webnovel

LEMBAH KEMATIAN

Basingr (baca: Basinger), Sang Kaisar Bangsa Volkas, menemui ajalnya saat dikhianati oleh tangan kanannya sendiri. Dipenuhi oleh rasa dendam jiwanya terperangkap dalam sebuah cincin yang ia lemparkan dari tebing tempatnya menjemput ajal. *** Levi adalah laki-laki berusia dua puluh tahun dari Negara Lisidas yang miskin. Beberapa tahun yang lalu serangkaian pintu portal terbuka di Pulau Grandia, portal itu menghubungkan dunia manusia dengan dunia lain yang dihuni oleh bangsa Golbi, Elph, dan Orcus yang sangat terkenal karena kekejian mereka. Setiap tahunnya diadakan ekspedisi yang dibiayai oleh serikat negara maju untuk menjelajahi dan menjaga pintu portal tersebut, seluruh penjelajah yang kembali akan dihadiahi uang yang berjumlah besar karena biasanya dari ratusan peserta ekspedisi yang ikut, hanya belasan orang yang berhasil kembali. Tahun ini Levi mengikuti ekspedisi karena Ia membutuhkan uang untuk menebus adik perempuannya yang akan dijual. Bersamaan dengan ekspedisi Levi, pintu baru nomor tujuh terbuka di Pulau Grandia. Pintu itu menghubungkan bangsa manusia dengan bangsa Volkas yang lebih mengerikan dari bangsa monster lainnya. Untuk pertama kalinya Levi menyadari seberapa lemah manusia sebenarnya, dan ditangannya lah nasib kehancuran bangsa manusia akan ditentukan.

ceciliaccm · Fantasia
Classificações insuficientes
7 Chs

Pulau Grandia

Briefing dimulai oleh panitia pelaksana ekspedisi dari atas podium panggung. Mereka hanya menjelaskan peraturan, pengetahuan dasar, dan hierarki dalam kelompok regu ekspedisi.

Levi menatap ke-empat orang panitia yang sejak tadi berdiri di atas panggung, Ia sedikit merasa aneh saat tatapan intens salah satu dari mereka tertuju padanya.

"Pelepasan Ekspedisi Grandia tahun ini akan dilakukan oleh Yang Mulia Caleidas Valdivian sendiri."

Ucapan panitia di podium membuat gaduh para peserta, dan membuat Levi mengalihkan perhatiannya dari empat orang yang Ia amati sebelumnya.

"Caleidas akan datang?" bisik wanita yang berdiri di sebelahnya. "Padahal katanya Ia tidak akan pernah menghadiri acara ini lagi..."

Panitia berdeham untuk mengendalikan suasana. "Untuk tahun ini ekspedisi akan sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, karena semalam kami mendapat kabar bahwa portal ketujuh baru saja muncul."

Gumaman para peserta terdengar semakin ramai dan keras, wajah gugup mereka berganti dengan ekspresi antusias.

Walaupun sama berbahayanya dengan portal lain, tapi pintu portal yang baru terbuka biasanya belum dijamah siapapun.

Bisa dibilang memasuki pintu portal baru akan terasa seperti masuk ke dalam gua berisi harta karun.

"Mohon perhatiannya!" tegur panitia yang berdiri di podium dengan tegas. "Ekspedisi Grandia tahun ini hanya akan dilaksanakan di portal ketujuh. Dua ratus tujuh puluh peserta akan dibagi ke dalam dua puluh tujuh regu yang akan diumumkan secara bergantian. Kloter pertama sudah terpilih dan akan berangkat setelah dilepas oleh Yang Mulia Caleidas Valdivian. Seluruh nama peserta yang dipanggil silahkan berbaris di bagian depan panggung!"

Lima belas menit selanjutnya dilalui dengan memanggil empat puluh nama peserta yang akan berangkat di kloter pertama.

Entah keberuntungan atau kesialan, Levi menjadi salah satu nama yang dipilih untuk berangkat di kloter pertama.

Ia maju ke barisan yang sudah di tentukan. Levi melihat Dash Shepard melambai dari regu di sebelahnya lalu membalasnya dengan lambaian canggung.

Totalnya ada empat regu di kloter pertama. Biasanya tiap regu ekspedisi terdiri dari empat prajurit pelindung, dua penambang, satu tenaga medis, satu peneliti, dan dua porter.

Tapi seluruh anggota di empat regu kloter pertama tersebut terdiri dari tiga puluh prajurit pilihan dan delapan tenaga medis. Hanya ada dua porter di dalamnya, Levi dan salah seorang lainnya.

Sebuah formasi yang tidak biasa, tapi tidak mengherankan juga karena yang masuk lebih dulu akan menghadapi bahaya lebih awal juga.

Empat orang yang sebelumnya berdiri di panggung untuk mengamati, kini berdiri di depan masing-masing barisan regu. Mereka adalah pemimpin regu yang memiliki hak spesial hari ini karena diperbolehkan memilih sendiri anggota regunya.

Sepuluh menit setelah kloter pertama terbentuk. Sang Raja Valdivian, Caleidas Valdivian memasuki area panggung. Ia mengenakan jubah berwarna merah dan emas.

Caleidas adalah raja yang rupawan. Rambut kuningnya terlihat seperti emas saat tertimpa cahaya matahari pagi. Ia juga memiliki wajah yang tampan yang sangat terkenal di antara kaum hawa, bahkan sampai ke negara-negara tetangga.

Tapi selama Ia naik takhta tidak ada yang pernah melihatnya tersenyum.

Konon kerajaan Valdivian memiliki kutukan untuk para rajanya. Penderitaan dan kemalangan akan selalu membayangi raja yang bertakhta di Valdivian.

Seakan mengamini kutukan itu, raja sebelumnya diduga mati karena bunuh diri. Kakak tertua Caleidas juga mati di dalam ekspedisi sebelum Ia bisa naik ke singgasana.

Caleidas berdiri di atas podium. Kedua mata biru berliannya menatap ratusan peserta ekspedisi di depannya dengan ekspresi muram.

"Seperti yang kalian dengar, portal ketujuh baru saja terbuka semalam. Aku sudah mengirim satu ksatriaku untuk masuk lebih dahulu pagi ini, mungkin kloter pertama yang masuk akan bertemu dengannya." pandangannya beralih pada barisan di depannya sebelum Ia melanjutkan, "Kuharap perjalanan kalian lancar... dan bisa kembali dengan selamat."

Kalimat terakhirnya membuat seluruh peserta melupakan rasa antusias yang mereka rasakan sebelumnya.

Beberapa tahun setelah kakaknya hilang dalam salah satu ekspedisi Grandia, Caleidas pernah mengusulkan untuk menyegel pulau itu karena dunia di balik portal-portal itu berbahaya.

Tentu saja negara-negara lain menentangnya dengan keras, mereka beralasan bangsa monster tidak bisa melewati portal dan masuk ke dunia manusia. Jadi penyegelan portal dan Pulau Grandia tidak dibutuhkan.

Pidato Caleidas yang sangat singkat menyurutkan semangat peserta ekspedisi, keriuhan yang sebelumnya memudar dengan cepat berganti dengan tatapan gugup satu sama lain.

Levi dan rombongan kloter pertama akhirnya diijinkan berangkat, mereka akan menuju dermaga sebelum menaiki kapal yang berlayar selama tiga puluh menit hingga sampai ke Pulau Grandia.

Caleidas Valdivian masih berdiri di atas panggung sambil menatap orang-orang yang berangkat lebih dulu. Perasaannya tidak enak.

Ia memang tidak menyukai Pulau Grandia dan seisinya tapi kali ini ada perasaan aneh yang menyertainya setiap kali menatap pulau itu.

Semalam Ia melihat cahaya berwarna hijau yang berpendar di pulau itu. Cahaya itu terlihat seperti tanda yang akan membawa kabar buruk.

Dan benar saja, penjaga Pulau Grandia melaporkan bahwa ada portal baru yang muncul di dalam pulau.

Caleidas sebenarnya tidak ingin mengirim ksatrianya masuk seorang diri lebih dulu. Tapi si ksatria berkeras akan masuk dengan atau tanpa ijin sang raja. Hatinya terasa berat saat mengantar ksatria kesayangannya pergi dari istana.

Ia berharap ekspedisi kali ini cepat berakhir dan semuanya kembali dengan selamat. Tentu saja Ia sadar harapannya yang terakhir hanyalah harapan kosong.

Paling tidak biarkan Ia kembali, pikir Caleidas diiringi dengan doa di dalam hatinya. Ia tidak terlalu percaya Tuhan atau dewa, tapi setiap tahun Ia tidak pernah absen berdoa saat Ekspedisi Grandia dimulai.

"Cepatlah kembali." gumamnya dengan muram sambil menatap Pulau Grandia dari tempatnya.

***

Pulau Grandia luasnya hanya sekitar lima ribu kilometer. Pulai yang dulunya tidak berpenghuni itu sebelumnya menjadi tempat favorit keluarga kerajaan Valdivian untuk berburu.

Sekarang beberapa tower dan tembok tinggi dibangun mengelilingi pulau tersebut. Ratusan prajurit berjaga di setiap titik pulau, rumah sakit khusus juga dibangun disana.

Ini pertama kalinya Levi menaiki kapal. Jadi Ia tidak sadar kalau selama ini Ia mabuk laut.

Setelah memuntahkan seluruh sarapannya Levi hanya bisa terduduk lemas di salah satu bangku yang tersedia di kapal besar itu. Dash Shepard yang kebetulan dari tim medis memberinya ramuan minuman yang terbuat dari jahe dan lemon. Levi merasa jauh lebih mendingan setelah meminumnya.

"Kau serius belum pernah naik kapal sebelumnya?" tanya Dash takjub. Mereka baru saja turun dari kapal.

"Aku belum pernah keluar dari Lisidas." jawab Levi, tidak lupa berterima kasih juga untuk ramuan yang diminumnya.

Obrolan mereka terpotong karena Dash dipanggil kapten regunya. Levi sendiri menuju barisan regunya sendiri.

Pemimpin regunya adalah salah satu orang yang berdiri di atas panggung tadi. Ia memperkenalkan diri sebagai kapten Val. Wanita berambur pendek itu mengenakan jubah berwarna merah darah yang menandakan Ia berasal dari Valdivian. Sebuah pedang tersampir di pinggangnya.

"Aku tidak punya waktu banyak untuk menjelaskan, jadi kita akan berbicara setelah masuk di dalam portal. Regu kita adalah bagian terdepan dari ekspedisi kali ini. Jangan lakukan hal yang tidak kuperintahkan, jangan berbicara terlalu keras, dan jangan berjalan terlalu jauh dari regu ini. Terutama kau, porter," Ia menunjuk ke arah Levi, "Hanya kau anggota baru di reguku. Aku memilihmu karena kau terlihat seperti orang yang tenang dan tidak bodoh. Jadi jangan buat aku menyesalinya."

"Aku mengerti." jawab Levi tanpa mengalihkan tatapannya dari kapten Val.

"Bagus." Val mengangguk puas lalu menatap anggotanya satu per satu, "Kalau begitu ayo berangkat, dalam ekspedisi ini lebih cepat akan lebih baik."