- Masih sudut pandang David -
Mendengar teriakan wanita, aku langsung bergegas menuju sumber suara.
"Tunggu!" Yaroslav menghentikanku.
"Berhati-hatilah, bisa saja itu jebakan."
Jebakan bagaimana?
Jelas-jelas ada orang minta tolong.
Aku berpikir sejenak...
Minta tolong... Bandit...
Ah...!
Aku paham apa maksudnya.
"Aku mengerti. Kalau begitu, ayo kita berdua mengeceknya. Novel! Fyodor! Kalian tolong jaga transportasi kita!"
Mendengar kata-kataku, Novel hanya mengangguk.
Aku dan Yaroslav berjalan ke arah teriakan itu.
"Tolong...!! Siapapun...!!!"
Wanita itu masih berteriak-teriak minta tolong.
Kugenggam erat pedangku.
Jangan sampai kami jatuh dalam perangkap para bandit itu.
Tapi kurasa aku tidak perlu terlalu khawatir.
Manusia satu ini, yang berjalan bersama denganku ini, dia kuat.
Tak hanya itu, dia juga cepat.
Kami pasti dapat dengan mudah mengalahkan para bandit itu.
"To... Tolong..."
Akhirnya aku bisa melihat wanita yang berteriak itu.
Yaroslav dengan cepat berlari ke arah wanita itu.
"He... Hei! Tunggu!"
Ya ampun...
Kenapa dia mendadak bergerak dengan cepat begitu?
Aku berlari mengejarnya.
"Engkau tidak apa-apa, wahai nona?"
Yaroslav mencium tangan wanita itu.
...
"A... Aku... Tidak apa-apa... Hanya saja, kakiku terkilir..."
"Tenanglah, aku di sini. Tidak usah takut, aku akan menolong engkau."
Yaroslav membantu wanita itu bangun.
...
Kulihat ia juga curi-curi kesempatan untuk meraba bokong wanita itu.
Dasar...
Kukira kau ini orang yang terhormat.
Kata-katamu sopan sekali soalnya.
Ternyata sama saja.
"Hei, bukankah kita harus waspada?"
"Tidak usah, aku sudah mengerti situasinya kok."
Hah...?
Bagaimana bisa dia...?
"Maksudmu...?"
Yaroslav menghela napas.
"Lihat saja sendiri."
Yaroslav menunjuk ke arah tebing.
Tidak ada apa-apa...
"Tida..."
Tunggu... Sayup-sayup aku mendengar suara.
Tebing-tebing yang tadinya tidak ada siapapun, mendadak dipenuhi oleh orang-orang bertampang garang dengan berbagai senjata.
Beberapa juga ada yang mengarahkan panah ke kami.
Celaka, kami terkepung...
"Bagaimana ini?"
"Tenanglah..."
- Sudut pandang Novel –
David lama juga...
Jangan-jangan pria yang bernama Yaroslav itu...
Tidak, kalau dia memang mengincar kami, pasti sudah ia lakukan dari tadi.
Krasak... Krasak...
...!!
Secara refleks aku menoleh ke arah suara itu.
Ah...
Gawat...
"Fyodor, kau siap?"
"Kapanpun."
Pokoknya jangan sampai mereka mencapai kereta kuda kami.
Aku dan Fyodor harus bertahan.
"Andre! Kau tetaplah di sini! Jaga barang-barang kita!"
Sial, mereka ternyata sebanyak ini.
Apa kami bisa bertahan...?
Ngomong-ngomong, David dan Yaroslav belum juga kembali.
Apa mereka juga berhadapan dengan para bandit ini...?
"Hyaaaahh!!"
Fyodor menyerang mereka duluan.
Aih... Dasar ceroboh...
"Fyodor! Jangan bodoh kamu!"
Mana mungkin dia bisa bertahan kalau langsung maju ke arah kerumunan bandit itu.
Ahhh!!
Kutarik Fyodor lalu maju menggantikannya.
Aku tidak tahu bagaimana kemampuan Fyodor saat bertarung.
Tapi, kalau berhadapan dengan segini banyak orang, dia tidak mungkin menang.
"P-Pak Novel!"
"Lindungi kereta kuda kita! Aku yang akan maju menyerang! Kau bertahan saja!"
Aku mulai berhadapan dengan bandit-bandit ini.
Ukuran badan mereka beragam.
Ada yang kecil, ada yang besar, ada yang proporsional, ada yang raksasa.
"Huuuaaaaarrrgghh!!"
Salah seorang bandit menyerangku dengan gada besar.
Serangannya tidak begitu cepat, aku masih bisa menghindarinya.
Ah, gawat!
Kutangkis pedang dari belakangku.
Kutebas orang yang barusan menyerangku dengan pedang.
Kulihat ada panah melesat ke arahku.
Aku segera menghindarinya.
Satu anak panah melesat tepat di depanku, dengan cepat kutangkis anak panah itu.
BUAGH!
AKKHH!!
Punggungku dipukul dengan gada.
Aku pun jatuh tersungkur.
Si...Sial... Kalau saja ada yang melindungi punggungku...
Kulihat orang yang memukulku, ia sudah bersiap memukulku lagi.
Dengan cepat aku berguling menghindari serangannya.
Di saat yang sama, ada beberapa orang yang menusuk kepalaku dengan pedangnya.
Untunglah hanya menggores badanku sedikit.
Dengan susah payah, aku berdiri lagi.
Kulihat benar-benar para bandit itu.
Mereka... banyak sekali...
20..? Tidak, lebih.
Sepertinya ada sekitar 30 orang di sini.
Belum lagi para pemanah di atas.
Sial, kalau tahu begini...
Mendadak beberapa anak panah melesat dengan cepat ke arahku lagi.
Aku melompat ke belakang lalu menangkis anak panah yang tersisa.
"Menyerahlah! Serahkan semua barang-barang kalian, maka kalian akan kubolehkan pergi!"
Salah seorang bandit berseru padaku.
Sepertinya ia pemimpinnya.
Bagaimana ini...?
Kalau kami menuruti kata-katanya, kami takkan punya perbekalan lagi untuk ke Plemenita.
Kalau tetap melawan...
Apa kami bisa bertahan dengan jumlah yang sangat tidak seimbang ini?
Sial... Bagaimana...?
"Bagaimana? Hah!?"
- Sudut pandang Andre –
Musuhnya banyak sekali...
Memang ayah bisa mengalahkan mereka semua sendirian?
"Ahh... Sudah kubilang kan kalau gunung ini berbahaya..."
Pak kusir terlihat mengeluh.
Aku sependapat pak.
Tapi gimana ya...
Penumpangmu yang lain sepertinya doyan bertarung semua.
Kalau aku yang disuruh menentukan jalan sih...
Tidak akan aku memilih untuk mengambil risiko sebesar ini.
...
"Menyerahlah! Serahkan semua barang-barang kalian, maka kalian akan kubolehkan pergi!"
Wuaahh... orang itu terlihat kuat.
Apa ayah akan baik-baik saja?
Aku mulai khawatir.
"Bagaimana? Hah!?"
Orang itu berseru lagi.
Bagaimana ini...?
Sepertinya ayah juga kewalahan.
Kalau meninggalkan semua barang bawaan kami di sini...
Apa mungkin kami bisa selamat?
...
Ayah dan Paman Fyodor mulai menyerang lagi.
Musuh-musuh yang mereka lawan seperti tidak ada habisnya.
Sebenarnya berapa jumlah bandit yang menyerang kami?
David dan Paman Yaroslav juga belum kembali.
Apa mereka juga diserang?
"Hehehe..."
Ada seorang bandit yang mendekat ke kereta kuda kami.
"Hah? Anak kecil?"
Bandit itu melihatku.
Aku bersiap dengan kuda-kudaku.
Orang ini tidak terlihat kuat, aku pasti bisa menang melawannya.
Aku turun dari kereta kuda.
"Heh, anak kecil sepertimu bisa apa?"
Bandit itu mulai menyerang dengan senjatanya.
Serangannya kasar sekali.
Gerakannya juga mudah dibaca.
Kubalas serangannya dengan pukulan telak ke perutnya.
Pukulan ini harusnya bisa langsung membuat bandit itu terkapar.
"Uogghh!!"
Seperti dugaanku, bandit itu langsung kalah dengan pukulanku.
Mudah sekali.
Tiba-tiba...
BLETAK!!