Seperti kemarin usai salat subuh Dinda kembali membaringkan badannya di kasur yang terasa begitu empuk setelah menghabiskan malam-malam selama dua minggu ke belakang tidur di kasur tipis alakadarnya. Jangankan bangun dari ranjang, hanya untuk membuka mata saja Dinda tidak sanggup melakukannya. Kepalanya terasa berat jika melihat cahaya. Silau cahaya yang tertangkap netra matanya seolah palu besar yang langsung menghantam kepala Dinda hingga kliyengan.
Tok. Tok. Tok.
April mengetuk pintu kamar yamg ditempati Dinda, dia ingin mengajak Dinda untuk sarapan bersama keluarganya. Yoga sedari tadi ingin ke kamar Dinda untuk membangunkan Amihnya, tapi dilarang oleh April karena takut mengganggu istirahat Dinda.
"Din, Dinda," panggil April sambil memutar handle pintu karena sedari tadi tidak ada jawaban apapun setelah dia mengetuk pintu. Mata April langsung tertuju pada kasur dimana badan Dinda tertutup selimut sebagian dan masih meringkuk di atasnya dengan memeluk guling.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com