aku cuek, aku egois. Kala itu, saat semua orang berlomba menaikkan namanya dengan otot dan berkelahi 'ramai-ramai. Aku tenang, aku diam, bisa dikatakan aku pengecut. Atau, pecundang tepatnya. Yaa, aku jarang sekalio adu otot ramai-ramai atau satu-lawan-satu. Aku punya piagam, setengah psikopat. Entah, aku lebih suka menguliti hati seseorang dalam-dalam dengan senjata terampuh yaitu; mulut.
Mulutku serasa tak berlidah. Karena lidahnya serasa tak bertulang, sangat lunak waktu ku ludahi kesikapan sesorang yang sangat tidak aku sukai. Gerakku pelan, santai, lunglai, tak terlalu brutal. Hanya saja, terlihat semena-mena. Begitu mudahnya kusakiti hati sesorang dalam-dalam, hingga berbekas lama, hingga ingatan bertahun-tahun tetap apik. Raga mereka tidak bonyok-bonyok, tidak berdarah-darah, akupun juga tidak mengeluarkan energi.
Namun, lambat laun, usia makin mempermalukan sifat sikap lampau. Disana ku temukan, bahwa kata-kata kasar yang ku lontarkan sangat merusak psikologi berkesinambungan. Setelahnya, aku mulai mencoba memaafkan. Mencoba memalingkan kepalaku, mencoba membungkam telingaku.
(* Bersambung...