Sejenak Siji menoleh ke arah adiknya, yang masih bersandar di pohon. Bagaimana bisa adiknya itu memanjat dengan kondisi bahu dan kaki yang cedera seperti saat ini? Apa Siji naik saja lebih dulu, lalu segera meminta bantuan ke papanya untuk menarik Yuji dari atas? pikir Siji.
Yuji seolah tahu maksud kakaknya itu menatap kasihan ke arahnya. Yuji tidak butuh belas kasihan, itu sungguh melukai harga dirinya.
"Jangan mengasihaniku seperti itu, Sithok! Kau naik saja dulu ke atas! Cari bantuan atau apa pun itu untuk menolongku nantinya." Yuji berucap setengah membentak. Ada senyum masam yang tersamarkan dari bibir keringnya yang masih terdapat sisa darah.
Yuji tidak ingin membuat Siji khawatir akan keadaannya. Meski sebenarnya, ia menahan mati-matian rasa sakit yang terus menghujam bagian dada. Yuji memutuskan untuk terus duduk bersandar di bawah pohon saja seperti ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com